Bakal Jadi Pemimpin Baru Al Qaeda, Putra Osama bin Laden Ancam Arab Saudi
Hamza, yang selama ini menjadi wajah propaganda Al-Qaeda, dikabarkan akan menjadi pemimpin baru
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, RIYADH - Putra Pemimpin Al Qaeda Osama Bin Laden, Hamza bin Laden (28), muncul dalam sebuah video yang berisi pesan ancaman untuk keluarga Kerajaan Arab Saudi.
Hamza, yang selama ini menjadi wajah propaganda Al-Qaeda, dikabarkan akan menjadi pemimpin baru kelompok itu untuk membalas kematian ayahnya.'
Setelah muncul dalam sebuah video pada 2016 lalu, Hamza kembali muncul di video kedua yang dirilis kantor berita resmi Al-Qaeda, As-Sahab.
Diunggahnya video tersebut kemudian dikabarkan oleh media Arab, Al-Monitor.
Dalam videonya yang kedua ini, Hamza menuduh pendiri Kerajaan Arab Saudi, Abdul-Aziz bin Rahman Al-Saud, sebagai agen mata-mata Inggris.
Hamza mengklaim bahwa Kerajaan Arab Saudi selama ini mengkhianati Islam melalui kerja sama dengan "kafir" untuk melawan kekhalifahan Utsmaniyah.
"Hamza menggarisbawahi bahwa saat Perang Dunia I dimulai, Inggris mengirim utusan kepada Al-Saud, Kapten William Henry Shakespear, untuk menjalin aliansi demi melawan Utsmaniyah (Turki)," demikian kutipan dari Al-Monitor, 27 Juli 2017.
Disebutkan pula bahwa Hamza tengah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin baru Al-Qaeda.
Menurut seorang ahli politik dari Pusat Anti-Terorisme Internasional, Colin Clarke, video tersebut menandakan adanya kompetisi soal siapa yang menjadi pemimpin muslim Sunni.
"Itu sama saja Al-Qaeda mengatakan bahwa Arab Saudi telah menjadi boneka mainan Inggris selama bertahun-tahun," jelas Clarke.
"Hamza sedang menjadikan dirinya sebagai figur yang terang-terangan ingin meneruskan misi ayahnya, di saat Al-Qaeda tengah mencari pemimpin baru," katanya lagi.
Sebelumnya, Hamza sudah sempat muncul di dalam sebuah video pada Juli 2016 lalu, menjanjikan akan melakukan perlawanan terhadap AS atas kematian ayahnya.
"Kami akan terus menyerang dan menargetkan warga AS di negaranya atau di negara lainnya," tuturnya dalam rekaman berjudul 'Kami Adalah Osama' itu.
Ia mengatakan perlawanan itu memang bukan hanya sebagai balas dendam untuk Osama.
Menurutnya, itu juga merupakan respons dari penderitaan yang dialami bangsa Palestina, Afganistan, Suriah, Irak, Yaman, dan Somalia.
"Ini bukanlah sekadar balas dendam untuk sosok Osama, melainkan juga untuk siapa saja yang membela Islam," ujarnya.
Sang ayah, Osama, tewas dalam aksi perburuan yang dilakukan oleh AS pada 2011 di tempat persembunyiannya di Pakistan.
Kematian dari otak di balik serangan 11 September 2001 World Trade Centre, New York, menjadi pukulan besar bagi kelompok Al-Qaeda.
Hamza merupakan anak satu-satunya yang dilahirkan oleh istri ketiga Osama, Khairiah, dari hasil pernikahan Osama dan Khairiah pada 1983 lalu.
Berjuluk 'Putra Mahkota Terorisme' ('Crown Prince of Teror'), Hamza dinilai cukup dekat dengan ayahnya.
Hal itu terlihat dari seringnya Hamza dan Osama bertukar pesan melalui surat saat Hamza dan ibunya ditahan di Iran pada 2009, terpisah dari Osama selama delapan tahun.
Pada 2015, Hamza pernah muncul dalam sebuah pesan video yang menyerukan ajakan serangan di London, Washington DC, Paris, dan Tel Aviv. (Independent/Daily Mail)