Aksi Penembakan di Jerman Tewaskan 9 Orang Berakhir Pelaku Bunuh Diri, Presiden Turki Kutuk Rasisme
Presiden Turki, Erdogan mengutuk aksi mengerikan ini dan menyebutnya dengan serangan rasis pada rakyat Turki.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Dia berpesan untuk warga Amerika, bahwa pemerintah sedang mengawasi mereka.
Dengan bahasa Inggris beraksen Jerman, dia mengatakan ada pangkalan militer di bawah tanah untuk melakukan perbuatan keji kepada anak-anak itu.
Dia tidak merujuk pada gerakan QAnon di Amerika, tapi lebih kepada tuduhan tak mendasar kepada Presiden Amerika, Donald Trump.
Menurutnya, presiden Amerika sedang melakukan gerakan rahasia untuk melawan musuh di negara bagian, melakukan perjualan manusia untuk budak seks yang dipengaruhi oleh setan pedofil dan kanibal.
Rathjen juga menulis daftar orang-orang dari sejumlah negara, yang menurutnya harus dimusnahkan.
Antara lain Maroko, Aljazair,Tunisia, Libya, Mesir, Israel, Suriah, Yordania, Lebanon, Semenanjung Arab lengkap, Turki, Irak, Iran, Kazakhstan, Turkmenistan, Uzbekistan, India, Pakistan , Afghanistan, Bangladesh, Vietnam, Laos, Kamboja dan Filipina.
Senior Pusat Studi Radikalisasi Internasional di Universitas King London, Inggris menilai kepercayaan semacam ini semakin umum terjadi di kalangan ekstrimis sayap kanan yang kejam.
Pada sebuah website yang didaftarkan dengan nama Rathjen, disana terungkap bahwa Rathjen lahir dan tumbuh di Kota Hanau, Jerman pada 1977.
Dia sempat belajar di sebuah bank, dan berhasil menyelesaikan gelar bisnisnya pada 2007.
Kekerasan ini, terjadi di tengah kekhawatiran Jerman tentang perkembangan terorisme di sana.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)