Cerita Budak Seks Afrika, Tiap Hari Dipaksa Layani 3 Pria, Melahirkan Sendiri Bayi yang Dikandungnya
Keberadaan budak seks ini diketahui setelah tak kurang dari 20 perempuan mengungkap pengalaman mereka media Inggris, BBC.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, MOGADISHU - Kelompok militan Somalia, al-Shabab, tak hanya merekrut anak-anak muda sebagai petempur, tapi juga para perempuan untuk dipakai sebagai budak seks mereka.
Keberadaan budak seks ini diketahui setelah tak kurang dari 20 perempuan mengungkap pengalaman mereka media Inggris, BBC.
Kontak dengan para perempuan tersebut dijalin melalui Salama Ali, pegiat di Mombasa, Kenya, yang memberikan bantuan psikologis ke para perempuan yang pernah menjadi budak seks kelompok al-Shabab.
Ali mengatakan, para perempuan ini kebanyakan berasal dari Kenya dan dibawa secara paksa ke kamp-kamp milik al-Shabab di pedalaman Somalia, negara tetangga Kenya.
Baca: Ibu Kandung Tertangkap Basah Jadikan Anaknya Budak Seks Turis
Salah seorang korban mengatakan setiap malam ia dipaksa melayani dua hingga tiga laki-laki.
"Saya tak ingat lagi jumlah laki-laki yang memaksa saya berhubungan badan dengan mereka ... “ katanya.
Ia menambahkan, “Setiap malam saya dipaksa melayani dua atau tiga laki-laki. Ini berlangsung selama tiga tahun."
Faith, korban lainnya, menceritakan bagaimana ia diselundupkan ke kamp al-Shabab.
Usianya menginjak 16 tahun ketika didekati pasangan paruh baya yang menjanjikannya pekerjaan di Malindi, kota di daerah pantai Kenya.
Ia menerima tawaran karena memang memerlukan pekerjaan.
Dibius
Keesekoan harinya ia diminta naik bus bersama 14 penumpang lain. Mereka semuanya diberi minuman yang ternyata berisi obat bius.
"Ketika pengaruh obat bius hilang, kami tersadar bahwa kami ditempatkan di satu ruangan. Ada dua laki-laki di ruangan ini. Mereka menutup mata kami dengan kain hitam dan memperkosa kami," kata Faith.
Ia kemudian diberi lagi obat bius. Kali ini ia dibawa ke hutan dan diberi tahu akan dibunuh jika coba-coba melarikan diri.
Baca: Gadis Afrika Diperlakukan Sebagai Budak Seks di Australia
Di hutan ini, ia diminta memasak selain melayani sekelompok laki-laki dari Somalia.
Faith hamil dan terpaksa melahirkan sendiri di hutan tanpa bantuan siapa pun.
"Nenek saya seorang dukun bayi, jadi saya sedikit tahu tentang cara melahirkan," katanya.
Faith akhirnya bisa melarikan diri setelah seorang tabib yang tengah mencari bahan ramuan tradisional melihatnya sendirian.
Tabib ini memberi tahu jalan untuk keluar dari hutan.
Kini Faith dan anaknya tinggal di kota, namun masalah belum selesai karena anaknya sangat sulit beradaptasi dengan kehidupan kota.
Si kecil baru bisa tidur di luar rumah dan harus dalam pelukan sang ibu.
Faith mengatakan “ia dan anaknya hidup tak ubahnya seperti binatang di hutan.”
Dipaksa hamil
Beberapa perempuan yang berbicara dengan BBC juga mengatakan mereka punya anak saat disekap selama beberapa tahun oleh al-Shabab.
Sarah, salah seorang bekas istri petempur al-Shabab mengatakan, ada program khusus dari kelompok ini untuk mendapatkan anak sebanyak mungkin dari para perempuan yang mereka sekap.
Langkah ini diambil setelah pola perekrutan tradisional dari luar kamp makin sulit dilakukan.
"Di kamp saya, mereka memasukkan banyak perempuan ... mereka ingin menambah anggota, jadi mereka ingin perempuan seperti kami melahirkan untuk mereka," kata Sarah.
Ia mengatakan kebanyakan dari 300 perempuan yang berada di kamp berasal dari Kenya. Beberapa di antaranya diambil sebagai istri, yang lain dipaksa menjadi budak seks.
Pemerintah Kenya mengakui persoalan ini namun pejabat di Mombasa, Evans Achoki, mengatakan tak tahu persis skalanya karena biasanya para korban perbudakan seks tak bersedia berbicara.
Sureya Harsi, pegiat Sisters Without Borders, jaringan organisasi di Kenya yang menjalankan program deradikalisasi, mengatakan, "Orang-orang takut dengan pemerintah ... mereka yang masuk ke kelompok al-Shabab baik sukarela maupun karena dipaksa sama-sama dianggap bersalah."
Mereka yang tak bersedia atau enggan meminta bantuan dengan pemerintah ditampung oleh para pegiat seperti Harsi dan Salama Ali.
Ali telah membentuk kelompok pendamping rahasia dan membantu para korban, yang beberapa di antaranya terkena HIV dan mengalami gangguan mental.
Semunya tak bersedia berbicara secara terbuka karena khawatir dicap sebagai simpatisan al-Shabab.