Kesalahan Sistem Peringatan Gempa di Jepang, Lift Berhenti Beroperasi, Kereta Api Ditangguhkan
Sistem mencatat gempa bumi dengan skala 8,3 SR, padahal gempa bumi itu terjadi dua kali di tempat yang berbeda dengan jarak sekitar 500 kilometer.
Editor: Dewi Agustina
Namun seandainya benar, masih aman karena lokasi Tribun di daratan yang jauh dari lautan.
Kasihan juga yang berada di dekat laut pasti persiapan kabur sudah dilakukan karena takut tsunami tiba.
Jarak waktu antara info darurat gempa bumi besar dengan datangnya tsunami sekitar 3 menit.
Jadi ada waktu dan kesempatan menyelamatkan diri selama 3 menit sebelum tsunami datang menghantam daratan.
Tribun kemudian langsung mengecek ke daerah pantai lewat kamera live di internet menggunakan jasa satelit.
Tapi ternyata air laut tampak tenang dan info tsunami juga tak ada.
Setelah itu Tribun memonitor sekeliling lingkungan yang sudah mulai sempat panik ke luar rumah karena semuanya menerima pesan yang sama.
Namun peringatan tersebut ternyata peringatan palsu yang dipicu oleh kesalahan dalam sistem peringatan gempa.
Layanan kereta api pun ditangguhkan namun tidak ada laporan cedera atau kerusakan.
Baca: PKB Galau Nama Abdullah Azwar Anas Tak Ada dalam Daftar Pencalonan Gubernur Jatim
Kemudian sejumlah lift, termasuk yang ada di menara observasi dan komunikasi Tokyo Tower, juga berhenti beroperasi.
"Kami menduga bahwa sistem tersebut melebih-lebihkan dengan menghitung dua gempa yang terpisah sebagai satu gempa besar," kata pejabat BMJ yang kemudian kemarin sore sekitar jam 18.30 waktu Jepang meminta maaf kepada masyarakat.
Beda kedua gempa bersamaan jam 11.02 waktu Jepang hanyalah 3 detik saja.
Yang pertama di Toyama (3,9 SR), lalu 3 detik kemudian di Ibaraki (4,4SR).