Aktivis Pakistan Malala Yousafzai Desak Aung San Suu Kyi Respon Krisis Rohingya
Menurut Yousafzai, ia selalu merasa sangat sedih ketika melihat pemberitaan soal krisis Rohingya.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, YANGON - Aktivis asal Pakistan Malala Yousafzai mendesak pemimpin politik Myanmar Aung San Suu Kyi untuk merespons krisis Rohingya di negaranya.
Melalui sebuah pernyataan di Twitter, Senin (4/9/2017), Yousafzai meminta agar Suu Kyi segera mengecam aksi kekerasan yang dialami warga Rohingya di Rakhine, Myanmar.
Menurut Yousafzai, ia selalu merasa sangat sedih ketika melihat pemberitaan soal krisis Rohingya.
"Hari ini saya melihat banyak dokumentasi yang menunjukkan banyaknya anak kecil tewas di tangan pasukan Myanmar," tulis Yousafzai.
"Padahal anak-anak itu tidak menyerang siapa pun, tapi rumah mereka pun dibakar habis," lanjutnya.
Yousafzai juga mempertanyakan kebijakan Pemerintah Myanmar yang hingga kini belum juga memberikan status kewarganegaraan pada warga Rohingya.
Kecaman atas perlakuan "memalukan dan tragis" terhadap warga Rohingya pun disampaikan oleh Yousafzai melalui cuitan tersebut.
"Saya menunggu respons dari Aung San Suu Kyi sebagai rekan saya sesama penerima Nobel Perdamaian untuk (mengecam hal itu)," kata Yousafzai.
"Dunia dan muslim Rohingya menantikan itu," katanya.
Pernyataan Yousafzai menyusul intervensi dari Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson, yang memperingatkan Suu Kyi bahwa perlakuan Myanmar terhadap warga Rohingya sangat merusak reputasi.
Disampaikan Sabtu (2/9/2017), Johnson mengatakan bahwa sebagai penerima penghargaan Nobel Perdamaian, Suu Kyi seharusnya menggunakan pengaruhnya untuk mengakhiri kekerasan.
"Aung San Suu Kyi telah dianggap sebagai satu dari beberapa sosok menginspirasi di zaman ini, namun perlakuan Myanmar terhadap Rohingya merusak reputasi pemerintah setempat," katanya.
Sekitar 73 ribu warga Rohingya sudah melarikan diri dari konflik tersebut ke Bangladesh sejak konflik pecah, sampai negara tersebut kesulitan untuk menampung lebih banyak lagi.
Baca: Pelapor Tunjukkan Unggahan Jonru yang Dianggap Menyebarkan Ujaran Kebencian
Situasi di Myanmar memanas sejak Agustus lalu akibat konfrontasi antara umat Budha dan muslim Rohingya.
Nyaris sebanyak 400 orang telah terbunuh dalam konflik dan konfrontasi militer di negara tersebut hingga akhir Agustus.
Sedangkan, lebih dari 2.600 desa di Rakhine, Myanmar, dibakar habis dalam aksi yang paling mematikan dalam sejarah kekerasan terhadap minoritas muslim selama beberapa dekade ini. (The Guardian/Asian Correspondent)