2 Reporter yang Laporkan Situasi Sebenarnya di Wuhan Tiba-tiba Menghilang, Ini Dugaan Penyebabnya
2 Reporter yang Laporkan Situasi Sebenarnya di Wuhan Tiba-tiba Menghilang, Ini Dugaan Penyebabnya
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Dua orang jurnalis yang mencoba melaporkan situasi terkini di Wuhan tiba-tiba menghilang.
Fang Bin dan Chen Qiushi membagikan foto dan cerita-cerita dramatis dari dalam kota Wuhan yang sudah diisolasi.
Namun kini, mereka tiba-tiba tak pernah mengunggah apapun lagi.
Seperti yang dilansir BBC.com, Fang Bin dan Chen Qiushi bertekad membagikan apa yang mereka lihat sebenarnya du Wuhan.
Video cerita mereka pun meraih banyak view.
Namun kini, channel mereka mendadak sepi.
Follower mereka khawatir mereka menghilang.
Fang Bin
Fang Bin adalah pebisnis yang mengunggah video laporan yang berisi situasi sebenarnya di kota yang menjadi sumber virus corona itu.
Ia telah berjanji melakukan yang terbaik dalam melaporkan situasi dan kondisi di sana.
Fang Bin pertama kali mengunggah videonya di YouTube pada 25 Januari 2020.
YouTube memang diblokir di China, namun masih bisa diakses dengan VPN.
Video-video pertamanya sebagian besar berisi dirinya yang menyetir keliling kota dan memperlihatkan keadaan di beberapa tempat.
Kemudian pada 1 Februari 2020, ia mengunggah video yang memperlihatkan ada 8 jenazah yang menumpuk di dalam minibus di luar rumah sakit di Wuhan.
Fang mengatakan polisi menerobos masuk ke rumahnya pada malam yang sama dan menginterogasinya tentang videonya.
Ia dibawa pergi, diperingatkan, tetapi akhirnya dibebaskan.
Tetapi pada 9 Februari, dia memposting video 13 detik dengan tulisan "semua orang memberontak - menyerahkan kekuasaan pemerintah kembali kepada rakyat".
Setelah itu, akun menjadi sunyi.
Chen Qiushi
Chen adalah seorang mantan pengacara hak asasi manusia yang berubah menjadi jurnalis video.
Ia cukup dikenal di kalangan aktivis.
Ia membangun reputasinya melalui liputannya tentang aksi protes Hong Kong Agustus lalu.
Liputannya di Hong Kong itu diduga menyebabkan ia diintimidasi dan akhirnya ditekan oleh otoritas Cina saat kembali ke tanah air.
Akun media sosial China-nya, yang dilaporkan memiliki pengikut lebih dari 700.000 orang, telah dihapus.
Tapi ia tidak tinggal diam diam.
Pada bulan Oktober, Chen Qiushi membuat akun YouTube yang sekarang memiliki sekitar 400.000 pelanggan.
Ia juga memiliki lebih dari 265.000 pengikut di Twitter.
Pada akhir Januari, ia memutuskan untuk pergi ke Wuhan untuk melaporkan situasi yang memburuk di sana.
"Saya akan menggunakan kamera saya untuk mendokumentasikan apa yang sebenarnya terjadi. Saya berjanji tidak akan ... menutupi kebenaran," katanya dalam video YouTube pertamanya.
Chen Qiushi mengunjungi berbagai rumah sakit di Wuhan, melihat kondisinya dan berbicara kepada pasien.
Chen tahu bahwa itu membahayakan dirinya.
Ia mengatakan kepada wartawan BBC John Sudworth awal bulan ini bahwa ia tidak yakin berapa lama dia bisa melanjutkan aksinya.
"Sensornya sangat ketat dan akun orang-orang ditutup jika mereka membagikan konten saya," katanya.
Kemudian, pada 7 Februari, sebuah video dibagikan di akun Twitter-nya - yang saat ini dikelola oleh seorang teman - yang menampilkan ibunya, yang mengatakan bahwa ia telah hilang sehari sebelumnya.
Temannya, Xu Xiaodong, kemudian mengatakan dalam video YouTube bahwa Chen Qiushi telah dikarantina secara paksa.
Apa Kata Pemerintah?
Pihak berwenang Cina masih bungkam tentang masalah ini.
Belum ada pernyataan resmi yang merinci di mana Fang Bin atau Chen Qiushi berada, atau kapan mereka akan ditempatkan jika mereka harus masuk dalam karantina.
Patrick Poon, seorang peneliti di Amnesty International, mengatakan masih belum jelas apakah Chen atau Fang "dibawa pergi oleh polisi atau ditempatkan di ruang karantina secara paksa'".
Namun, ia menambahkan bahwa pihak berwenang harusnya, menghubungi anggota keluarga mereka.
"Pihak berwenang China harus memberi tahu keluarga mereka dan memberi mereka akses ke pengacara pilihan mereka. Kalau tidak, dikhawatiran mereka berisiko disiksa atau diperlakukan dengan buruk," kata Mr Poon kepada BBC.
Penyebab Kemungkinan Fang Bin dan Chen Qiushi Hilang
Beijing dikenal karena menekan aktivis untuk berbicara secara bebas.
Menurut salah satu peneliti di Human Rights Watch (HRW), pihak berwenang saat ini sangat peduli akan membungkam kritik karena mengandung penyebaran virus.
Seorang dokter, Li Wenliang, dianggap telah menyebarkan "kabar palsu" karena mencoba memberi peringatan pada netizen tentang wabah virus baru Desember lalu.
Ia akhirnya terserang virus corona dan meninggal.
Kematiannya memicu gelombang kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya, memicu pemberontakan online.
Pihak berwenang China bereaksi dengan berusaha menyensor setiap komentar kritis tentang kematian Dr Li.
"Pemerintah China yang otoriter memiliki sejarah mengintimidasi dan menahan warganya hanya karena mengatakan kebenaran atau mengkritik pihak berwenang selama keadaan darurat publik, misalnya, selama Sars pada 2003, gempa Wenchuan pada 2008, kecelakaan kereta Wenzhou pada 2011 dan ledakan kimia Tianjin pada 2015 ," ujar Yaqiu Wang mengatakan kepada BBC.
Namun, Yaqiu Wang mengatakan China perlu "belajar dari pengalaman dan memahami bahwa kebebasan informasi, transparansi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia bisa memfasilitasi pengendalian penyakit, bukan menghambatnya".
"Pihak berwenang sendiri melakukan tindakan merugikan dengan [diduga] menghilangnya Fang dan Chen," tambahnya.
Di situs berita China, Weibo, hanya ada beberapa komentar yang menyebutkan Chen dan Fang, dan tampaknya hanya masalah waktu sebelum mereka disingkirkan dengan sistem penyensoran di China.
"[Mereka] menulis ulang sejarah," kata satu komentar.
"Perlahan ini akan seperti [tidak pernah ada] seseorang bernama Chen Qiushi."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)