di PBB: Komarudin Watubun Usulkan Agar Seluruh Dunia Wajib Pikirkan Strategi Pendidikan Perdamaian
Komarudin Watubun mengusulkan agar seluruh dunia wajib memikirkan strategi pendidikan perdamaian dan pelestarian ekosistem planet bumi.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Sebagai anggota delegasi Indonesia dalam Sidang Annual Parliamentary Hearing at the United Nations yang dilaksanakan 17-18 Februari 2020 di Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York Amerika Serikat, Komarudin Watubun mengusulkan agar seluruh dunia wajib memikirkan strategi pendidikan perdamaian dan pelestarian ekosistem planet bumi.
Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDIP itu dalam pidato lima menitnya tentang pentingnya membangun perdamaian dunia dan pelestarian ekosistem global saat ini di Sidang Tahunan Parlemen PBB tabun ini yang berlangsung di New York Amerika Serikat, Rabu (19/2/2020) .
"Selama ini, kita hidup di rumah yang sama, yaitu planet bumi. Ada dua tanda krisis kehidupan di planet bumi , air sehat dari tanah semakin langka, mahal, dan lapisan ozon terkoyak di langit," ungkap Komarudin Watubun.
Dikatakannya, pesan zaman sudah ada sejak Heraclitus asal Yunani abad 6 SM, panta rhei, alam semesta terus mengalir dan berubah, Archimedes mengajarkan eureka, menemukan nilai kebenaran melalui alam, Lao Tzu
abad empat SM tentang keabadian alam, karena selalu memberi, tidak hidup untuk dirinya.
Dr. Mangawari Waathai asal Kenya mengajar perdamaian dengan menanam pohon dan bulan Mei tahun 2015, Negara Vatikan merilis Laudato Si tentang merawat nilai kehidupan di bumi.
Maka pendidikan berkenaan dengan suatu yang bernyawa, nilai kehidupan manusia. Saudara kita asal Jepang menyebut Tsugiki untuk meraih hasil kualitas terbaik melalui pendidikan.
Di tegaskannya bangsa Indonesia memiliki suatu Philosofische Grondslag dan Weltanschauung tentang nilai-nilai dasar kehidupan yaitu Pancasila sebagi dasar dan arah membangun perdamaian dan pelestarian kehidupan
di dunia.
"Saya mengulang pesan Presiden kami, Ir. Soekarno, tahun 1960 di depan Majelis Umum PBB, New York, To Build The World A New berdasarkan Pancasila. Yaitu Believe in God, (2) humanity, (3) unity, (4) democracy, dan (5) Social-justice," tuturnya.
Filsafat Pancasila menurutnya telah mempersatukan bangsa Indonesia dalam hidup damai. Sebagai Bangsa Indonesia yang terdiri dari 1.331 suku, 1.100 bahasa daerah, 263 juta jiwa di 17.499 pulau, masyarakat Indonesia belajar merawat budaya, kearifan, musyawarah, mufakat, dan pelestarian lingkungan melalui peribahasa, permainan, dan 1.500 olahraga budaya. Bhinneka Tunggal Ika sesuai prinsip egg of sustainability budaya dari bahan alam ramah lingkungan seperti tanah, air, biji-bijian, bambu, kayu, dan buah-buahan.
Bagi Bangsa Indonesia, revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi atom dan industri 4.0 harus mampu menjelmakan Pancasila yang digali dari nilai-nilai kehidupan asal bumi. Menurut konstitusi, kami mengalokasi 20% Anggaran Belanja Negara ke sektor pendidikan. Kini dan ke depan,
"Pandangan kami, pilihan strategis adalah pendidikan sains dan teknologi tanah, air, pohon dan gas secara simultan-berkelanjutan dan kendali pertumbuhan penduduk guna membangun perdamaian, memulihkan dan melestarikan biosfer, atmosfer dan hidrosfer kehidupan planet Bumi bagi Genarasi Masa Depan Dunia Yang Berprikemanusian dan Prikeadilan," paparnya.