Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Para Ahli Ungkap Ada 3 Kemungkinan Wabah Virus Corona Berakhir, Sebut Virus 'Tak Akan Hilang'

Para ahli mengungkap, ada tiga kemungkinan wabah virus Corona bisa berakhir, salah satunya adalah bahwa virus 'tidak akan pernah hilang'.

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Para Ahli Ungkap Ada 3 Kemungkinan Wabah Virus Corona Berakhir, Sebut Virus 'Tak Akan Hilang'
AFP/Hector Retamal
Petugas medis mengenakan pakaian pelindung untuk melindungi dari virus Corona saat melintas di samping pasien di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, China pada 23 Januari 2020 

TRIBUNNEWS.COM - Wabah virus Corona telah menewaskan 1.019 orang hingga Selasa (11/02/2020).

Sebanyak 43.182 orang telah terinfeksi dan 4.043 orang sembuh.

Dilansir Business Insider, para ahli kesehatan masyarakat mengatakan, wabah virus Corona kini menjadi pandemi ringan.

Mereka mengemukakan, hanya ada tiga kemungkinan wabah dari Wuhan, China, itu akan berakhir.

Berikut tiga kemungkinan yang diungkapkan para medis.

Baca: WHO Pastikan Kemampuan Indonesia Deteksi Novel Corona Virus

Kemungkinan 1: Virus Corona tidak akan pernah hilang

Penumpang kereta bawah tanah di Shanghai mengenakan masker pada hari pertama kerja, Senin (10/2/2020).
Penumpang kereta bawah tanah di Shanghai mengenakan masker pada hari pertama kerja, Senin (10/2/2020). (Noel Celis/AFP)

Menurut peneliti di WHO, rata-rata orang yang terkena virus Corona menularkannya ke 1-2 orang lainnya.

Berita Rekomendasi

Virus Corona telah dianggap sebagai darurat kesehatan masyarakat internasional pada 30 Januari 2020 silam.

"Ada penyebaran berkelanjutan dari manusia ke manusia sekarang, sebagian besar di Cina," kata Amesh Adalja, seorang ahli penyakit menular di Johns Hopkins’ Center for Health Security.

Adalja menyebut, virus Corona baru atau 2019-nCoV merupakan pandemi ringan.

Sementara itu, empat virus Corona lainnya--OC43, 229E, HKU1, dan NL63--bersifat endemik.

Itu berarti, mereka dapat bertahan secara permanen pada populasi global.

Virus Corona lama dapat menyebabkan flu hingga pneumonia dan kematian, meskipun kasusnya jarang terjadi.

Meskipun begitu, virus Corona baru bisa bersifat endemik jika terus menyebar.

"Kita harus siap jika virus Corona baru bisa menjadi virus kelima yang endemik," ujarnya.

Itu berarti, wabah ini tidak akan pernah benar-benar berakhir.

Namun, Adalja memiliki pandangan lain jika virus Corona tidak benar-benar hilang.

Ia berpendapat, virus Corona tidak akan hilang, tetapi menjadi penyakit musiman atau memiliki risiko yang lebih ringan.

Dalam hal ini, 2019-nCoV dapat hilang pada musim panas.

Namun, virus tersebut akan kembali pada musim gugur dan musim dingin setiap tahun.

“Jika Anda melihat lintasan virus dan bagaimana penyebarannya di masyarakat, ditambah dengan fakta bahwa kita berurusan dengan virus Corona setiap tahun ketika musim dingin, faktor-faktor tersebut menunjukkan bahwa virus ini menjadi virus musiman,” kata Adalja.

Adalja menambahkan, keempat virus Corona lainnya juga bersifat musiman.

Oleh karena itu, virus Corona baru memiliki kemungkinan untuk mereda usai musim semi dan memasuki musim panas.

Di sisi lain, ahli epidemiologi di Columbia University, Stephen Morse, mengungkapkan kemungkinan bahwa virus Corona akan menjadi lebih ringan dan mirip dengan empat virus pendahulunya.

Namun, Morse berkata, dia akan terkejut jika itu terjadi.

"Saya tidak cukup optimis untuk berpikir bahwa virus yang satu ini akan seperti yang lainnya (empat virus Corona sebelumnya)," ujar Morse.

"Mungkin itu bisa terjadi, tetapi itu akan memakan waktu," imbuhnya.

Baca: Cerita Kehidupan Tenaga Medis di RS Khusus Pasien Virus Corona di Kota Wuhan

Kemungkinan 2 : Wabah dikendalikan melalui campur tangan medis dan menghilang dengan sendirinya

Seorang pekerja dari dinas kebersihan dan desinfeksi menyemprotkan desinfektan di kereta sebagai bagian dari upaya untuk mencegah penyebaran virus baru yang berasal dari kota Wuhan di Cina di stasiun kereta api Suseo di Seoul pada 24 Januari 2020. Korea Selatan pada 24 Januari mengkonfirmasi kasus kedua dari virus seperti SARS yang telah menewaskan sedikitnya 26 di Cina, karena kekhawatiran meningkat tentang wabah yang lebih luas.
Seorang pekerja dari dinas kebersihan dan desinfeksi menyemprotkan desinfektan di kereta sebagai bagian dari upaya untuk mencegah penyebaran virus baru yang berasal dari kota Wuhan di Cina di stasiun kereta api Suseo di Seoul pada 24 Januari 2020. Korea Selatan pada 24 Januari mengkonfirmasi kasus kedua dari virus seperti SARS yang telah menewaskan sedikitnya 26 di Cina, karena kekhawatiran meningkat tentang wabah yang lebih luas. (Hong Yoon-gi/AFP)

Virus 2019-nCoV disebut mirip dengan wabah SARS pada 2003 silam.

Keduanya adalah virus Corona yang berasal dari kelelawar.

Selain itu, kedua virus tersebut kemungkinan berasal dari hewan yang ditularkan ke manusia di pasar basah Cina.

Kedua virus memiliki 80 persen kecocokan DNA.

Oleh karena itu, dampak dari wabah Corona baru bisa mirip dengan SARS.

SARS menewaskan 774 orang dan menginfeksi lebih dari 8.000 orang dari November 2022 hingga Juli 2003.

Namun, wabah ini menghilang pada 2004.

"Para pakar kesehatan masyarakat dan pihak berwenang bekerja keras untuk melacak, mendiagnosis, dan mengisolasi orang yang terkena virus hingga virus menghilang dengan sendirinya," kata Morse.

Morse menyebut, SARS dapat mengilang karena adanya pembatasan melalui karantina, pembatasan untuk bepergian, dan kampanye informasi publik.

Itu merupakan cara yang sama dengan yang dilakukan pemerintah China dan negara-negara lain sekarang.

"Jika upaya-upaya itu menyebabkan jumlah orang yang rentan terhadap virus Corona baru turun di bawah ambang batas tertentu, wabah akan mereda," ujarnya.

Dalam skenario itu, virus akan menghilang dan berakhir seperti Zika atau H1N1.

Kemungkinan 3 : Perusahaan obat membuat vaksin

Vaksin.
Vaksin. (Pixabay.com)

Morse dan Adalja mengatakan, vaksin sangat penting untuk mengendalikan 2019-nCoV.

Vaksin dianggap akan mengurangi jumlah orang yang rentan terhadap virus Corona dan menciptakan 'dinding penghalang' penyebaran lebih lanjut.

Opsi ini dianggap yang paling mungkin bisa mengakhiri wabah.

"Kita perlu bertindak untuk menghentikan penyebaran virus dalam jangka pendek sampai kita mendapatkan vaksin," kata Morse.

Lima perusahaan obat terkemuka--Johnson & Johnson, Regeneron Pharmaceuticals, GlaxoSmithKline, Moderna, dan Gilead Science--telah mengumumkan rencana untuk meneliti dan menangani virus baru ini.

Beberapa di antaranya sedang mengembangkan vaksin berdasarkan kode genetik virus Corona.

Sementara itu, yang lainnya sedang menguji obat untuk menentukan efektivitas dalam mengobati virus Corona baru.

Membuat vaksin adalah proses yang sulit dan membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Seperti vaksin Ebola, yang membutuhkan waktu 20 tahun untuk membuatnya.

Namun, Anthony Fauci, direktur pusat penyakit menular di National Institutes of Health, mengatakan bahwa agensinya bekerja sama dengan perusahaan obat Moderna untuk mengembangkan vaksin virus Corona dengan cepat.

"Jika tidak ada kendala, kami akan menerapkan uji coba fase-pertama kepada beberapa orang dalam 2,5 bulan ke depan," ujar Fauci.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas