Dubes Palestina Sebut Koferensi di Bahrain Sebagai Langkah Amerika Bermain Licik
Pemerintah Palestina secara tegas memboikot Konferensi ekonomi yang diinisiasi Amerika Serikat (AS) yang digelar di Manama, Bahrain, 25-26 Juni 2019.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Kushner yang juga menantu Presiden Amerika Serikat Donald Trump itu menuturkan, Gedung Putih telah mengembangkan "cetak biru" rencana perdamaian disertai visi ekonomi.
Berbicara di Washington Institute for Near East Policy, Kushner mengungkapkan tentang solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel serta Palestina.
"Jika Anda menyebutkan solusi itu, tentunya satu bagian kepada Israel, satu bagian lagi kepada Palestina," terang Kushner dilansir New York Post Jumat (3/5/2019).
Baca: Indonesia Pimpin DK PBB, Dubes Palestina Harap Indonesia Lunakkan Amerika dan Israel
"Kami akan berkata 'Anda tahu, jangan katakan itu. Mari katakan, ayo fokus kepada detil yang menjadi rencana ini'," ujarnya.
Namun Kushner dikutip The Guardian menolak membeberkan rencana itu.
Meski begitu, dia memastikan status final antara Israel dan Palestina ketika diumumkan pertengahan 2019 ini.
Pimpinan Palestina telah menyatakan tidak akan menerima mediasi dari Trump, yang mereka anggap sudah membuat serangkaian kebijakan yang menguntungkan Israel.
Salah satunya adalah ketika Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember 2017, sekaligus memindahkan kedutaan besarnya ke sana.
Israel selalu menganggap kota suci bagi tiga agama itu sebagai ibu kota mereka. Namun, Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan.
Kushner mengungkapkan sang ayah mertua sempat bertanya kepadanya tentang bagaimana keputusan pengakuan Yerusalem itu bakal memberikan dampak ke depannya.
Dia menjawab awalnya bakal terasa pedih. Namun di masa depan dia merasa keputusan itu bakal membantu karena menurutnya, proses perdamaian harus dimulai dari mengakui sebuah kebenaran.
"Saya pikir ketika kami mengakui Yerusalem, itulah kebenarannya. Yerusalem merupakan ibu kota Israel. Itu bagian dari perjanjian akhir," ujarnya.
Kushner mengatakan, dia mengakui jika rencana perdamaian itu tidak akan langsung menemui kesuksesan. Tapi dia berharap rencana itu menggulirkan terobosan dan dialog.
"Kami membangun bisnis yang bagus dengan komponen ekonomi kuat tentang bagaimana rakyat Palestina bisa mendapat peningkatan ekonomi," tukas Kushner.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sempat berjanji bakal menduduki permukiman di Tepi Barat. Sebuah langkah yang bakal dikecam keras Palestina maupun Dunia Barat.
Kushner menuturkan Israel tentu bakal berkompromi. "Saya harap semua pihak bisa saling memahami sebelum membuat keputusan," papar suami Ivanka tersebut.