Jackie Chan Tawarkan Hadiah Rp 1,9 Miliar untuk Siapapun yang Buat Penawar Virus Corona
Jackie Chan menawarkan hadiah Rp 1,9 miliar bagi siapapun yang bisa membuat penawar virus corona.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Banyak warganet mendukung dan memuji upaya Jackie Chan tersebut.
Baca: Baru 30 Jam Lahir, Bayi Ini Positif Virus Corona. Munculkan Kekhawatiran Baru
Baca: 10 Orang Terjangkit Virus Corona usai Hadiri Perjamuan Imlek di Wuhan, 30 Lainnya Diduga Terinfeksi
Bahkan, ada seorang warganet yang menyarankan agar Jackie Chan menaikkan penawarannya menjadi 10 juta yuan (Rp 19,5 miliar).
Diketahui, film terbaru Jackie Chan berjudul Vanguard ditarik dari peredarannya di China terkait virus corona.
Sebelumnya pada akhir Januari 2020 lalu, sejumlah ahli membicarakan soal vaksin virus corona.
Dilansir South China Morning Post, ahli penyakit menular China, Li Lanjuan, pada Senin (27/1/2020) mengatakan vaksin 2019-nCoV bisa diproduksi dalam kurun waktu sebulan.
Rumah Sakit Shanghai Timur Universitas Tongji sebelumnya telah mendesak untuk menyetujui proyek pengembangan vaksin virus corona.
Vaksin tersebut akan dikembangkan bersama Stemirna Theurapeutics, sebuah perusahaan bioteknologi di Shanghai.
CEO perusahaan itu, Li Hangwen, mengklaim vaksin bisa dibuat tak lebih dari 40 hari.
Namun, pernyataan Li Lanjuan dan Li Hangwen, dibantah ahli penyakit menular Hong Kong, Profesor Yuen Kwok-yung.
Yuen mengungkapkan keraguannya mengenai pembuatan vaksin virus corona yang disebut-sebut bisa diselesaikan dalam waktu tak lebih dari 40 hari atau bahkan sebulan.
Ia mengatakan, virus yang dikembangkan di China kemungkinan adalah vaksin virus tak aktif.
Baca: Kondisi 78 WNI yang Dikarantina di Kapal Pesiar Akibat Terindikasi Virus Corona
Baca: Cegah Virus Corona, Hong Kong Mulai Karantina Siapapun yang Datang dari China
Vaksin itu terdiri dari virus yang tumbuh dalam budaya, yang infektivitasnya dihancurkan bahan kimia.
Padahal, menurut Yuen, untuk menguji vaksin harus disuntikkan ke hewan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah vaksin yang dikembangkan menghasilkan respons kekebalan yang baik atau tidak.