Ditolong Warga Lokal, Turis Spanyol Ini Selamat dari Cuaca Ekstrem Di Siberia
Seorang musafir asal Spanyol yang melintasi berbagai penjuru dunia menggunakan sepeda, akhirnya terjebak dalam cuaca ekstrem di Siberia
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MAGADAN - Seorang musafir asal Spanyol yang melintasi berbagai penjuru dunia menggunakan sepeda, akhirnya terjebak dalam cuaca ekstrem di Siberia.
Laki-laki tersebut menderita radang dingin, ia nyaris tewas lantaran suhu di kawasan itu mencapai minus 50 derajat Celcius.
Kondisinya yang menurun membuatnya harus menghentikan perjalanan.
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (18/12/2018), Pelancong itu bernama Andres Abian Pajares, ia berencana naik dari Magadan ke Irkutsk yang harus ditempuh dengan jarak lebih dari 4.600 kilometer atau sekitar 2.858 mil menggunakan sepedanya.
Baca: Tak Hanya Teror Lempar Batu, Villa Miliknya Juga Dirampok, Ruben Onsu Menangis dan Bilang Saya Apes
Magadan dan Irkutsk merupakan dua kota yang berada di Rusia.
Sejak awal, ia telah menyadari bahwa suhu di Siberia bisa mencapai minus 60 derajat Celcius, namun dirinya berharap cuaca bisa sedikit bersahabat.
Pajares memprediksi mungkin saja suhu hanya mencapai minus 30 derajat, seperti yang dikutip dari blognya.
Fakta yang ada ternyata tidak sesuai perkiraannya, karena suhu malam di Siberia mencapai hampir minus 50 derajat Celcius atau sekitar minus 58 Fahrenheit.
Saat itu, Pajares hanya berjarak sekitar 100 km dari jalanan Siberia, sebelum nyaris kabur karena tidak tahan menghadapi cuaca yang menurutnya sangat 'menusuk' di tengah kawasan yang ia sebut sebagai 'Great White Lady' Siberia.
Ia menggambarkan pengalamannya secara puitis dalam blog pribadinya.
Kekuatan tubuhnya dalam menghalau udara dingin mulai menurun, Petualang tersebut kali pertama terlihat di jalanan oleh penduduk setempat, pada pekan lalu.
Diantara penduduk yang melihatnya, ada tiga bersaudara yang tengah melakukan perjalanan dari kota kecil Susuman ke Magadan menggunakan mobil, seperti yang dilaporkan media Rusia.
Mereka kemudian mencoba mencegah Pajares agar tidak melanjutkan perjalanannya.
Namun kendala bahasa dan keinginan kuat Pajares untuk melanjutkan perjalanan akhirnya membuat mereka enggan mencegahnya.
Dalam perjalanan pulang, trio tersebut terus mencari keberadaan Pajares dan ternyata prediksi mereka benar, laki-laki itu akhirnya tidak kuat.
Mereka kemudian menemukan Pajares berada di sebuah tenda kecil dan tengah mencoba untuk tidur di tepi jalan, sementara suhu di luar terus membeku.
Kali ini, trio tersebut menjemput si pengembara dan membawanya ke rumah mereka di Susuman.
Tiba di kediaman mereka, Pajares kemudian diperiksa oleh Dokter setempat dan didiagnosa menderita radang dingin pada bagian tangannya.
Melihat kondisinya yang tidak memungkinkan untuk berkelana, Pajares akhirnya dikirim kembali ke Magadan menggunakan bus.
Jika tiga bersaudara itu tidak menemukannya, kemungkinan ia akan mati membeku, kata para pejabat Rusia kepada media setempat.
Kendati demikian, Pajares tetap mengatakan bahwa perjalanannya sebenarnya tidak seburuk itu.
Ia menceritakan pengalaman tidak terlupakannya saat berusaha menjelajahi tanah Siberia.
"Saya menikmati kesendirian, energi Siberia, namun saya memang tidak suka juga 'kekurangan' sinar matahari," katanya kepada media Rusia.
"Saya turun dari celah gunung, karena saya tidak ingin tidur di atas sana, terlalu dingin, tapi semuanya cukup baik, sepeda, pakaian saya, tapi saya kehilangan sarung tangan saat tidur dan dalam waktu lima menit saja tangan saya langsung membeku,".
Saat ditanya apakah ia ingin kembali menjelajahi Siberia dan menyelesaikan perjalanannya yang sempat tertunda itu, Pajares tampaknya tidak yakin.
Ia mengaku akan kembali ke rumahnya di Spanyol menggunakan cara yang lebih nyaman yakni naik pesawat.
Ya, hal itu sangat mungkin, namun sepertinya saat ini Pajares harus merayakan tahun barunya di Magadan, karena semua tiket pesawat dari kota itu menuju negaranya, telah terjual habis.