Belajar Cara Membersihkan Sungai dari Kasus Minamata di Jepang
Bentuk penyakit ini adalah keracunan metil merkuri janin melalui plasenta, disebabkan ketika ibu mengonsumsi makanan laut yang terkontaminasi.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Menarik jika melihat dan belajar bagaimana Jepang menyelesaikan kasus Minamata dengan cara membersihkan sungai di daerah aliran sungai dan Teluk Minamata Perfektur Kumamoto sejak terdeteksi pada seorang anak di Tsukinoura Kota Minamata, Perfektur Kumamoto, tanggal 21 April 1956 lalu.
Penyakit Minamata adalah suatu bentuk keracunan, penyakit sistem saraf pusat, yang disebabkan oleh konsumsi ikan dan kerang yang terkontaminasi dengan senyawa metil merkuri yang dibuang ke dalam lingkungan sebagai limbah pabrik Chisso Corporation dan kemudian terakumulasi dalam kehidupan laut.
Ada juga kasus penyakit bawaan Minamata, di mana korban dilahirkan dengan kondisi yang menyerupai cerebral palsy.
Bentuk penyakit ini adalah keracunan metil merkuri janin melalui plasenta, disebabkan ketika ibu mengonsumsi makanan laut yang terkontaminasi selama kehamilan.
"Penyakit Minamata bukanlah penyakit menular yang ditransfer melalui udara atau makanan, baik itu diwariskan secara genetik," ungkap Yoshida, seorang ahli lingkungan hidup dari Universitas Hokkaido.
Baca: Terpidana Koruptor Rp 1,3 Triliun Ditangkap di Tanjung Benoa Setelah Dua Tahun Buron
Chisso Corporation, didirikan pada tahun 1908 memproduksi antara lain baterai dan berbagai produk menggunakan merkuri, lalu limbahnya dibuang ke laut meracuni masyarakat sekitar di Minamata.
Minamata dibangun menjadi sebuah kota mulai tahun 1912, ketika koneksi kereta api dan infrastruktur lainnya dibangun.
Lalu selesai pembangunan tahun 1949 jadilah sebuah kota yang baik dan populasi pada tahun 1956 sebanyak 50.461.
Namun akibat kasus Minamata, September 2007 penduduknya hanya berjumlah 28.901 orang.
"Kasus Minamata ditangani dengan pengerukan sampai dasar sungai dan teluk yang tercemar merkuri, bukan dengan jaringan dibentangkan di atas sungai," kata Yoshida.
Jaringan yang dipasang di atas sungai dan daerah teluk Minamata setelah pengerukan dasar sungai bersih, dan dimaksudkan guna menghindari orang menangkap ikan yang tercemar merkuri, maka dipasanglah jaringan.
Jadi jaringan dipasang agar orang tidak mengambil ikan yang tercemar racun merkuri.
Jaringan dipasang sejak tahun 1970-an hingga tahun 1997 pada area sekitar 1.510.000 meter persegi.
Korban Minamata sekitar 22.538 orang dan umumnya telah menerima kompensasi dari pemerintah setempat.
Baca: Salah Satu Korban Tewas Akibat Terbakarnya Kapal KM Satya Hanya Singgah Mengantar Sapi
Biaya pemulihan pembersihan daerah seluas kira-kira 1,5 juta meter persegi itu sedikitnya 48 miliar yen dan dari jumlah ini, perusahaan Chisso yang bertanggung jawab menanggung 30,5 miliar yen.
Setelah jaring dilepas tahun 1997, masih terus dilakukan monitor lingkungan hidup dan tercatat dampak merkuri sudah sangat sedikit, masuk ke dalam batas kesehatan sehingga ikan dapat ditangkap lagi oleh para nelayan.
Selama ada jaring menutupi sungai dan teluk tersbeut, nelayan setempat mendapatkan kompensasi sedikitnya satu juta yen per tahun per orang karena tak berpenghasilan ikan lagi.
Namun mulai tahun 1997 jaring diangkat dan subsidi pun dihapuskan oleh pemerintah.
Pada tanggal 23 Februari 1999, setelah lingkungan hidup Minamata terbukti sudah clear dan baik, Kantor Kota Minamata memperoleh ISO 14001.
Sertifikasi ISO 14001 mendefinisikan standar internasional untuk implementasi yang berkelanjutan dan pemeliharaan sistem manajemen lingkungan.
Kota Minamata di Perfektur Kumamoto, adalah kota yang kelima di Jepang untuk mendapatkan sertifikasi ini.
Pada bulan September 2003, setelah semua hal menjadi asri lingkungannya, Pemda Kota Minamata malah menantang masyarakatnya, agar langsung dapat mengaudit, memeriksa sendiri semua hal yang dilakukan pemda kota tersebut.
Sumber Tribunnews.com di Kementerian Lingkungan Hidup Jepang mengungkapkan bahwa penanganan sungai kotor dan bau bukanlah dengan jaring menutup di atasnya.
"Jaringan penutup seperti kasus Minamata agar masyarakat tidak menangkap ikan di sana yang telah tercemar merkuri," kata dia.
Perbaikan sungai kotor pertama dengan melihat kebiasaannya agar bisa hidup bersih dengan buang sampah pada tempatnya.
"Setelah kebiasaan bersih itu terbentuk, barulah sungai dikeruk total, memang menghabiskan biaya banyak, dan lakukanlah monitoring atas sungai tersebut bersama masyarakat yang telah sadar pentingnya buang sampah pada tempatnya," ujar dia.
"Bagaimana pun juga tak akan bersih sungai sampai kapan pun kalau masyarakatnya tidak sadar membuang sampah pada tempatnya," tambahnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.