Dipaksa Sekte Sesat untuk Berjalan di Atas Api, Seorang Wanita Hamil dan 5 Anaknya Tewas
Seorang wanita hamil dan lima buah hatinya tewas setelah dipaksa melewati api oleh sebuah sekte sesat.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita hamil dan lima buah hatinya tewas setelah dipaksa melewati api oleh sebuah sekte sesat.
Dilansir dari independent.co.uk, kejadian tersebut terjadi di El Terron, yang terletak di hutan kantong Ngabe Bugle asli di pantai Karibia Panama dan sebagian besar terputus dari dunia modern.
Sekte sesat tersebut muncul kali pertama ketika terdapat penduduk kembali ke desa asalnya El Terron, setelah bertugas di luar negeri.
Dirinya membawa kembali kepercayaan agama yang asing dan aneh.
Sekte tersebut bernama "The New Light of God" adalah sekte buatan yang dibuat oleh sekelompok orang yang mengaku terpilih oleh Tuhan, dan mengorbankan mereka yang tidak percaya.
Ketua suku setempat, Evangelisto Santo, tidak menduga hal sadis tersebut akan terjadi dan mengaku ia telah lalai melakukan pengawasan terhadap penduduknya.
Sehingga sekte sesat tersebut menjadi lebih berkembang bahkan dipercayai penduduknya.
"Orang-orang menari dan menyanyi dan tidak ada yang memperhatikan karena kami tahu mereka sedang berdoa kepada Tuhan," kata Santo dari kelompok itu.
Itu sebelum salah satu anggota sekte mengumumkan bahwa dia memiliki visi, yang mengatakan kepadanya bahwa semua orang di desa itu harus bertobat atau mati.
Banyak Korban Berjatuhan
Sekte The New Light of God akhir pekan lalu, dikabarkan telah mendatangkan korban, di mana para anggota sekte memukuli warga untuk tunduk kepada sekte sesat tersebut.
Anggota sekte sesat lainnya pun juga bersiap berdiri dengan parang, siap menyerang mereka yang gagal bertobat untuk kepuasan mereka.
Penduduk yang tinggal di sana adalah 300 orang, hidup sebagai petani ketela pohon dan padi, dan mereka sebagian besar adalah Katolik Roma.
Pada hari Kamis, jaksa penuntut setempat Rafael Baloyes menggambarkan apa yang ditemukan penyelidik ketika mereka tiba di tempat pembantaian.
"Mereka (sekte sesat) mencari keluarga yang tak percaya dengan sekte sesat tersebut, alasan diajak mengadakan ritual, namun para keluarga itu dibantai, memperlakukan keluarga tersebut dengan buruk, membunuh hampir seluruh keluarga," kata Baloyes.
“Mereka melakukan ritual di dalam struktur. Dalam ritual itu, ada orang yang ditahan di luar kehendak mereka, dan dianiaya."
"Semua ritual juga ditujukan untuk membunuh mereka, jika mereka tidak bertobat dari dosa-dosa mereka."
Josue Gonzalez, seorang petani, berhasil menyelamatkan dua anaknya, seorang gadis berusia 5 tahun dan seorang bocah lelaki berusia 7 tahun, dari serangan itu, sementara anaknya yang lain berusia 15 tahun melarikan diri sendirian.
Namun, ia tidak dapat menyelamatkan istrinya yang sedang hamil dan lima anak mereka yang lain sebelum pihak berwenang tiba dengan helikopter.
Hingga pihak berwenang mendapati istri Gonzalez, kelima anaknya, dan seorang tetangganya tewas dalam kondisi terpenggal dan telah dikubur.
Andrew Chesnut, seorang profesor studi agama yang berpokus di Amerika Latin di Virginia Commonwealth University, mengatakan insiden itu konsisten dengan praktik beberapa aliran sesat.
"Dalam logika pengorbanan religius di beberapa aliran sesat, tidak ada bukti iman yang lebih besar daripada kehidupan orang yang dicintai bahkan anggota keluarga," kata Chesnut.
Diberitakan para anggota sekte sesat yang sebagian menyatakan diri mereka sebagai 'nabi' tersebut akhirnya dituntut secara hukum.
Di mana 9 warga desa telah tertangkap atas dugaan pembunuhan, termasuk kakek dan 2 paman dari kelima anak yang tewas tersebut.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)