Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menlu AS Bertemu Presiden dan Menlu Turki Bahas Hilangnya Jurnalis Khashoggi

Sebelumnya, Pompeo bertemu dengan Raja Arab Salman dan putranya, Pangeran Mohammed bin Salman (33), pada Selasa (16/10/2018) kemarin.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Menlu AS Bertemu Presiden dan Menlu Turki Bahas Hilangnya Jurnalis Khashoggi
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo Menteri luar negeri Mevlut Cavusoglu untuk membahas kasus hilangnya jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi (AP) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, ANKARA -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo mengadakan pertemuan terpisah dengan Presiden dan Menteri luar negeri Turki selama sekitar 40 menit, pada Rabu (17/10/2018), di ibukota Turki, Ankara.

Menlu Pompeo bertemu dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dan Menteri luar negeri Mevlut Cavusoglu untuk membahas kasus hilangnya jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi.

Menteri luar negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Pompeo akan memberikan informasi tentang kasus hilangnya Khashoggi.

Khashoggi menghilang ketika mengunjungi Konsulat Arab Saudi di Istanbul, pada 2 Oktober lalu, untuk melengkapi dokumen-dokumen pernikahan.

Setelah pertemuan, Pompeo tidak memberikan keterangan mengenai pembahasan selama 40 menit, dengan Cavusoglu dan Presiden Tayyip Erdogan.

Sebelumnya, Pompeo bertemu dengan Raja Arab Salman dan putranya, Pangeran Mohammed bin Salman (33), pada Selasa (16/10/2018) kemarin.

Berita Rekomendasi

Sebelum meninggalkan Riyadh, Pompeo mengatakan kepada wartawan bahwa para pemimpin Saudi berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus hilangnya jurnalis pengkritik kerajaan Arab Saudi.

Pejabat Turki mengatakan mereka percaya Khashoggi - seorang kritikus terkemuka dari Arab--telah dibunuh secara mutilasi oleh orang-orang dekat putera mahkota Arab Saudi Pengeran Mohammed bin Salman.

Sumber-sumber Turki mengatakan kepada Reuters, mereka memiliki rekaman audio atau suara menunjukkan Khashoggi dibunuh di dalam Konsulat.

Pejabat Turki juga mengungkap operasi menghabisi jurnalis pengkritik pemerintah Arab Saudi itu dilakukan 15 orang.

Dilaporkan para pelaku mutilasi yang memotong-motong tubuh Jamal Khashoggi harus mendengarkan musik.

Hal ini merujuk pada sebuah rekaman audio atau suara yang diperoleh dari pejabat anonim Turki untuk membuktikan Khashoggi telah dibunuh oleh regu yang berjumlah 15 orang itu.

Melalui rekaman suara itu, diduga Khashoggi dibunuh sesaat setelah ia masuk ke Konsulat Saudi di Istanbul di Turki pada 2 Oktober lalu.

Demikian sumber dari pejabat Turki mengatakan kepada The Wall Street Jurnal dalam laporan yang diterbitkan Selasa (16/10/2018).

Khashoggi tidak diinterogasi, kata sumber.

Sebaliknya ia dipukuli, dan dibunuh di kantor Konsul Jenderal Arab Saudi.

Khashoggi sempat berteriak kencang sekali. Bahkan teriakannya itu bida didengar seorang staf konsulat.

Kemudian, terdengar suara seorang pria yang diidentifikasi oleh pejabat Turki sebagai Dr. Salah al-Tubaigy, seorang dokter forensik dan "ahli otopsi."

"Ia direkomendasikan para pelaku lain untuk mendengarkan beberapa musik ketika memotong-potong tubuh dari kontributor The Washington Post," kata sumber itu.

Tidak jelas siapa orang yang menasihatkannya untuk mendengarkan musik.

Penyidik Turki telah melakukan pencarian atau investigasi sembilan jam di Konsulat pada hari Selasa (16/10/2018).

Sebelumya Presiden Turki, Tayyip Erdogan mengatakan para penyelidik menemukan beberapa bagian di Konsulat Arab Saudi terlihat baru dicat ulang.

Konsulat Arab Saudi di Istanbul merupakan tempat terakhir jurnalis Jamal Khashoggi sebelum menghilang.

"Beberapa bahan atau bagian di Konsulat Arab Saudi di Istanbul yang mana jurnalis Jamal Khashoggi menghilang dua minggu yang lalu telah dicat," ujar Erdogan dilansir dari Reuters, Rabu (16/10/2018).

Hal ini disampaikan Erdogan setelah polisi Turki memasuki Konsulat Arab Saudi untuk pertama kalinya dan mencari barang bukti selama sembilan jam.

Kepada wartawan, Erdogan juga mengatakan para penyidik Turki menemukan bahan-bahan beracun.

Pejabat Turki telah mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah memiliki sebuah rekaman audio atau suara yang menunjukkan bahwa Khashoggi tewas di Konsulat.

Namun Arab Saudi telah menyangkal peran apa pun dalam hilangnya Khashoggi.

"Harapan saya adalah bahwa kita dapat mencapai kesimpulan yang akan memberi kita pendapat wajar secepat mungkin. Karena penyelidikan mencari barang bukti banyak menemukan hal seperti bahan-bahan beracun dan bahan-bahan tersebut disingkirkan atau dihilangkan oleh cat ulang," jelas Erdogan kepada wartawan di Ankara pada hari Selasa (16/10/2018).

Arab Saudi menyangkal tudingan membunuh Khashoggi, seorang jurnalis yang keras melakukan kritik terhadap kebijakan kerajaan.

Menteri Dalam Negeri telah menjelaskan tudingan tersebut adalah "kebohongan".

Pejabat Saudi mengatakan Khashoggi meninggalkan Konsulat dalam kondisi tidak terluka.

Pekan lalu, Khashoggi pergi ke konsulat Saudi untuk mengambil sejumlah dokumen yang diperlukan untuk menikahi tunangannya yang asal Turki.

Kepolisian Turki mengatakan, setelah masuk ke dalam gedung konsulat Jamal Khashoggi tak terlihat meninggalkan bangunan tersebut.

Belakangan muncul kabar pria berusia 59 tahun itu sudah dibunuh di dalam gedung konsulat.

Tuduhan ini dibantah dan disebut sebagai tak berdasar Sebelumnya, kepada Blommberg di Riyadh putra mahkota Pangeran Mohammed bin Salman mengatakan, siap membantu aparat Turki yang akan melakukan pencarian di gedung milik Saudi itu.

"Kami akan mengizinkan mreka masuk dan melakukan pencarian. Jika mereka meminta izin, tentu saja kami akan mengizinkan. Kami tak menyembunyikan sesuatu," kata Pangeran Salman pada Jumat (5/10/2018).

Sebagai jurnalis, Jamal Khashoggi dikenal amat kritis terhadap kebijakan sang pangeran dan intevensi Saudi dalam Perang Yaman.

Khashoggi bahkan pernah membandingkan pangeran berusia 33 tahun itu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam kolomnya di harian The Washington Post pada November 2017.(News York Post/The Wall Street Journal/Reuters/AFP/Channel News Asia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas