Jika Perang Pecah, AS Jamin Korea Utara Bakal Hancur Lebur
Menurut Haley, sejak awal AS tidak menginginkan peperangan terjadi antara Washington dan Pyongyang.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Jika nantinya perang antara Amerika Serikat dan Korea Utara pecah, Washington menjamin Pyongyang akan hancur.
Hal itu disampaikan Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB, Rabu (29/11/2017).
Dalam pertemuan tersebut, Haley meminta anggota dewan untuk meningkatkan sanksi terhadap Korea Utara atas uji coba rudal yang kembali dilakukan negara itu, Selasa (28/11/2017).
Menurut Haley, sejak awal AS tidak menginginkan peperangan terjadi antara Washington dan Pyongyang.
Namun, uji rudal yang dilakukan Selasa itu dianggap telah membuat konflik antara dua negara tersebut "semakin dekat dengan deklarasi perang".
"Jika perang pecah, jangan salah, rezim Korea Utara akan hancur lebur," ucap Haley.
Setelah dua bulan absen, Korea Utara melakukan uji coba lagi atas rudal balistik antarbenua (ICBM) hasil kembangannya, Selasa (28/11/2017).
Baca: Setya Novanto Dapat Hadiah Ultah Jam Tangan Richard Mile Seharga Rp 1,3 Miliar
Yang diuji coba adalah Hwasong-15, rudal balistik jarak sedang sampai jauh yang diluncurkan hingga mencapai ketinggian 4.475 kilometer.
Hwasong-15 mendarat sejauh 950 kilometer dari titik luncurnya, yakni di daerah perairan Jepang, dan hasil uji cobanya dinyatakan sukses.
Namun, peluncuran tersebut menimbulkan kehebohan di kalangan komunitas internasional.
AS dan Jepang menanggapi cepat uji rudal itu dan mendesak agar Dewan Keamanan PBB menggelar rapat darurat, Rabu, untuk membahas hal tersebut.
Menurut pemberitaan stasiun televisi setempat, Kim Jong Un bangga dengan pencapaian tersebut.
"Kim Jong Un bangga mengumumkan bahwa kita akhirnya mengukir sejarah karena berhasil untuk layak disebut sebagai negara berkekuatan nuklir," kata pembawa berita, Ri Chun Hee.
"Keberhasilan luar biasa dari uji coba ICBM Hwasong-15 ini merupakan sebuah kemenangan yang tak ternilai rakyat Korea Utara," lanjutnya. (RT News/Sky News)