Cerita Dokter Italia Tangani Corona: Harus Memilih Pasien Mana yang Dirawat atau Dibiarkan Meninggal
Italia kewalahan menyediakan ranjang rumah sakit bagi pengidap Covid-19—hal yang belum pernah terjadi pada masa damai.
Editor: Hasanudin Aco
Italia memiliki sekitar 5.200 ranjang perawatan intensif.
Namun, pada musim dingin, sebagian besar ranjang tersebut telah ditempati pasien-pasien dengan masalah pernapasan.
Wilayah Lombardy dan Veneto di utara hanya punya sekitar 1.800 ranjang di institusi pemerintah dan swasta.
Semua rumah sakit di Italia bagian utara telah mendirikan bagian tambahan untuk menampung ranjang lebih banyak.
Dr Stefano Magnone, yang bekerja di sebuah rumah sakit di Lombardy, mengatakan kepada BBC bahwa daya tampung mereka telah mencapai batas.
"Situasinya semakin buruk hari demi hari, karena kami telah mencapai batas tampung ranjang ICU serta bangsal biasa untuk merawat pasien-pasien positif virus corona," katanya.
"Di provinsi kami, kami telah kehabisan sumber daya, baik manusia maupun teknologi. Jadi kami menunggu ventilator baru, perangkat ventilasi non-invasif baru."
Awal pekan ini, kesaksian dari Dr Daniele Macchini, seorang dokter unit perawatan intensif di Bergamo, menjadi viral di Twitter.
Pada kesaksian tersebut, dia menjelaskan bagaimana timnya "kewalahan oleh tsunami" dan peralatan medis untuk masalah pernapasan, seperti ventilator, menjadi luar biasa berharga "layaknya emas".
"Kasus-kasus berlipat ganda, [kami menerima] 15-20 pasien per hari, semua karena alasan yang sama. Hasil uji swab kini muncul satu demi satu: positif, positif, positif. Tiba-tiba [ruang gawat darurat] ER kolaps," katanya.
"Beberapa kolega kami yang terinfeksi juga punya kerabat yang terinfeksi, dan beberapa kerabat mereka sudah berjuang antara hidup dan mati."
Staf medis mengaku merasakan tekanan emosional luar biasa.
Dr Salaroli mengatakan kepada surat kabar Corriere bahwa beban emosi staf medis "menghancurkan" dan beberapa dokter di dalam timnya "remuk" oleh pilihan-pilihan yang terpaksa dibuat.