Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemimpin Tinggi Iran Pimpin Salat Jumat Pertama Kalinya dalam 8 Tahun, Singgung Amerika saat Khotbah

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei kembali menjadi imam Salat Jumat. Ini kali pertama setelah delapan tahun terakhir.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memimpin sholat Jumat di Teheran untuk pertama kalinya dalam 8 tahun terakhir.

Salat Jumat di Teheran ini dihadiri ratusan ribu warga muslim Iran yang masih berduka atas kematian Jenderal Qassem Soleimani.

Dalam khotbah-nya, Khamenei mengecam keras para pejabat AS, terutama Presiden Trump.

Ia juga mengkritik Perancis, Jerman dan Inggris sebagai "antek-antek" Amerika yang tak bisa dipercaya.

Dalam kesempatan itu, Khamenei juga mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya penumpang dan kru pesawat Ukraine Airlines yang tak sengaja ditembak tentara Iran.

Seperti yang dilansir CNN.com, sangat jarang bagi Khamenei , tokoh agama sekaligus tokoh politik paling berpengaruh di Iran, untuk memimpin langsung salat Jumat.

Ayatollah Ali Khamenei memimpin sholat Jumat di Teheran
Ayatollah Ali Khamenei memimpin sholat Jumat di Teheran (YouTube Global News)

Namun aksinya itu dipercaya sebagai usaha meraih dukungan setelah banyaknya gejolak yang terjadi selama beberapa minggu terakhir yang telah memberi cukup banyak tekanan terhadap Republik Islam.

BERITA REKOMENDASI

Jenderal Iran yang paling penting, Qasem Soleimani, terbunuh dalam serangan drone yang dilancarkan Amerika pada awal Januari lalu.

Aksi provokatif Amerika itu memicu serangan balasan Iran yang kemudian menyerang pangkalan militer Amerika di Irak, yang berujung pada konflik berkepanjangan terhadap kedua belah pihak.

Situasi makin diperparah saat militer Iran tak sengaja menembak pesawat komersil Ukraina di Teheran yang dikira pesawat musuh.

Sebanyak 176 orang tewas dalam kecelakaan tersebut, termasuk 82 orang warga negara Iran.

Penembakan pesawat sipil oleh tentara Iran tersebut memicu aksi protes segelintir pengunjuk rasa yang turun ke jalan di Teheran.


Pengunjuk rasa yang berubah menjadi protes anti-pemerintah mendesak Khamenei untuk mundur.

Namun, lautan massa dalam Salat Jumat kemarin, seakan menegaskan mayoritas rakyat Iran tetap mendukung pemerintah dan Wali Faqih (kepemimpinan ulama--Red) dalam Republik Islam Iran.

Dalam khotbah Jumat (17/1/2020) kemarin, Khamenei mendeskripsikan kematian Soleimani sebagai mati syahid dan serangan balasan Iran pada Amerika adalah "tindakan Tuhan, bukan manusia".

Ayatollah Ali Khamenei memimpin sholat Jumat di Teheran 2
Ayatollah Ali Khamenei memimpin sholat Jumat di Teheran (YouTube Global News)

Serangan pembalasan tersebut, bagi Khamenei, telah cukup "menampar" Amerika.

"Apa yang terjadi bukanlah hasil aksi manusia mana pun, melainkan tangan Tuhan," ujar Khamenei.

"Hari di mana rudal [Pengawal Revolusi Iran] menghujani pangkalan Amerika, itu juga hari Yang Mahakuasa."

"Kita melihat sejarah sedang ditulis."

"Ini bukan hari-hari normal."

"Fakta bahwa suatu kekuatan, suatu bangsa, memang memiliki kekuatan spiritual untuk menanggapi kekuatan intimidasi terbesar di dunia dengan tamparan di wajahnya, ini menunjukkan tangan ilahi, tangan Tuhan."

Khamenei juga mengecam Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, yang mengatakan di media sosial bahwa mereka mendukung para pengunjuk rasa di Iran.

Khamenei mengatakan "badut Amerika" berbohong kepada publik bahwa AS bersama rakyat Iran.

"Badut-badut Amerika itu, dengan segala kejahatan dan tipu dayanya, berkata bahwa mereka bersama rakyat-rakyat Iran. Mereka harus lihat siapa orang Iran sesungguhnya."

"Jika berdiri dekat dengan Iran, pasti ada niatan menusuk pisau ke dada rakyat," katanya.

Khamenei menambahkan Iran terbuka untuk negosiasi, tetapi tidak dengan Amerika Serikat.

"Kami tidak takut negosiasi," katanya, "tapi tentu saja tidak dengan Amerika."

Pemimpin itu mengatakan negaranya hanya akan bernegosiasi dengan orang lain "dari posisi yang kuat," bukan "lemah."

Namun Khamenei tidak memberikan rincian tentang negara mana yang dimaksudnya.

Ibadah Jumat itu pun dipenuhi ratusan ribu jemaah yang ingin mendengarkan khotbah yang langka.

Massa tumpah hingga ke jalan-jalan ibu kota Teheran.

Hadir pula Presiden Hassan Rouhani di barisan depan bersama pembicara parlemen Ali Larijani.

Presiden Hassan Rouhani di barisan depan bersama pembicara parlemen Ali Larijani.
Presiden Hassan Rouhani di barisan depan bersama pembicara parlemen Ali Larijani (YouTube Global News)

Terakhir kali Khamenei memimpin shalat Jumat adalah pada 2012 untuk menandai peringatan 33 tahun Revolusi Islam.

Ia juga pernah memimpin doa pada 2009 di tengah protes atas pemilihan presiden yang kontroversial.

Selama beberapa hari terakhir, siaran radio dan televisi Iran mendorong orang-orang untuk ikut beribadah.

Undangan sholat Jumat itu dilakukan setelah adanya aksi protes warga yang meminta pertanggung jawaban pemerintah Iran atas tertembaknya pesawat komersil Ukraine Airlines.

Militer Iran awalnya menyangkal telah menembak pesawat itu.

Namu akhirnya Iran mengakui kesalahannya itu dengan berkata insiden terjadi karena human error.

Khamenei menyatakan belasungkawa kepada keluarga para korban.

Namun ia berkata media asing telah mencoba menipu Iran atas kecelakaan itu.

"Musuh kita mencoba memanipulasi kecelakaan pesawat untuk menutupi keberhasilan kita," ucapnya.

"Peristiwa yang terjadi setelah kecelakaan tidak boleh diulangi lagi," tambah Khamenei.

Pernyataan Khamenei itu dapat dianggap sebagai peringatan keras bagi pasukan keamanan untuk tidak membiarkan protes atau kerusuhan lebih lanjut.

Menteri Luar Negeri Mohammed Javad Zarif mengatakan awal pekan ini bahwa orang-orang turun ke jalan karena mereka "dibohongi selama beberapa hari."

Khamenei juga membahas ketegangan yang sedang berlangsung dengan Prancis, Jerman dan Inggris (E3 Nation) yang memicu mekanisme perselisihan dalam kesepakatan nuklir Iran.

"Hari ini sudah jelas bahwa negara-negara Eropa ini adalah antek-antek Amerika," katanya.

"Tapi, kalian negara-negara Eropa harus ingat bahwa Amerika saja belum berhasil membuat bangsa Iran berlutut, apalagi kalian, kalian yang tidak jauh lebih perkasa daripada Amerika."

"Orang Eropa adalah 'tangan besi yang diberi sarung tangan beludru'," kata Khamenei.

"Mereka tidak mungkin menjadi orang yang kita percayai."

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas