Di Jeju Forum, Megawati Jabarkan Pancasila Panduan Hidup Dunia
Pancasila merupakan panduan hidup tidak hanya bagi bangsa Indonesia, namun seluruh warga dunia.
Penulis: Y Gustaman

TRIBUNNEWS.COM, KOREA - Megawati Soekarnoputri berbicara Pancasila sebagai dasar ideologi Indonesia masih tetap relevan dan dapat menjadi formula ampuh mengatasi ragam pergolakan dunia saat ini.
Presiden Kelima Republik Indonesia ini menilai Pancasila merupakan panduan hidup tidak hanya bagi bangsa Indonesia, namun seluruh warga dunia. Penting dan urgensi lima sila tersebut tidak bisa dinafikan oleh siapa pun juga.
Demikian inti pidato Megawati seperti disarikan oleh Minister Counsellor KBRI Seoul, M Aji Surya, di Sesi Pemimpin Dunia, Jeju Forum, Kamis (1/6/2017) pagi.
Forum ini dihadiri beberapa tokoh dunia seperti mantan Wapres AS Al Gore, mantan Presiden Portugal Anibal Cavaco Silva, dan mantan Presiden Mongolia Punsalma Ochirbat serta manntan PM Korsel Lee Hong-ko.
Dikatakan Megawati, Pancasila adalah sebuah konsep dasar untuk mengatasi berbagai perbedaan di tengah-tengah konflik, khususnya terkait isu keagamaan dan terorisme. Pancasila akan membawa sebuah pemahaman tentang pentingnya persatuan dalam kebhinekaan.
Sila-sila dalam Pancasila merupakan kumpulan norma yang relevan untuk mengatasi aneka intoleransi primordial yang berkembang beberapa waktu terakhir ini. Ketuhanan Yang Maha Esa, misalnya, memiliki nilai-nilai yang dimiliki oleh semua bangsa.
Sementara sila ketiga dapat ditafsirkan sebagai internasionalisme. Internasionalisme yang tetap hidup subur di atas nasionaliame. Internasionalisme yang menghargai dan menjaga hak-hak semua negara dan meninggalkan supremasi rasial.
"Pancasila memiliki makna universal dan bisa diimplementasikan secara global. Pancasila bisa dijadikan nilai-nilai untuk mencari solusi untuk hidup bersama di abad 21. Dengan semangat Pancasila, saya yakin Asia bisa lebih adil dan makmur hari ini dan mendatang," imbuh dia.
Megawati juga mengingatkan tentang pelajaran penting dari Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Pertemuan itu sebuah contoh bagaimana berbagai bangsa berbeda agama dan budaya namun mampu menyatu demi tujuan bersama.
Konferensi Asia Afrika tidak hanya menginspirasi bangsa di Asia dan Afrika namun juga Amerika latin. Itu semua bisa terjadi karena adanya toleransi yang tinggi di antara mereka.
"Perbedaan yang ada bukan hanya untuk kepentingan bangsanya, namun bisa menjadi kekuatan untuk menelorkan dan mendorong peradaban baru bagi manusia," kata dia.
"Inilah saatnya kita belajar dari founding fathers. Belajar dari Konferensi Asia Afrika. Perbedaan harus dijaga dengan cara bekerja sama," ujar Megawati.
Di sesi awal, mantan Wakil Presiden AS, Al Gore, mengingatkan hadirin tentang bahaya pemanasan bumi. Digarisbawahi bahwa global warming adalah sesuatu yang nyata dan telah berdampak pada perubahan alam, persediaan pangan, berkembangnya aneka penyakit, memicu pergolakan sosial politik serta mengancam mangancam keberlangsungan kehidupan manusia.
Al Gore menekankan perlunya untuk terus mengembangkan energi yang terbarukan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup manusia. Penghentian penggunaan energi fosil dan perbaikan lingkungan akan menyelamatkan kehidupan umat manusia.
"Saya sepenuhnya setuju dengan ide-ide yang dilontarkan oleh mantan Wapres Al Gore. Kita semua harus bergerak bersama untuk mengatasi global warming yang ada di depan mata," kata Megawati.
Jeju Forum merupakan platfom dialog tahunan tokoh-tokoh internasional untuk penyelesaian masalah Semenanjung Korea dan Asia yang dibawah tema perdamaian and kemakmuran. Selain Megawati, Puan Maharani menjadi salah satu pembicara.