Ikut Audisi Miss Universe, 'Gadis Tahi Lalat' Ini Punya Alasan yang Bikin Kagum
Banyak orang yang merasa malu dengan tanda lahir atau bekas luka yang kemudian dihilangkan dengan berbagai cara.
Editor: Wahid Nurdin
TRIUNNEWS.COM - Sangatlah disayangkan kita hidup di dunia yang menjadikan penampilan fisik sebagai nilai utama.
Hal ini menyebabkan banyak orang berlomba-lomba untuk membuat dirinya menarik sesuai dengan standart kecantikan yang ada.
Banyak orang yang merasa malu dengan tanda lahir atau bekas luka yang kemudian dihilangkan dengan berbagai cara.
Mulai dari obat alternatif hingga operasi plastik pun dilakukan semata-mat agar nampak 'cantik' dimata kebanyakan orang.
Namun hal ini nampaknya tak berpengaruh bagi gadis berusia 20 tahun berasal dari Sabah, Malaysia yang menghancurkan standart kecantikan dengan mengikuti audisi Miss Universe Malaysia 2018 dengan tahi lalat disekujur tubuhnya.
Ialah Evita Patcey Edgar Delmundo, tak seperti gadis seusianya yang mendambakan wajah sempurna tanpa celah, Evita malah bangga dengan kelebihan yang ia miliki pada tubunya.
Evita terlahir dengan tahi lalat disekujur tubuhnya.
Meski begitu dirinya tetap percaya diri, dan mencintai kulitnya apa adanya bahkan tak pernah merasa minder atau sedih.
Memiliki penampilan yang berbeda dari kebanyakan orang tentu saja dijalani EVita dengan penuh tantangan.
Seperti yang diberitakan pada laman TribunWow, dilansir dari Worldofbuzz, Evita mengatakan " tentu saja tumbuh dengan kondisi tubuh seperti ini bukanlah hal yang mudah untukku. Aku dibully selama sekolah , bahkan teman-temanku memanggilku 'monster'," jelasnya.
Terang saja hal ini menjadi sangat berat untuk dilalui oleh seorang gadis belia seperi Evita.
" Saat itu aku sangat malu, aku bahkan tak pernah merasa bahagia dengan kulitku. Hingga puncaknya aku meminta ayahku untuk datang ke sekolah dan memarahi anak-anak yang mengolok-olokku," lanjutnya.
Beruntung, semakin dirinya beranjak dewasa Evita selalu menguatkan diri dan perkataan buruk yang diterimanya dari anak-anak lain semakin tak dihiraukan, hingg akhirnya mereka berhenti membully Evita.
" Untungnya bullying itu semakin berkurang. Kemudian saya memutuskan untuk menghadiri sebuah kamp gereja ketika usiaku menginjak 16 tahun, dan di saat itu aku benar-benar bersyukur dan belajar mencintai diriku sendiri lalu berkomunikasi dengan orang lain.