Update Bom di Srilanka: Hampir 300 Orang Tewas dan 500 Orang Terluka
"Korban tewas dalam ledakan Minggu Paskah di Sri Lanka telah meningkat menjadi 290 orang, dan hampir 500 orang terluka," ujar seorang juru bicara poli
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO - Hampir 300 orang tewas dalam serangkaian pemboman pada Gereja dan Hotel, di Sri Lanka, pada Minggu Paskah (21/4/2019). Lebih dari 500 orang terluka.
Kepolisian merilis korban tewas bertambah menjadi 290 orang.
"Korban tewas dalam ledakan Minggu Paskah di Sri Lanka telah meningkat menjadi 290 orang, dan hampir 500 orang terluka," ujar seorang juru bicara polisi pada Senin (22/4/2019).
Serangan teror ini tercatat yang terburuk sejak akhir perang sipil 10 tahun yang lalu.
Aksi teror itu menargetkan empat Hotel, termasuk Shangri-La, Kingsbury dan Cinnamon Grand di ibukota Kolombo.
Baca: Update Hasil Real Count KPU Pileg 2019 Senin Pukul 16.15, PDI-P Teratas, Disusul Golkar dan Gerindra
Baca: Maruf Amin Bersilaturahmi dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
ALJazeera melaporkan hampir semua korban adalah warga Sri Lanka. Sedangkan puluhan orang asing juga terbunuh.
Sejauh ini masih belum ada pihak yang mengaku dalang di balik serangan mematikan tersebut.
Baca: Resmi Rilis 2 Hari Lagi, Intip Keunggulan HP Redmi Y3 dengan Kamera Selfie 32MP Cocok Buat Nge-Vlog
Polisi menjelaskan pula, penyelidikan terhadap pemboman tersebut masih berlanjut dengan memeriksa laporan komunitas intelijen yang gagal mendeteksi atau memberi peringatan kemungkinan serangan bunuh diri terjadi.
Pihak berwenang juga mengeluarkan aturan jam malam setelah pemboman.
Jalanan di ibukota, Kolombo, sebagian besar terlihat sepi pada Senin pagi, setelah sebagian besar toko ditutup dan penyebaran personil tentara dan polisi.
Lebih jauh Polisi juga telah melakukan penangkapan terhadap setidaknya 24 orang yang diduga memiliki hubungan dengan kejadian pemboman hari Minggu itu.
Juru bicara polisi, Ruwan Gunasekara mengatakan bahwa mereka telah ditahan.
"Mereka Semua adalah penduduk setempat, sedang diperiksa oleh Departemen Investigasi Kriminal," ujarnya.
Intelijen Tahu
Otoritas Srilanka ternyata telah diperingatkan dua minggu sebelum serangan minggu Paskah terjadi, pada Minggu (22/4/2019).
"Bahkan lengkap dengan nama tersangka," ujar juru bicara kabinet Rajitha Senaratne, dilansir dari Guardian, Senin (22/4/2019).
"Pada tanggal 4 April, 14 hari sebelum insiden ini terjadi kami telah diberitahu tentang insiden ini," katanya.
"Pada tanggal 9 April, kepala Intelijen Nasional menulis sepucuk surat dan dalam Surat ini banyak nama anggota organisasi teroris yang ditulis," kata Senaratne.
Baca: Saat Ditanya Kapan akan Bertemu Prabowo, Luhut: Saya Sudah Telepon-teleponan dengan Pak Prabowo
Baca: Datangi Polisi, Andre Taulany Sebut Akun Sosmed Istrinya Dihack
Baca: Polisi Bakal Periksa 4 Pemuda Kejang-kejang di dekat Mal Alam Sutera
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengakui dia sudah mendengar adanya informasi tentang rencana gelombang serangan bom pada Minggu (21/4/2019).
Terdapat delapan titik di gereja maupun hotel bintang lima yang menjadi sasaran serangan saat Paskah, dengan 207 orang dilaporkan tewas.
Sebelum serangan terjadi, pihak kepolisian sebenarnya sudah mendapat peringatan dari "dinas intelijen asing" mengenai adanya rencana pengeboman itu.
Dalam unggahan Menteri Telekomunikasi Harin Fernando, diketahui surat berisi laporan intelijen itu bertanggal 11 April atau sepuluh hari sebelum kejadian.
Namun, sebagaimana diwartakan Daily Mirror dan The Telegraph, PM Wickremesinghe mengaku tidak mendapat informasi terbaru mengenai perkembangan laporan intelijen itu.
Wickremesinghe menegaskan penyelidikan perlu dilaksanakan untuk mengetahui mengapa laporan intelijen tidak ditindaklanjuti oleh otoritas berwenang.
"Namun, saat ini fokus kami adalah menangkap pelaku yang bertanggung jawab," kata Wickremesinghe.
Pernyataan yang sama juga disuarakan oleh Fernando. "Tindakan serius harus segera diambil mengapa peringatan seperti ini bisa tidak diproses. Saya berada di Badulla tadi malam," tutur Fernando di Twitter.
Tak pelak komentar itu menuai kemarahan publik. Netizen Twitter dengan nama akun Amali berang mengapa Fernando mengunggah surat itu saat peristiwa telah terjadi.
"Ayahmu sudah diberi tahu. Maka, tidak ada korban dari orang yang kamu cintai. Kalian tahu, tetapi membiarkan kami mati? Saya benar-benar kesulitan mencernanya," kecam dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.