Reza Hambali, Pengungsi Afghanistan Yang Membantu Sesamanya
Seorang pengungsi asal Afghanistan, Reza Hambali, sudah empat tahun lebih terdampar di Jakarta dan menjadi relawan untuk membantu sesama pengungsi.
TRIBUNNEWS.COM – Seorang pengungsi asal Afghanistan, Reza Hambali, sudah empat tahun lebih terdampar di Jakarta dan menjadi relawan untuk membantu sesama pengungsi yang hidup menggelandang di trotoar jalan Kebon Sirih Jakarta.
Hal ini disebabkan karena pengungsi dilarang bekerja oleh pemerintah Indonesia. Kini, para pengungsi yang juga terdiri dari anak-anak itu, menghuni sebuah bangunan – terdiri dari beberapa petak kos-kosan berukuran 20x4 meter, di dalamnya ada kasur gulung juga lemari pakaian ala kadarnya – di dekat kantor UNHCR, Jakarta.
Tempat itu dihuni sekitar 30 orang berparas Timur Tengah. Lalu, bagaimana kondisi para pengungsi selanjutnya? Berikut kisah lengkapnya dilansir dari Program Saga produksi Kantor Berita Radio (KBR).
Reza –begitu ia disapa, fasih berbahasa Indonesia. Dia bercerita, terpaksa memilih lari dari negaranya Afghanistan dan hijrah ke Indonesia. Peranglah, yang membuat hidupnya jadi karut marut. Dia kabur ke sini sendirian --meninggalkan kakak, adik, dan kedua orangtuanya.
Kini, Reza tinggal dengan puluhan orang yang berasal dari Suriah, Iran, Irak, Myanmar, Somalia, dan Sri Langka. Terdampar di Indonesia dengan alasan yang sama; konflik. Bertahun-tahun di sini, mereka berharap bisa pulang ke negaranya –itu pun jika konflik mereda.
Tapi selama perang masih berkecamuk, para pengungsi ini ingin dipindahkan ke negara ke-tiga. Dan, selama belum ada keputusan dari UNHCR, mereka hanya bisa menunggu.
Hidup menggelandang, dipilih karena tidak ada pilihan. Kampung khusus pengungsi di daerah Bogor, Jawa Barat, umumnya ditempati oleh para pengungsi yang sudah berkeluarga. Tapi tempat itu menurut Reza, sangat terbatas jatahnya.
Dan menjalani hidup seperti ini, tentu tak mudah. Lantaran pemerintah Indonesia melarang pengungsi bekerja, maka mereka hanya bisa mengharapkan belas kasihan warga sekitar --yang kadang memberi makanan atau uang.
Muhammad Reza Hambali kerap mengumpulkan barang-barang kebutuhan seperti baju, makanan, atau mainan untuk anak-anak. Selain sumbangan, barang-barang tersebut juga diperoleh dari warga sekitar.
“Sejak awal saya memang suka bantu-bantu. Kalau saya lihat orang tidur di pinggir jalan, atau teman-teman tidak punya uang. Kami meninggalkan negara kami karena ada perang di sana. Dari Afghanistan, Somalia, banyak yang tinggal di sini,”.
“Di Indonesia kami juga susah kerja, kami juga tidak boleh kerja, sedangkan kami harus bertahan hidup. Bagaimana kami bantu-bantu dengan sesama. Kalau ada bantuan dari orang Indonesia, saya akan berikan bantuan itu kepada teman-teman saya. Misalnya ada yang kasih aku barang-barang seperti baju, atau makanan, atau bahkan alat mainan anak-anak. Nanti aku kasih mereka.” jelas pria berusia 30 tahun ini.
Bantuan yang didapatnya, bermula saat para pengungsi ini mendatangi kantor UNHCR untuk memproses permohonan suaka. Saat itu, ada seorang warga menawarkan bangunan serupa kos-kosan untuk ditempati. Mereka juga sempat ditampung di masjid-masjid yang berada di belakang kantor UNHCR.
Sejak itu, jumlah pengungsi bertambah banyak dan sudah menyerupai kampung sendiri.
Selain dari warga, bantuan juga mengalir dari sebuah yayasan. Yayasan ini kata Reza, memberikan sejumlah uang serta pakaian layak pakai. Kadang, Reza juga mengantar bocah-bocah pengungsi itu ke rumah sakit atau puskesmas.
Pengungsi lain, Fatimah –juga berasal dari Afghanistan. Dia bercerita, sangat terbantu dengan apa yang dilakukan Reza. Selain karena tak fasih berbahasa Indonesia, dia kesulitan berkomunikasi dengan warga sekitar.
Tidak seperti Reza yang memilih ke sini sebatang kara. Fatimah mengaku diajak suaminya untuk keluar dari negara yang dilanda perang. Fatimah dan keluarga sudah tinggal di Indonesia selama 6 tahun, setelah sebelumnya tinggal di kamp khusus pengungsi di Bogor, Jawa Barat.
“Dia adalah pahlawan buat kami. Saya tidak tahu bagaimana nasib saya dan anak-anak saya apabila tidak kenal dengan Reza. Reza sudah banyak membantu saya dan anak-anak saya melalui hari-hari yang berat selama di sini,” ucap Fatimah.