VIRAL Pria ini Mengeluh Kakinya Lemas, Diagnosa Kanker Otak Stadium 4 Ternyata Malapraktik dan Tewas
Viral kasus malapraktik di India, seorang pria mengeluh kakinya lemas didiagnosa dokter kanker otak stadium 4 hingga akhirnya tewas
Penulis: Bunga Pradipta Pertiwi
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Viral kasus malapraktik di India, seorang pria mengeluh kakinya lemas didiagnosa dokter kanker otak stadium 4 hingga akhirnya tewas
TRIBUNNEWS.COM- Seorang pria dari Kolkata, India, mebagikan kisah malapraktik yang dialami ayahnya.
Pria dengan akun Facebook Ashok Diwan membagikan kisah pilu tersebut.
Kejadian bermula pada Juli 2018 silam, Mr Ashok Diwan (61) mengalami kelemahan di kaki kanannya.
Baca: VIRAL Potret Ibu Meninggal dalam Keadaan Tersenyum setelah Melahirkan, Ini Curhatan Manis sang Suami
Ia lalu memutuskan untuk pergi ke Rumah Sakit Apollo Gleneagles Kolkota.
Di rumah sakit tersebut ia bertemu dangan seorang ahli bedah saraf, Dr SN Singh.
SN Singh lalu melakukan pemindaian otak MRI padanya.
Hari berikutnya, SN Singh mengatakan kepada Ashok bahwa hasil MRI menunjukkan bahwa ia menderita kanker otak stadium empat.
Ia juga menyampaikan jika dan tidak ada obat yang bisa menyembuhkan penyakitnya.
Umur Ashok dipresiksi hanya tinggal 18 bulan lagi.
Dokter melewatkan pemeriksaan biopsi otak dengan alasannya rumah sakit tidak memiliki mesin untuk melakukannya.
Jadi, dia mengakui Ashok selama tiga hari karena dia mengatakan dia yakin Ashok telah mengembangkan kanker otak tahap keempat.
SN Singh kemudian membawa seorang ahli onkologi yang juga mengkonfirmasi bahwa tidak ada obatnya.
Para dokter mengatakan bahwa perawatan yang dilakukan hanya akan meningkatkan masa hidup Ashok selama satu atau dua bulan.
Tanpa melakukan biopsi otak, mereka mulai memberikan radioterapi, kemoterapi, dan steroid ke Ashok selama sebulan.
Bukannya sembuh, cara perawatan ini justri memberinya serangkaian masalah kesehatan baru.
Baca: Viral Video Penumpang Bermesraan di KRL Commuter Line
Baca: Dicecar Hotman Paris untuk Tanggung Jawab Kasus Malapraktik, Direktur RSUD Sangatta Putuskan Telepon
Ahli onkologi di rumah sakit tersebut melanjutkan dengan perawatan kanker.
Ketika masalah baru menjadi lebih buruk, ahli onkologi menghentikan pengobatan.
Meskipun saat dihentikan 75 persen dari perawatan sudah berakhir.
Dalam rentang waktu sekitar satu bulan, kondisi Ashok semakin kritis.
Ashok dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU) selama empat bulan, dalam keadaan koma.
Kemudian Ashok mulai kehilangan kendali atas anggota tubuhnya hingga ginjalnya berhenti berfungsi.
Hal ini menyebabkan siklus berulang 24 hingga 72 jam dialisis terus menerus.
Serangkain perawatan yang dilakukan justru membuat Ashok menderita diabetes karena overdosis steroid.
Ia mendapatkan beberapa infeksi di darah, paru-paru dan otaknya.
Dia bahkan mendapatkan penyakit kulit yang mematikan yang disebut Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) yang cukup langka.
Spesialis perawatan kritis, dokter kulit dan ahli bedah plastik menolak untuk memberikan perawatan yang diperlukan sesuai protokol untuk TEN.
"Terlepas dari permintaan yang berulang-ulang, mengemis dan menangis, mereka bahkan tidak memindahkannya ke ruang isolasi dan membiarkannya tetap terbuka di ICU terbuka," tulis putra Ashok.
Baca: Viral Sosok Diduga Pocong di Google Maps, Raditya Dika Ikut Bagikan Pengalaman Sang Istri
Baca: Viral, 2 Anak Ini Menangis Ditelantarkan Orangtuanya
Dokter Berusaha untuk Mengakhiri Hidup Ashok
Alih-alih mencoba untuk menghidupkan kembali Ashok setelah ia memburuk begitu banyak, beberapa spesialis termasuk ahli paru dan kepala ICU terus menyarankan perawatan End of Life kepada Ashok.
Pada dasarnya prosedur ini membiarkan seorang pasien meninggal tanpa memberikan perawatan apa pun.
Diduga mereka melakukan ini untuk menutupi kejahatan rekan-rekan mereka dan rumah sakit.
Mereka juga berusaha menghancurkan bukti dengan membiarkan Ashok mati sehingga mereka bisa lolos dari hukuman.
Namun, ini bukan satu-satunya saat mereka mencoba mengakhiri hidup Ashok.
Mirisnya, selama perawatan mereka mencemari cairan dialisat yang digunakan dalam dialisis.
Kejamnya lagi, mereka melakukan dialisis tanpa menggunakan penghangat cairan, yang merupakan langkah wajib.
Ini menurunkan suhu tubuh Ashok sementara detak jantungnya turun dari 108bpm menjadi 62bpm.
Pada titik ini, dokter mengkonfirmasi bahwa ia akan mati dalam beberapa jam.
Tetapi ketika keluarga Ashok menunjukkan kepada mereka sebuah dokumen yang dicari dari Google yang menyatakan penghangat cairan diperlukan.
Mereka memasangnya setelah lima jam dan suhu tubuh Ashok pulih.
Keluarga Ashok hanya mengetahui tentang diagnosa dan perawatan yang salah pada November 2018 melalui ahli bedah saraf Dr LN Tripathy.
Baca: Viral Video Dua Balita Dibuang Ibunya di Pinggir Jalan, Menangis Sambil Memanggil Mama. . .
Baca: Viral Hari Ini, Terungkap Identitas dan Motif Pria yang Makan Kucing Hidup-hidup di Kemayoran
LN Tripathy mengatakan bahwa kerusakan yang terjadi pada Ashok hampir tidak dapat dipulihkan.
Pada titik ini, otoritas rumah sakit Apollo Gleneagles mengatakan kepada keluarga Ashok untuk tidak melakukan pembayaran.
Mereka menawarkan untuk mentransfer Ashok ke Rumah Sakit Apollo di Chennai dan juga menawarkan untuk menutup semua biaya untuk mereka.
Keluarga Ashok menyetujui hal ini, tetapi rumah sakit tidak pernah membuat pengaturan untuk itu.
Sebagai gantinya, CEO rumah sakit Apollo Rana Dasgupta mengatakan bahwa keluarga Ashok "berbohong hanya untuk menghindari membayar tagihan rumah sakit".
“Kami akhirnya memutuskan untuk memindahkan ayah ke Rumah Sakit Medica."
"Ketika kami pergi, manajer tagihan mereka dan manajer lainnya Amitava Pal, meminta kami untuk memberi mereka secara tertulis bahwa kami akan datang beberapa waktu kemudian untuk menyelesaikan masalah keuangan, ”tulis putra Ashok.
"Mereka mengatakan kepada kami bahwa itu diperlukan hanya untuk tujuan audit mereka dan itu hanya formalitas,"
"dan kami tidak akan pernah repot untuk melakukan pembayaran lebih lanjut."
"Setelah kami pergi dengan ayah ke Rumah Sakit Medica, mereka memberi tahu otoritas Rumah Sakit Medica bahwa kami melarikan diri tanpa membereskan tagihan mereka."
Setelah sekita 6 bulan dirawat, pada 26 Desember 2018, Ashok menghembuskan napas terakhirnya.
Putra Ashok kemudian mengatakan di bahwa dia ingin orang-orang membagikan kisah ini untuk menyebarkan kesadaran akan kejadian seperti itu di rumah sakit.
"Kami meninggikan suara kami sehingga tidak ada ayah orang lain yang terbunuh dengan cara seperti itu dan tidak ada keluarga bahagia lainnya yang hancur seperti kami," tulisnya.
Baca: VIRAL Suami Istri Bersaing jadi Kepala Desa, Visi Misi sang Istri jadi Sorotan
Baca: Viral Mobil Masuk Areal Kuburan, Pengemudi Tak Sadar Tidur di Atas Nisan
Baca: Penumpang Tidur di Lantai Kabin, Foto Memalukan Pasangan Turis Ini Viral di Instagram
(Tribunnews.com/Bunga)