Kisah Tunanetra Ditinggal Keluarga Sejak Bayi, Berjuang Hidup hingga Mampu Beli Rumah Dibayar Tunai
Kisah inspiratif datang dari seorang wanita tunanetra di Malaysia yang berhasil mendapatkan impiannya di tengah kekurangannya.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Kisah inspiratif datang dari seorang wanita tunanetra di Malaysia yang berhasil mendapatkan impiannya di tengah kekurangannya.
Dilansir dari World Of Buzz, Esah Hussin (42) merupakan wanita tunanetra yang sudah ditinggal keluarga sejak ia lahir.
Esah disebut telah menabung selama 19 tahun, hingga akhirnya mampu membeli apartemen murah di Tanjung Tokong, Malaysia.
Apartemen tersebut seharga RM72.500 atau sekitar Rp 200 juta lebih, Esah membayarnya dalam bentuk tunai, lapor The Star.
Dalam waktu 19 tahun itu, dia menyisihkan RM500 setiap bulannya, atau sekitar Rp 1,6 juta, sambil bekerja sebagai pengumpul file dan petugas telemarketing.
Sementara ketika ia kekurangan biaya untuk hidupnya, terkadang dia bernyanyi di acara-acara untuk mendapatkan uang saku.
"Saya senang dan puas dengan apa yang saya miliki hari ini dan ketika saya pindah, teman-teman saya datang untuk mengadakan pesta rumah baru bersama saya," tutur Esah, dilansir dari World Of Buzz, Kamis (19/12/2019).
“Saya masih terbiasa dengan tempat baru dan saat ini saya hanya tinggal sendirian. Banyak orang mendukung dan memotivasi saya."
Sementara itu, setelah ditinggalkan oleh orang tuanya, Esah tumbuh di panti asuhan di Kelantan.
Baca: Pengantin Tak Bisa Hadiri Resepsi, Orangtua Gantikan Posisi Kedua Mempelai, Ayah Menangis Pasrah
Baca: Kaleidoskop September 2019 - Usaha Wanita Tutupi Aib Sudah Hamil Saat Nikah, Keluarga Fokus ke Perut
Kemudian untuk pendidikan dasar, ia pergi belajar di SK Pendidikan Khas Putri Elizabeth di Johor Baru.
Esah lalu pindah ke panti asuhan di Setapak, Kuala Lumpur.
Ketika dia menyelesaikan studinya, dia menemukan Rumah St. Nicholas, dan ternyata itu adalah pertemuan yang ditakdirkan yang mengubah hidupnya selamanya.
Di rumah tersebut, ia belajar keterampilan hidup dasar, keterampilan komunikasi, dan Teknologi Informasi (TI) dan mempertemukannya dengan sang pelatih Jayah Doraisamy.
Jayah mendorong Esah untuk menghemat uang untuk membeli rumah, dan menganggap itu sebagai tujuan hidup.
Jayah, yang baru saja pensiun, mengatakan bahwa dia sangat bangga dengan tekad Esah.
"Saya bangga padanya, dan percaya bahwa dia akan dapat menjalani hidupnya dengan nyaman sekarang."
Esah juga berkata:
“Saya berharap orang-orang yang memiliki nasib yang sama dengan saya (tunanetra) tidak akan bergantung pada orang lain. Mereka bisa hidup mandiri,” tutupnya.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)