Filipina Sebut Militan Tembak Mati 16 Warga Sipil Termasuk Ibu-ibu dan Anak-anak
Pasukan Filipina menemukan 16 jenasah warga sipil di jalan-jalan ketika mereka bertempur Minggu (29/5/2017) untuk mengusir militan terafiliasi ISIS
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, MARAWI - Pasukan Filipina menemukan 16 jenasah warga sipil di jalan-jalan ketika mereka bertempur Minggu (29/5/2017) untuk mengusir militan terafiliasi ISIS di Kota Marawi, Mindanao, Filipina Selatan.
Tewasnya 16 warga sipil ini menambah jumlah korban jiwa yang jatuh akibat pertempuran tersebut menjadi 92 orang.
Juru bicara militer Filipina, Brigjen Restituto Padilla menjelaskan 16 warga sipil tewas tertembak.
Termasuk empat orang yakni tiga ibu-ibu dan anak-anak yang ditemukan di jalan dekat Mindanao State University di Marawi.
Delapan orang lainnya ditemukan tewas dan dibuang di sebuah jurang Minggu (28/5/2017) di Desa Emi, Marawi.
Baca: Mengenal Sosok Omar dan Abdullah Maute, Pendiri Kelompok Maute Penyerang Filipina
Baca: Polri: 11 WNI di Filipina Selatan Tak Terkait ISIS
Secarik kertas melekat terhadap seorang warga sipil bertuliskan "mereka mengkhianati iman mereka."
Padilla mengatakan 61 militan, 11 prajurit dan empat polisi telah tewas sejak Selasa (23/5/2017).
Awalnya, pasukan keamanan menyerbu sebuah rumah yang diyakini sebagai persembunyian Isnilon Hapilon.
Hapilon adalah mantan seorang pemimpin kelompok penculik Abu Sayyaf dan belakangan batalyon yang dipimpinnya bergabung dengan kelompok teroris ISIS yang disebut sebagai sayap ISIS di Asia Tenggara.
Amerika serikat menganggap Hapilon sebagai seorang teroris paling berbahaya di dunia.
Demi kepala Hapilon, AS menawarkan hadiah sebesar 5 juta dolar AS atau sekitar Rp 66 miliar.
Namun, penyergapan pasukan Filipina tak berjalan mulus.
"Kita juga berfokus pada membersihkan daerah itu dari militan dan menyelamatkan penduduk yang terjebak," kata Padilla kepada The Associated Press via telepon dari Manila, ibukota Filipina.
"Pasukan militer menyelamatkan sekitar 100 warga sipil yang terjebak dari rumah mereka pada Sabtu (27/5/2017)," katanya.
Juru bicara komite manajemen krisis kawasan, Zia Alonto Adiong mengatakan lebih dari 2.200 sipil masih terjebak di rumah mereka.
Mereka pun telah mengirimkan pesan ponsel yang meminta pasukan militer menyelamatkan dan mengevakuasi mereka.
Mereka juga telah melaporkan kerusakan yang luas di kota berpenduduk 200.000 orang.
"Mereka telah mengirimkan pesan singkat, menelepon nomor hotline kami, meminta untuk mengirim tim penyelamat, tapi kami tak bisa dengan mudahnya berangkat ke daerah tersebut karena tak bisa kami akses," ujar Adiong.
"Mereka ingin keluar. Mereka takut akan keselamatannya. Beberapa dari mereka kehabisan makanan. Mereka takut kena terjang peluru atau serangan udara."
Pertempuran di Marawi mendorong Presiden Rodrigo Duterte menetapkan darurat militer di sepertiga bagian selatan Filipina pada 23 Mei 2017 lalu.
Menurutnya, langkah tersebut guna menumpas ancaman militan yang berafiliasi dengan ISIS. (AP/AFP/Philstar)