Donald Trump Beri Sanksi pada Iran, Sebut Tak Ingin Gunakan Kekuatan Militer
Donald Trump beri sanksi pada Iran pasca-serangan balas dendam, Wapres AS Mike Pence klaim situasi saat ini jauh lebih aman.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Presiden AS Donald Trump memberikan pernyataan resmi pada Rabu (8/1/2020) waktu setempat setelah Iran melakukan serangan balas dendam ke pangkalan militer AS di Irak.
Pernyataan tersebut disampaikan Trump di Gedung Putih.
Pria berusia 73 tahun ini mengatakan, Iran tampaknya akan mundur setelah menembakkan puluhan rudal ke dua pangkalan AS di Irak pada Rabu dini hari.
Tak hanya itu, Trump juga menyebut dirinya akan mundur dari konfrontasi dengan Iran.
"Kami tidak ada korban, semua prajurit kami selamat dan pangkalan militer kami hanya mengalami kerusakan minimum," ujar Trump, dikutip Tribunnews dari Daily Mirror.
Baca: Iran Serang Pangkalan AS di Irak atas Nama Qasem Soleimani, Trump Konsultasi dengan Pihak Keamanan
Baca: Pasca-Serangan Balas Dendam di Pangkalan AS di Irak, Pejabat Iran: Keluar dari Daerah Kami!
"Iran tampaknya mundur, yang merupakan hal baik untuk semua pihak terkait dan hal sangat baik untuk dunia," imbuh dia.
Meski begitu, Trump menyatakan ia akan memberikan sanksi sampai Iran 'mengubah perilakunya'.
"Fakta bahwa kami memiliki militer dan peralatan yang hebat, tidak berarti kami harus menggunakannya. Kami tidak ingin menggunakannya."
"Kekuatan Amerika, baik militer maupun ekonomi, adalah pencegah terbaik," ungkap dia, dilansir Al Jazeera.
Lebih lanjut, Donald Trump menjelaskan serangan terhadap Komandan Pasukan Quds, Qasem Soleimani, terjadi atas arahannya.
Ia mengatakan Soleimani bertanggung jawab penuh atas beberapa kekejaman yang terjadi.
Juga telah membunuh ribuan tentara AS.
"Atas arahan saya, AS melenyapkan Soleimani yang merupakan teroris."
"Soleimani secara pribadi bertanggung jawab atas beberapa kekejaman terburuk, ia memicu perang sipil berdarah di semua wilayah," tutur Trump.
"Ia kejam, membunuh ribuan tentara AS, termasuk penanaman bom di pinggir jalan yang melukai dan memecahbelah korban."
Baca: UPDATE Pasca-Serangan Balas Dendam Iran, Korban Jiwa hingga Donald Trump akan Buat Pernyataan
Baca: Iran Bersumpah Balas Dendam atas Kematian Qasem Soleimani, Donald Trump dan Gedung Putih Jadi Target
"Soleimani basah oleh darah orang Amerika dan Iran, dia seharusnya dipecat sejak lama," lanjut dia.
Diketahui, Qasem Soleimani terbunuh akibat serangan AS pada Jumat (3/1/2020) dini hari di Bandara Internasional Baghdad, Irak.
Mengutip CNN, Wakil Presiden AS Mike Pence, juga memberikan tanggapannya terkait serangan balas dendam Iran.
Dalam siaran CBS Evening News, Pence mengklaim AS saat ini jauh lebih aman ketimbang sebelum Trump memerintahkan untuk membunuh Soleimani.
Ia juga menyebutkan AS telah menerima 'sejumlah (kabar, red) intelijen yang membesarkan hati', Iran mengirim pesan pada pasukannya untuk tidak bergerak melawan target Amerika atau warga sipil.
"Kami telah menerima (kabar, red) dari intelijen selama beberapa hari sebelumnya, soal adanya kemungkinan serangan yang akan datang."
"Kami mendengar ada ancaman. Dunia mendengar ada ancaman dari Iran."
"Kami menggerakkan pasukan, kami menyediakan tingkat perlindungan pasukan sesuai arahan Presiden."
"Dalam arti yang sangat nyata, kami memiliki sistem peringatan dini yang memungkinkan memindahkan orang Amerika dan sekutu kami keluar dari bahaya," tutur Pence, saat ditanya apakah AS mendapat peringatan sebelum Iran menyerang.
"Saya percaya kami lebih aman hari ini, daripada sebelum Presiden Trump memerintahkan militer untuk mengalahkan Qasem Soleimani."
Baca: Iran Tawarkan Hadiah Rp 1,1 Triliun untuk Kepala Donald Trump, Sebut akan Serang Gedung Putih
Baca: Situs Pemerintahan AS Diretas Pasca Donald Trump Ancam Iran, Tampilkan Gambar Trump Dipukul
"Ia adalah pria yang telah memimpin organisasi yang disponsori negara teroris di wilayah tersebut," imbuh dia.
Sebelumnya, Iran menyerang pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Irak menggunakan rudal jelajah pada Rabu (8/1/2020) dini hari waktu setempat.
Serangan tersebut dilakukan Korps Garda Republik Iran (IRGC) dalam rangka balas dendam atas kematian Komandan Pasukan Quds, Qasem Soleimani pada Jumat (3/1/2020) lalu.
"Tentara unit kerdirgantaraan IRGC telah meluncurkan serangan puluhan rudal terhadap pangkalan militer Al Asad atas nama martir Jenderal Qasem Soleimani."
"Balas dendam sengit oleh Pengawal Revolusi telah dimulai," ujar IRGC.
Tak hanya sekali, serangan rudal telah dilakukan Iran sebanyak dua kali.
Dilansir Daily Mirror, Iran menyerang pangkalan AS di Erbil, Irak Utara dan Al Asad, Irak Barat.
Pangkalan AS yang menjadi target serangan Iran merupakan pangkalan militer terbesar.
Trump pernah mengunjungi pangkalan militer AS tersebut pada 2018 silam.
Serangan rudal terjadi saat 450 tentara Inggris, di antara 5.000 tentara AS, diyakini tengah merencanakan evakuasi darurat untuk Irak.
Evakuasi darurat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya perang dengan Iran.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)