Mendorong Akses Pasar Buah Indonesia di Pertemuan ACW-Menteri Selandia Baru
Keduanya adalah Menteri Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekspor, David Parker dan Menteri Pertanian Damian O Connor.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, WELLINGTON-Bersama dengan para Duta Besar ASEAN terkreditasi di Wellington yang tergabung di bawah payung ASEAN Community in Wellington (ACW), Duta Besar Tantowi Yahya melakukan rapat kerja dengan dua menteri ekonomi Selandia Baru.
Keduanya adalah Menteri Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekspor, David Parker dan Menteri Pertanian Damian O Connor.
Pertemuan para Dubes ASEAN dengan dua menteri Selandia Baru tersebut, terlaksana saat Asean sedang giat meningkatkan hubungan dagang, pertanian, pendidikan dan pariwisata dengan Selandia Baru.
Dubes Tantowi menyampaikan perhatian Asean tentang regulasi importasi buah segar ke Selandia Baru. “Masing-masing negara ASEAN memiliki target peningkatan volume perdagangan yang tinggi dengan Selandia Baru. Idealnya, dapat didukung oleh keseriusan pemerintah Selandia Baru dalam memberikan berbagai kemudahan" kata Tantowi dalam pertemuan itu, Rabu (19/9/2019) waktu setempat.
"ASEAN adalah produsen utama buah-buahan segar tropis seperti pisang dan nanas yang banyak dikonsumsi masyarakat Selandia Baru. Laju ekspor buah-buahan tersebut sering terkendala oleh penerbitan Import Health Standar (IHS) yang memerlukan proses yang panjang ” kata dia
Dijelaskan, sejauh ini Indonesia sudah memiliki IHS untuk Manggis dan Salak dan sedang berusaha untuk memasukkan Pisang dan Mangga.
Dubes Tantowi kemudian meminta kepada Menteri Pertanian agar Selandia Baru dapat membelakukan IHS secara kolektif kepada seluruh negara ASEAN karena produksi buah-buahan ASEAN hampir mirip seperti mangga, pisang, pepaya dll.
"Untuk banyak hal, kami minta agar Selandia Baru melihat Asean sebagai sebuah kolektivitas" jelas Tantowi.
Tantowi juga menyampaikan harapan agar kebijakan perdagangan Selandia Baru dapat lebih melihat ASEAN yang secara georafis lebih dekat dengan Selandia Baru.
Sekaligus juga melihat ASEAN sebagai pasar potensial berpenduduk 600 juta jiwa, bonus demografi usia produktif di tahun 2030. Serta letak strategis jalur perdagangan dunia dengan volume mencapai US$ 5 triliun.
Pertemuan yang dihadiri 4 Dubes (Indonesia, Malaysia, Filipina dan Vietnam) dan 2 KUAI (Singapura dan Thailand) tersebut juga membahas isu-isu yang menjadi perhatian bersama lainnya.
Antara lain; Regional Comprehensive Partnership (RCEP), Comprehensive Partnership Trans Pacific Partnership (CP TPP), kerja sama Pendidikan, ketenagakerjaan dan UKM.
Untuk isu ketenagakerjaan, Menteri Parker menyatakan bahwa sejalan dengan peningkatan perekonomian, Selandia Baru masih memerlukan masuknya tenaga kerja asing, misalnya dari India, Filipina termasuk Indonesia.
Namun, masuknya tenaga kerja tersebut harus tetap mempertimbangkan aspek lingkungan hidup dan kesejahteraan sosial.