Teror di Selandia Baru Tewaskan 49 Orang, Saksi Mata Merangkak dan Panjat Pagar Selamatkan Diri
Penembakan brutal di Selandia Baru menewaskan 49 orang. Ada dua warga negara Indonesia ( WNI) yang turut menjadi korban tindakan terorisme itu.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Aksi mencekam tindakan Penembakan setara genosida di Selandia Baru menewaskan 49 orang. Ada dua warga negara Indonesia ( WNI) yang turut menjadi korban tindakan terorisme itu.
Salah satu saksi mata yang selamat dari penembakan menceritakan begitu mencekamnya saat tragedi penembakan yang terjadi di dua masjid di Christchurch tersebut.
Dalam konferensi pers oleh pihak kepolisian setempat menyebut, ada 49 orang tewas yang menjadi korban aksi tak manusiawi tersebut.
Komisaris Polisi Mike Bush diwartakan CNN Jumat (15/3/2019) menyebut, 41 orang dari jumlah korban yang tewas, di antaranya ditemukan di Masjid Al Noor yang berlokasi di kawasan Deans Avenue.
Sementara korban tewas lainnya ditemukan di kawasan Linwood Islamic Center, Christchurch.
Saat penembakan terjadi, rupanya para jemaah ini akan melaksanakan Salat Jumat.
Dikutip dari Herald, laman berita Selandia baru, beberapa saksi mata menjelaskan perihal suasana mencekam saat penembakan terjadi.
Salah satu saksi mata adalah Nour Tavis. Dia merangkak ke tempat aman di tengah aksi pembantaian itu.
Saat penembakan, Nour Tavis berada di barisan depan Masjid Al Noor di Deans Ave bersama temannya.
Awalnya mereka tidak tahu suara itu.
"Pertama dia menembak orang di luar. Lalu dia datang di depan," katanya.
Kemudian, ia mendengar pistol diisi ulang sekitar tiga kali.
"Lalu kami mendengar teriakan ... semua orang panik," katanya.
"Ada penembakan dan penembakan dan penembakan ... orang-orang berlari dan tiba-tiba Anda melihat mereka jatuh."
Pria bersenjata itu mulai menembak ke segala arah.
Nour Tavis melihat seseorang mendobrak jendela dan melompat keluar, dan ia pun punya ide untuk melarikan diri secepatnya.
"Itu satu-satunya cara untuk melarikan diri," katanya. "Aku mengikuti."
Kemudian, Nour Tavis dan yang lainnya berlari untuk menyelamatkan diri.
Nour Tavis memanjat pagar setinggi 1,5 meter dan menggedor pintu tetangga mati-matian berharap seseorang akan menjawab dan membawanya ke tempat yang aman.
"Kami masuk ke sana dan saya bisa melihat orang lain tertembak, saya bisa melihat darah," katanya.
Nour Tavis kemudian mencoba kembali ke masjid dan membantu yang terluka.
"Ada orang yang mati kehabisan darah ... itu mengerikan."
"Aku melihat orang-orang berjatuhan di depanku. Aku merangkak untuk pergi. Dan aku sempat menabrak dinding," katanya.
Tak hanya Nour, Mohan Ibrahim juga menggambarkan kepada Herald saat ia berlari untuk menyelamatkan diri dari pria bersenjata itu.
Mohan Ibrahim adalah satu dari 200 orang di masjid Masjid Al Noor Christchurch ketika dia mendengar suara tembakan.
"Awalnya kami pikir itu sengatan listrik, tetapi kemudian semua orang ini mulai berlari," ujar Mohan Ibrahim.
Seorang saksi yang tak ingin disebutkan identitasnya menuturkan, dia langsung memecahkan jendela masjid begitu mendengar suara tembakan.
Kepada CNN, saksi mata itu mengungkapkan awalnya dia hendak pergi ke toilet tatkala teroris mulai masuk dan memberondongkan senapan serbunya.
"Saya berpikir apa yang terjadi. Namun, mereka terus menembak dan menembak. Saya memecahkan jendela ketika suara tembakan terus terjadi," ujarnya.
Kemudian saksi lain yang selamat mengatakan bagaimana dia berdoa dan memohon supaya teroris tersebut berhenti melakukan aksinya.
"Saya hanya bisa menunggu dan berdoa ' Tuhan, semoga pria ini kehabisan peluru'," tutur saksi tersebut dan menambahkan, seorang jemaah sempat memintanya sembunyi.
Yang dia tahu kemudian, teroris itu menembak pria tersebut tepat di dadanya.
Komisaris Polisi Mike Bush mengatakan empat orang yang terdiri dari tiga pria dan satu perempuan tersebut juga tidak masuk dalam daftar penegak hukum Australia.
Salah satu dari teroris itu, yang dilaporkan bernama Brenton Tarrant, merupakan warga negara Australia. Dia dikabarkan tinggal di Grafton.
Bahkan, Brenton Tarrant melakukan penembakan secara membabi buta dan merekam aksinya itu.
Di dalam video penembakan, Brenton Tarrant menggunakan dua senjata laras panjang, mirip shotgun dan laras panjang jenis AR-15.
Di kedua senjata yang dia pegang, terlihat tulisan perpaduan huruf maupun angka dengan tinta putih.
Setelah menembak semua orang yang ada di dalam masjid, Brenton Tarrant keluar, kemudian melancarkan aksinya dengan menembak orang-orang yang berada di luar.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyatakan insiden yang terjadi saat Salat Jumat itu adalah hari terkelam dalam sejarah negara itu.
"Sudah jelas bahwa peristiwa ini bisa dideskripsikan sebagai serangan teroris," ujar Ardern dalam konferensi pers dengan wajah kelabu dikutip AFP.
Ada 6 WNI di Masjid An Noor
Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya mengungkapkan ada enam warga negara Indonesia (WNI) berada di dalam Masjid Al-Noor, Christchurch, Selandia Baru, saat insiden penembakan terjadi pada Jumat (15/3/2019).
Tiga WNI yang menghubungi Tantowi Yahya mengenai kejadian penembakan di Masjid Al-Noor, Christchurch, adalah mahasiwa Indonesia sedang kuliah.
"Tiga mahasiswa itu namanya Fadil, Kevin dan Irfan. Mereka kuliahnya beda-beda tempatnya di Christchurch," ujar mantan anggota DPR RI ini kepada Tribunnews.com melalui sambungan telepon, Jumat (15/3/2019).
"Mereka berhasil lari dan selamat ke rumah penduduk di sana," ucap politikus Golkar ini.
Tantowi Yahya menjelaskan, saat penembakan terjadi seorang dari mahasiwa itu menghubungi dirinya.
"Pak Dubes, ada penembakan saat kami sedang menjalankan salat Jumat," kisah Tantowi menirukan informasi yang disampaikan seorang mahasiswa Indonesia dari ujung telepon kepadanya.
Mahasiswa yang dimaksud bersama dua lainnya sedang berada di masjid saat kejadian penembakan berlangsung.
"Beruntung kami selamat pak Dubes. Diselamatkan, menyelamatkan diri dari rumah penduduk. Kami bertiga selamat. Kami mendapat informasi ada tiga orang Indonesia yang juga salat jumat, tapi belum kami ketahui.' Begitu informasi kita terima," jelas Tantowi.
Kejadian penyerangan juga terjadi di Masjid Lindwood di kota yang sama.
Tantowi mengetahui hal itu, karena ada informasi mengenai seorang warga negara Indonesia bernama Fatimah yang menikah dengan imam masjid Lindwood.
"Suaminya adalah orang Nigeria, dan alhamdulillah warga kita selamat," ungkap Tantowi.
Terkait korban dari WNI, Tantowi mengaku belum memperoleh informasi pasti mengenai hal itu.
Karena sejauh ini pihak kepolisian Selandia Baru juga belum beri nama-nama korban dalam kejadian itu.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu RI) melalui Juru Bicara Kemenlu RI, Arrmanatha Nasir, ada dua Warga Negara Indonesia (WNI) yang turut menjadi korban.
"Update situasi di Christchurch Selandia Baru, diterima informasi oleh tim KBRI Wellington, bahwa terdapat 2 WNI, Ayah dan anak yang terkena tembak di Mesjid tersebut," kata Arrmanatha diketerangannya, Jumat (15/3/2019).
Ia melanjutkan, saat ini kedua korban yang merupakan ayah dan anak sedang dirawat di Christchurch Public Hospital.
"Kondisi ayah saat ini di ICU dan anak di rawat di ruang biasa di rumah sakit yang sama, yaitu Christchurch Public Hospital," ujar dia.
Arrmantha mengatakan, KBRI Wellington terus berkordinasi dengan otoritas setempat, kelompok WNI dan rumah sakit di Christchurch.