Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Turki Tegaskan Tak Ada Pelanggaran Gencatan Senjata di Idlib Suriah

Rusia dan Turki mengumumkan perjanjian gencatan senjata di Suriah barat laut. Warga pesimis tentang gencatan senjata.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
zoom-in Turki Tegaskan Tak Ada Pelanggaran Gencatan Senjata di Idlib Suriah
Ghaith Alsayed / AP
Gencatan senjata mulai berlaku pada tengah malam pada hari Jumat 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar mengatakan, tidak ada pelanggaran perjanjian gencatan senjata di Provinsi Idlib, Suriah.

Diketahui sebelumnya, Idlib dilanda Perang Suriah sejak 15 Maret 2011 lalu.

Melansir Al Jazeera, setelah negosiasi di Moskow, Rusia dan Turki telah mencapai kesepakatan damai pada Kamis malam (5/3/2020) lalu.

"Kami akan terus menjadi pasukan yang mencegah pelanggaran terhadap gencatan senjata," kata Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar pada Sabtu (7/3/2020).

"Tidak ada yang terjadi sejak gencatan senjata mulai berlaku," tegasnya.

Lebih lanjut, ia menambahkan, Ankara akan menggunakan hak membela diri apabila pasukan atau pangkalannya di wilayah Idlib diserang.

Gencatan senjata mulai berlaku pada tengah malam pada hari Jumat
Gencatan senjata mulai berlaku pada tengah malam pada hari Jumat (Ghaith Alsayed / AP)

Sementara itu, Anggota North Atlantic Treaty Organization (NATO), Turki dan Rusia mendukung memberikan dukungan kepada pihak yang berseteru dalam perang yang telah berlangsung sembilan tahun ini.

Berita Rekomendasi

Lebih lanjut, Moskow memberikan dukungan kepada Presiden Bashar al-Assad.

Sementara, Ankara mendukung beberapa kelompok oposisi.

Untuk diketahui, konfrontasi semakin mendekati kedua pihak dalam beberapa pekan terakhir.

Baca: Penelitian Ini Ungkap Kondisi Idlib Sebelum dan Sesudah Perang, Sepertiga Bangunan Rusak

Baca: Rusia dan Turki Tandatangani Perjanjian Gencatan Senjata di Idlib, Keadaan Lebih Tenang

Baca: Rusia Mengecam Klaim Turki Soal Jutaan Migran dari Idlib: HOAKS

Orang-orang yang telah melarikan diri dari Suriah beristirahat ketika mereka menunggu untuk menyeberangi perbatasan dari Turki ke Yunani.
Orang-orang yang telah melarikan diri dari Suriah beristirahat ketika mereka menunggu untuk menyeberangi perbatasan dari Turki ke Yunani. (Foto: Sedat Suna / EPA)

Kesepakatan di Moskow

Kesepatakan yang dicapai di Moskow dalam negosiasi antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan mitra Rusianya, Vladimir Putin juga membangun koridor keamaan di setiap sisi jalan raya M4 timur-barat Greater Idlib.

Di lokasi tersebut, tentara gabungan Rusia-Turki akan mulai berpatroli pada 15 Maret 2020 mendatang.

Akar mengatakan, Turki telah memulai prosedur dan prinsip koridor keselamatan di sekitar jalan raya M4.

Ia menambahkan, delegasi militer Rusia akan menguji Ankara pada minggu depan untuk membahas langkah-langkah yang akan diambil.

Preesiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin
Preesiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin (AFP/Vladimir Astapkovich)

Serangan Udara Jet Rusia

Sementara itu, warga dan pejuang di wilayah tersebut melihat serangan udara besar-besaran oleh jet Rusia dan Suriah, Jumat (6/3/2020).

Artileri Turki dan drone yang intens menyerang pasukan al-Assad, beberapa jam setelah gencatan senjata.

Diketahui, hanya ada tembakan sporadis dari senapan mesin, mortir dan artileri oleh pasukan Suriah dan milisi Iran.

Tembakan itu terjadi di beberapa garis depan di selatan Idlib dan juga di Aleppo.

"Pada jam-jam pertama, kami menyaksikan ketenangan dan sangat tegang dari semua pihak bertikai," kata Ibrahim al-Idlibi.

Masih melansir Al Jazeera, disebutkan, Ibrahim al-Idlib di merupakan tokoh oposisi yang berhubungan dengan kelompok-kelompok pemberontak di lapangan.

"Semua orang sadar, pelanggaran oleh pihak mana pun akan ditanggapi dengan 'tanggapan'," terangnya.

"Tapi ini (adalah) gencatan senjata yang sangat rapuh," tambahnya.

Jet Tempur F-35
Jet Tempur F-35 (baesystems.com)

Krisis Kemanusiaan

Beberapa kesepakatan sebelumnya untuk mengakhiri pertempuran di Idlib telah runtuh.

Para analis dan warga mengatakan, mereka khawatir gencatan senjata terbaru juga akan gagal.

Hal itu karena gencatan senjata tidak membahas krisis kemanusiaan atau perlindungan udara secara terperinci.

"Kesepakatan ini tidak dirancang untuk bertahan lama," Galip Dalay, rekan IPC-Mercator di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan Jerman.

"Sebaliknya, ini dirancang untuk gagal, dan saya khawatir, dalam waktu yang tidak terlalu lama," tambahnya.

"Setiap pengaturan gencatan senjata di Idlib, kecuali ia memiliki dimensi zona larangan terbang, pasti akan gagal. Kesepakatan di masa lalu tidak pernah menurun. Mereka hanya membekukan krisis sampai eskalasi berikutnya."

Lebih jauh, serangan terbaru yang didukung Rusia di Idlib oleh pasukan al-Assad memicu apa yang dikatakan PBB mungkin merupakan krisis kemanusiaan terburuk dalam perang.

Anak-anak berjalan di atas tanah berlumpur sambil memegang bahu di sebuah kamp di dekat desa Killi di Provinsi Idlib, Suriah.
Anak-anak berjalan di atas tanah berlumpur sambil memegang bahu di sebuah kamp di dekat desa Killi di Provinsi Idlib, Suriah. (AAREF WATAD / AFP)

Perang tersebut telah mendorong jutaan orang dari rumah mereka dan menewaskan ratusan ribu orang.

Rusia telah berulang kali mengecilkan pembicaraan tentang krisis pengungsi dan menuduh Turki melanggar hukum internasional dengan menuangkan pasukan dan peralatan ke Idlib sejak awal bulan lalu.

Diketahui, sekira 60 tentara Turki terbunuh saat itu.

Turki, yang memiliki tentara terbesar kedua dalam aliansi NATO transatlantik, telah mencoba untuk melawan kemajuan pemerintah Suriah.

Turki juga telah mencegah gelombang pengungsi memasuki perbatasan selatannya.

Kini, Turki dilaporkan sudah menampung 3,6 juta pengungsi Suriah.

Baca: Turki Tembak Jatuh 2 Jet Tempur Suriah di Idlib, Tidak Ada yang Terluka

Baca: 33 Tentara Turki Tewas dalam Serangan Udara Suriah di Idlib

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas