Kisah Pria 53 Tahun Tinggalkan Istri dan 7 Anaknya untuk Jadi Transgender
Seorang ayah berusia 53 tahun memilih jalan hidup yang tak seperti ayah kebanyakan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, KANADA - Seorang ayah berusia 53 tahun memilih jalan hidup yang tak seperti ayah kebanyakan.
Dilansir dari ViralThread, seorang ayah bernama Paul memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya sebagai seorang ayah.
Pria yang berasal dari Kanada tersebut memilih untuk menjadi seorang transgender bernama Stefonknee Wolscht berusia 6 tahun.
Langkah ini diambil ketika ia menyadari bahwa ia tidak hanya sekadar seorang tukang kayu.
Akan tetapi, ia adalah seorang transgender.
Ia pun memberikan ultimatum kepada sang istri.
Baca: Ketika Melania Trump Senyum Sumringah Saat Menatap SHINee, Ada Apa Ya?
Ia diperbolehkan menjadi seorang transgender atau ia akan meninggalkan istrinya yang hidup bersamanya selama 23 tahun dan ketujuh anaknya saat usianya menginjak 46 tahun.
Kepada The Daily Xtra, ia mengungkapkan bahwa ia tidak bisa berhenti untuk menjadi seorang transgender.
Sebenarnya, Stefonknee menyadari bahwa dirinya berbeda sejak ia berusia 6 tahun.
Ia merasa iri ketika teman-teman di sekitarnya bisa mengenakan gaun indah, sedangkan dirinya tidak.
Namun, karena kontruksi lingkungan dan tekanan sosial, ia pun memutuskan untuk hidup sebagai Paul.
Setelah menikahi kekasih SMA-nya, Maria, ia melakukan sebuah eksperimen dengan mengenakan pakaian wanita.
Awalnya, Maria bingung, tetapi ia masih membiarkan suaminya tersebut melakukannya.
Namun, di satu titik, Stefonknee mendapat suatu titik balik.
Ia mengikrarkan diri bahwa dirinya adalah seorang transgender.
Setelah menghadiri beberapa lokakarya transgender di Toronto, ia tahu bahwa ia tidak bisa bersembunyi lagi.
Pada suatu malam, ia mengumpulkan istri dan ketujuh anaknya di meja dapur.
Ia mengatakan kepada mereka bahwa ia merasa sebagai seorang wanita yang terperangkap di tubuh laki-laki.
Anak-anaknya pun tercengan dan terpukul mendengar penyataan tersebut.
Ia mendapat intimidasi dari anak-anaknya.
Setelah mendapat penolakan dari anak-anaknya, Stefonknee pun pindah ke Toronto.
Ia melakukan terapi perubahan hormon, sesuatu yang ia impikan selama ini.
Namun, sayangnya hasilnya tidak sesempurna yang ia bayangkan.
Menghadapi masa sulit karena dipecat dari perusahaan, ia sempat frustasi dan ingin bunuh diri.
Ia pun tinggal di tempat penampungan tunawisma selama berbulan-bulan.
Namun, hidupnya berubah sejak ia bertemu dengan temannya yang berniat "mengadopsinya".
Ia diperbolehkan memakai gaun anak-anak dan memainkan permainan anak-anak.
Di situ ia merasa bahwa ia memiliki seorang ayah dan ibu.
Ia pun mulai merasakan bahagia dan melupakan masa lalunya yang kelam.
Meskipun berusia 53 tahun, ia hidup layaknya gadis berusia 6 tahun yang tak henti bermain.
Nasib keluarga yang ia tinggalkan sampai berita ini diturunkan masih belum diketahui. (TribunWow.com/Galih Pangestu J)