Begini China Big Data di Kawasan Perdagangan Bebas Guangxi
Seluruh aktivitas perdagangan internasional yang dilakukan melalui daerah otonom tersebut tersaji secara digital
Penulis: Febby Mahendra
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Febby Mahendra Putra dari Tiongkok
TRIBUNNEWS.COM, NANNING - Luar biasa! Kata itu sekiranya tepat untuk menggambarkan bagaimana pengelolaan big data oleh China-Asean Information di Provinsi Guangxi, di Kota Nanning, Tiongkok (China).
Seluruh aktivitas perdagangan internasional yang dilakukan melalui daerah otonom tersebut tersaji secara digital. Hebatnya lagi, data tersaji secara real time.
"Data real times kami sampaikan kepada pihak berwenang sebagai bahan dalam mengambil keputusan," ujar Ying Li, General Manager Departemen Kerjasama Luar Negeri, China Asean Information Harbor Co, Ltd, kepada delegasi cendekiawan dan jurnalis dari Indonesia, Selasa (30/10/2018).
Kedutaan Besar China di Indonesia membawa rombongan cendekiawan dan jurnalis ke Provinsi Guangxi, untuk melihat pengelolaan kawasan industri dan ekonomi khusus.
Pengelolaan kawasan itu termasuk pusat penyediaan big data perdagangan China-Asean.
Dalam monitor ukuran besar tampak data real time masuk keluarnya barang yang diangkut kapal dari pelabuhan di kota pelabuhan Qinzhou, sekira 2,5 jam perjalanan dari Kota Nanning.
Sejumlah monitor ukuran jumbo mengelilingi dinding kantor tersebut.
Selain data perdagangan ada juga informasi mengenai hasil panen tebu di wilayah Guangxi, produksi gula, jumlah penumpang kereta cepat yang datang dan pergi ke wilayah Guangxi.
Bukan itu saja, tersedia produksi beras yang menjadi makanan pokok warga China.
Kantor tersebut bahkan memonitor trafik di internet. Dalam data yang tersaji, chatting merupakan trafik tertinggi, sedangkan berita menempati urutan kedua.
"Data menyangkut lalu lintas penggunaan internet bisa dipakai sebagai referensi untuk semisal pemasangan iklan dan lain sebagainya," ujar Yin Li.
Pengelolaan big data digital merupakan sebuah realiasi dari konsep jalur sutra pada masa lalu.
Sebuah pelabuhan khusus telah disediakan di Kota Qinzhou, sekira 2,5 jam perjalanan ke arah selatan dari Nanning, ibukota Provinsi Guangxi.
Di kawasan tersebut tersedia kompleks industri berkonsep kawasan perdagangan bebas yang bebas pajak.
Proyek digitalisasi jalur sutra di Guangxi dicanangkan pemimpin China Xi Jinping, pada November 2014 dan mulai operasional pada 2016.
Tujuannya melancarkan pengiriman barang produk China ke Asia Tenggara, laiknya pelayaran jalur sutra di masa lalu.
Projek pengembangan kawasan industri dan perdagangan bebas, lengkap dengan digitalisasi big data, dikoordinatori oleh Kantor Perencanaan Teluk Beibu Guangxi, yang berada di Kota Naning.
"Kami mengelola pusat industri dan perdagangan bebas di enam wilayah di Provinsi Guangxi," ujar Chen Hong Tao, Deputi Direktur Jenderal Kantor Perencanaan Teluk Beibu.
Delegasi dari Indonesia mengaku terkejut pada perkembangan itu.
"Saya melihat China punya visi ke depan. Siapa yang mampu menguasai informasi, bisa menguasai dunia," ujar Dr Ganewati Wuryandari MA, Kepala Pusat Penelitian Sumber Daya Regional, Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI), anggota delegasi dari Indonesia.
Menurutnya, China menyadari kekuatan sebuah negara bukan hanya menyangkut ekonomi dan militer tapi juga informasi.
Namun Ganewati melihat dari aspek teknologi tidak begitu wow (luar biasa). "Dari teknologi orang Indonesia sudah menguasai. Kelebihannya, mereka mampu mewujudkan visinya," tambah Ganewati.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.