Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perfektur Aomori menduduki urutan ketujuh dengan jumlah dokter yang terbatas dibandingkan daerah lain di Jepang.

"Penduduk kita memang sekitar 1,37 juta orang dengan luas 9.606 kilometer persegi. Tiap 100.000 orang dilayani hanya oleh 198 dokter di Aomori," kata Kepala Bidang Medis pemda Aomori, Mimura kepada Tribunnews.com, Jumat (11/5/2018).

Menurut Mimura, saat ini sangat sulit mencari dokter yang mau bekerja di Aomori.

Dia mencontohkam, Kota Fukaura di Perfektur Aomori yang telah 4 bulan mencari dokter akhirnya baru menemukan minggu ini dan itu pun dari kota tetangga, Mito.

Baca: Polrestabes Bandung Tembak Mati Riko, Pelaku Pencurian Bermodus Pecah Kaca Mobil

Dokter itu bulan depan bekerja di klinik baru bernama Fukaura Shinryojo.

"Saya tak tahu mengapa sangat jarang dokter mau bekerja di Aomori. Mungkin juga karena dingin sekali. Tapi juga pasti ada alasan lain dari keluarga mereka masing-masing," tambahnya.

Lalu bagaimana kalau dokter dari Indonesia, atau dokter asing boleh bekerja di Aomori?

"Tentu saja siapa pun termasuk dokter dari Indonesia boleh bekerja di Aomori asalkan memiliki lisensi dokter Jepang, kami akan menerimnya secara terbuka," kata dia.

Untuk mendapatkan lisensi dokter Jepang memang tidak mudah.

Baca: Jadi Korban Penyanderaan Napi Teroris, Iptu Sulastri Didoakan Cepat Sembuh

Selain harus bisa berbahasa Jepang juga harus lulusan universitas kedokteran di Jepang dan mengambil ujian lisensi dokter dengan semua ujian dalam bahasa Jepang, setelah ikut ujian nasional kedokteran.

"Kita memang berharap kalau tidak ada orang Jepang ya silakan saja orang asing asalkan punya lisensi dokter Jepang di sini," ujarnya.

Apa yang menarik di Perfektur Aomori?

Ternyata disini alamnya sangat indah dan memiliki apel yang paling enak di Jepang.

Selain itu suasana masyarakatnya yang hangat meskipun udaranya dingin serta berbagai fasilitas lengkap untuk para dokter.

Gaji untuk para dokter di Aomori per tahun sedikitnya 22 juta yen atau sekitar Rp 2,86 miliar per tahun.

Itu juga ditambah perumahan, asuransi, transportasi dan makanan selama bekerja di rumah sakit.