Begini Nasib Bantuan Kemanusiaan yang Dikirim Jokowi untuk Muslim Rohingya
Gelombang bantuan Indonesia untuk pengungsi Rohingya berdatangan di Bandara Chittagong, Banglades, selama beberapa hari terakhir.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, CHITTAGONG - Gelombang bantuan Indonesia untuk pengungsi Rohingya berdatangan di Bandara Chittagong, Banglades, selama beberapa hari terakhir.
Namun, rangkaian bantuan ini belum sampai ke kamp-kamp pengungsi Rohingya.
Sejak Rabu (13/9/2017), pemerintah Indonesia telah mengirimkan empat pesawat pengangkut bantuan. Jumlah ini bertambah seiring dengan kedatangan dua pesawat lagi, Sabtu (16/9/2017).
Sebagaimana dilaporkan Biro Pers Istana, dua pesawat Hercules TNI Angkatan Udara (AU) tiba di Bandara Internasional Shah Amanat, Chittagong, Banglades, Jumat (15/9/2017) sore waktu setempat.
Kedua pesawat itu membawa bantuan kemanusiaan berupa paket sandang, tangkir air, selimut, gula, dan 10 ton beras.
Kepala Staf TNI AU, Marsekal Hadi Tjahjanto, mengatakan, pesawat kelima dan keenam diberangkatkan dari Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, pukul 06.30 dan 08.30 WIB.
Baca: Prabowo Sebut Bantuan ke Rohingya Kadang Tak Sampai, Benarkah?
Dalam keterangan sebelumnya, Menlu RI Retno Marsudi mengatakan, bantuan-bantuan itu rencananya akan didistribusikan ke Cox's Bazar, tempat pengungsian, yang jaraknya 170 kilometer dari Chittagong.
Kurang koordinasi
Wartawan BBC di Cox's Bazar melaporkan, truk bantuan Indonesia yang mengangkut tenda dan unit pemurni air belum muncul di kamp pengungsian Rohingya.
Lembaga-lembaga bantuan menyebut bahwa bantuan itu belum juga sampai pada yang membutuhkan.
Semua badan bantuan kemanusiaan dan lembaga internasional ada di Cox's Bazar. Kepada BBC, para perwakilan lembaga tersebut berkisah, mereka frustrasi dengan kurangnya koordinasi dan pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah Banglades.
Padahal, berdasarkan data PBB, populasi kamp mencapai 70.000 orang – “jauh melampaui titik jenuh”.
Jadi, semua pengungsi baru yang sekitar 400.000-an orang itu terdampar di luar kamp. Mereka amat memerlukan makanan dan obat-obatan.
Namun, dengan aturan yang ada, Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) tidak memiliki wewenang untuk memberikan pasokan kebutuhan penting ini kepada orang-orang yang membutuhkannya. Wewenang itu ada pada pemerintah Banglades.
Menyalurkan bantuan
Tapi, ada pula lembaga kemanusiaan yang bisa langsung memberi bantuan. Salah satunya, Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang mengklaim telah menjangkau sekitar 50.000 pengungsi di Banglades.
Anca Rahadiansyah, pemimpin tim ACT Rohingya di Banglades, mengaku telah menyalurkan bantuan di Whaikhyang, salah satu titik pengungsian gelombang baru di dekat perbatasan Myanmar.
Ketika diwawancara pada Sabtu (16/9/2017) pagi, Anca Rahadiansyah tengah menuju Shamlapur di pesisir selatan Banglades yang berjarak sekitar 11 kilometer dari Whaikhyang.
"Kami menyalurkan bantuan makanan, selimut, dan tenda kepada para pengungsi. Penyaluran itu sudah dikoordinasikan sebelumnya dengan kepala daerah sehingga para pengungsi tidak berebut," ujarnya.
Menteri Luar Negeri Banglades AH Mahmood Ali mengatakan negaranya kesulitan menangani krisis ini.
Sebelum krisis terbaru, Banglades telah menampung sekitar 400.000 pengungsi Rohingya dari Myanmar selama puluhan tahun.