Sejuta Warga Tiongkok Tinggal di Gorong-gorong Bawah Tanah di Antara Megahnya Beijing
Beijing adalah ibukota Tiongkok, di mana kota ini adalah pusat dari salah satu negara terkuat di dunia.
Editor: Sugiyarto
Kamar-kamar ini juga memiliki kisah sejarah, salah satunya adalah Perang Dingin ketika China Mao berjuang dengan Uni Soviet untuk supremasi ideologis di blok Timur.
Kemudian tahun 1969, kedua negara berperang di perbatasan berdarah di sepanjang Sungai Amur, Mao memerintahkan orang-orang untuk "menggali terowongan dalam-dalam" sebagai perlindungan terhadap serangan udara Soviet.
Melansir CNN, Annete Kim seorang profesor di Universitas of Southern California telah memetakan kota bawah tanah di Beijing dengan mempelajari 7.000 iklan sewa online.
Jumlah iklan sewa meningkat selama tahun dia meneliti pada tahun 2013.
• Lowongan Kerja di Jepang, Gaji Perawat Lebih Tinggi dari Menteri di Indonesia
Pilihan alternatif berbiaya rendah sebenarnya bisa tinggal di desa, dan pinggiran kota Beijing, namun mereka lebih suka tinggal di kota Beijing meski sebatas di bawah tanah.
Hal itu akan membuat mereka lebih mudah bepergian ke kota dibandingkan dengan mereka yang tinggal di pinggiran kota.
Ide perumahan bawah tanah ini muncul setelah populasi Beijing meledak pada tahun 2013, di antaranya adalah jumlah pendatang dan meningkatnya perumahan murah.
Namun, mereka yang imigran tidak diizinkan untuk tinggal di perkotaan, dan mengajukan permohonan untuk rumah murah, sekolah lokal, atau bentuk kesejahteraan lainnya.
Mengetahui mereka tidak pernah bisa tinggal di Beijing, alhasil mereka memilih tinggal di dalam tanah daripada harus tinggal di pinggiran kota.
"Tentu saja, tidak ada yang lebih suka tinggal di bawah tanah, tetapi ada preferensi yang kuat untuk lokasi," kata Annette Kim.
Terlepas dari itu semua, mereka yang tinggal di bawah tanah sebagian besar tidak memberi tahu keluarganya atau menunda untuk memberi tahunya.