7 Potongan Tembok Berlin Ada di Jepang
Di Jepang juga ada tujuh potonga tembok Berlin yang tersebar di berbagai tempat, baik di taman seperti di Yokohama, Kanagawa maupun di dekat kuil.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Potongan tembok Berlin yang terkenal sebagai pembatas antara Jerman Barat dan Jerman Timur bertebaran di berbagai negara termasuk di Kali Jodoh Jakarta Indonesia.
Di Jepang juga ada tujuh bekas tembok Berlin yang tersebar di berbagai tempat, baik di taman seperti di Yokohama Kanagawa maupun di pintu masuk sebuah kuil di Jepang.
"Semua itu dibawa oleh banyak orang Jepang sebagai lambang perdamaian dunia," ungkap Motoyama, seorang pengamat tembok Berlin di Jepang kepada Tribunnews.com, Senin (7/10/2019).
Karena bentuknya besar, umumnya ditaruh di tempat terbuka di luar, di taman atau bahkan dekat di pintu masuk sebuah kuil di Jepang.
Sebuah dinding Berlin juga bisa dilihat di dekat kedutaan Jerman yang ada di Tokyo sejak 6 Februari 2018.
Demikian pula sebuah dinding Berlin juga ditampilkan di dekat German School di Yokohama.
Baca: Sebelum Diciduk KPK, Bupati Lampung Utara Sempat Beri Pesan Jangan Korupsi untuk Pejabat Baru
Baca: Ammar Zoni Ungkap Kondisi Irish Bella Usai Anak Kembarnya Meninggal Dunia
Pada awalnya milik pengusaha pakaian terkenal Aoki Holdings yang kemudian dihadiahkan kepada sekolah tersebut tanggal 18 Mei 2016.
Ada pula sepotong dinding Berlin di dalam gedung museum di Miyakojima Okinawa sebagai barang tontonan sejarah menarik.
"Lalu dua dinding Berlin yang ditaruh di dekat pintu masuk sebuah kuil di Osaka, pemberian seorang pribadi yang tak mau disebutkan namanya," ungkap pendeta kuil tersebut.
Umumnya para pribadi orang kaya membeli dari Jerman lewat sebuah agen lalu mendatangkan ke Jepang sebagai sebuah peringatan adanya saat bersejarah runtuhnya dua negara berbeda filosofi, namun akhirnya bersatu dalam sebuah perdamaian sejati sampai kini.
"Satu filosofi perdamaian, kehidupan yang tenang, nyaman, berdampingan dengan tenang antar sesama manusia, yang selalu dipegang banyak orang Jepang sampai saat ini setelah usai Perang Dunia II," tambah Motoyama.