Hilangnya Etnis Rohingya dari Peta Myanmar
Hanya Buthidaung, di Timur, sejauh ini yang sebagian besar warganya berhasil diselamatkan.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, YANGON - Setelah serangan militan Rohingya bulan lalu, ribuan rumah dibakar di kantong-kantong warga etnis Rohingya di sebagian besar Myanmar.
Bukan itu saja, ratusan ribu Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh.
Arakann Project, yang para pekerjanya bertugas memperbaiki perumahan yang terbakar milik etnis minoritas Rohingya mendokumentasikan penampakan sisa-sisa serangan di 3 perkampungan di dalam negara bagian Rakhine Utara. Wilayah ini menjadi pusat warga Rohingya terkonsentrasi.
Para pekerja menemukan hampir di setiap desa di Kota Maungdaw terjadi pembakaran, dan bahwa semua Maungdaw telah hampir sepenuhnya ditinggalkan oleh warga Rohingya.
Desa Rohingya lainnya, di Rathedaung, di Utara, juga menjadi target.
Lokasi-lokasi ini merupakan tiga kamp pengungsian untuk pengungsi Rohingya saat konflik komunal terjadi lima tahun yang lalu.
Hanya Buthidaung, di Timur, sejauh ini yang sebagian besar warganya berhasil diselamatkan.
Petugas dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan Myanmar melakukan "Penghapusan ras" terhadap etnis Rohingya, petugas.
Hal itu terlihat dari tekanan yang dilancarkan militer Myanmar dari penyiksaan dan pembunuhan hingga memunculkan ketakutan, sehingga ribuan orang yang melarikan diri ke Bangladesh.
Baca: Status Siaga, Radius 6 KM dari Puncak Gunung Agung Disterilkan
Sampai dengan 30.000 anggota suku Rohingya telah meninggalkan rumah mereka di Myanmar untuk melarikan diri dari kekerasan, setelah tentara Myanmar memporak-porandakan tempat tinggal mereka.
Kepala badan urusan pengungsi PBB (UNHCR), John McKissick, mengatakan militer Myanmar telah menindas komunitas muslim Rohingya yang dikategorikan PBB sebagai pembersihan etnis.
"Tentara membunuh, menembak para pria, membantai anak-anak, memperkosa wanita, membakar, dan menjarah rumah, memaksa orang-orang ini menyeberangi sungai ke Bangladesh," kata McKissick seperti ditulis BBC pada 25 November 2016. (AP/AFP)