Lockdown di India yang Bikin Sengsara Rakyat Kecil
Kekacauan terjadi di India, ketika lockdown belum sampai seminggu diterapkan di Negeri "Bollywood".
Editor: Hasanudin Aco

TRIBUNNEWS.COM, INDIA - Lockdown di India akibat virus corona membuat negara itu menghadapi masalah baru.
Kekacauan terjadi di India, ketika lockdown belum sampai seminggu diterapkan di Negeri "Bollywood".
Rakyat kecil pun yang kena imbasnya.
Mereka kekurangan makanan dan tak sanggup bayar kontrakan.
Layanan transportasi yang terbatas membuat sebagian pekerja migran jalan kaki ke desanya, sedangkan pasokan masker serta Alat Pelindung Diri (APD ) menipis di rumah sakit.
Baca: India Lockdown untuk Hambat Sebaran Corona, PM Narendra Modi Minta Maaf
Warga kalangan menengah ke bawah berdesak-desakan di terminal untuk pulang ke kampung halaman.
Akibatnya penularan massal virus corona justru lebih mengkhawatirkan.
Kekacauan Terjadi di India
Terjadi kekacauan di hari kelima lockdown India. Kekacauan ini imbas dari perencanaan yang kurang matang saat pemerintah menerapkan lockdown.
Banyak buruh terpaksa berjalan kaki pulang ke desanya karena keterbatasan transportasi.

Mereka tidak punya pilihan lain, pulang atau mati kelaparan.
Banyak orang di India selama ini mengandalkan pendapatan harian untuk kebutuhan makanan dan tempat tinggal mereka di kota.
Sementara tak banyak warga miskin di India yang memiliki tabungan yang cukup untuk bertahan selama mereka tak memiliki pemasukan.
Tak terhitung berapa banyak warga India yang kini kehilangan pekerjaan mereka di sektor informal.
Pemerintah New Delhi dan Uttar Pradesh telah mengatur bus guna memulangkan para pekerja harian ini ke kampung halaman mereka.

Di Terminal Bus Anand Vihar yang berada di Timur New Delhi misalnya.
Pada Minggu (29/3/2020) kemarin, kerumunan orang sudah mengantre untuk melewati detektor logam dan masuk ke terminal untuk bisa menyebrang ke Uttar Pradesh.
Banyak pria yang melakukan perjalanan itu hanya memakai sandal jepit.
Beberapa relawan dari Rashtriya Swayamsevak Sangh atau kelompok nasionalis Hindu tampak sibuk membagikan masker dan roti yang dibungkus koran untuk para pemudik ini.
Para pekerja yang pulang kampung ini membawa barang-barang mereka dalam kantong plastik yang biasa digunakan untuk wadah semen.
Sementara para wanita membawa bayi mereka yang digendong dengan kain sari.
"Tidak ada bantuan pemerintah yang hadir di sini. Kami malah membagikan makanan gratis," kata Rajesh Singh, salah satu relawan.
Kekacauan ekonomi
Pemberlakuan lockdown di India menimbulkan kekacauan ekonomi.
Para pekerja migran yang mengandalkan hidup dari pendapatan harian di sektor informal terpaksa mudik ke kampung halaman karena tak sanggup membayar sewa kontrakan.
Dilansir dari SCPM, Senin (30/3/2020), lockdown India menyebabkan puluhan ribu orang, sebagian besar pekerja harian, kehilangan pendapatan harian mereka karena sama sekali tak ada pemasukan setelah tak ada yang bisa dikerjakan di kota.
Lantaran tak sanggup membayar sewa tempat tinggal, banyak dari mereka meninggalkan kota-kota besar seperti New Delhi.
Kondisi ini malah berpotensi meningkatkan perjalanan para pekerja informal yang akhirnya memilih pulang kampung di tengah imbauan agar warga tetap di dalam rumah.
"Ribuan pekerja perantauan terpaksa meninggalkan rumah kontrakan mereka karena mereka tidak mampu membayar sewa. Penting bagi pemerintah untuk campur tangan dan segera memberi mereka bantuan uang sewa," kata anggota parlemen pemimpin partai oposisi Rahul Gandhi dalam suratnya kepada Perdana Menteri India Narendra Modi.
Secara terpisah, Modi sendiri mengaku tak punya pilihan lain selain menerapkan langkah lockdown agar virus corona tak semakin menyebar.
Lockdown memang dianggap cara efektif membatasi ruang gerak penyebaran wabah corona, namun di sisi lain menimbulkan masalah ekonomi pada seperempat populasi India yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Para pekerja yang merantau ke kota yang terkena dampak antara lain pengemudi becak, pedagang keliling dan kaki lima, pembantu rumah tangga, dan pekerja informal lainnya yang selama ini jadi tulang punggung ekonomi India.
Data resmi statistik India menyebutkan, kalau sektor informal menyumbang sekitar 85 persen dari semua lapangan pekerjaan yang ada di negara itu.
Perdana menteri minta maaf
Sebelumnya Perdana Menteri Narendra Modi meminta maaf ke publik karena ada kekacauan setelah dirinya menetapkan lockdown untuk jangka waktu tiga minggu demi melawan pandemi corona.
"Saya memohon maaf karena mengambil langkah-langkah ini sehingga menyebabkan kesulitan hidup Anda, terutama para warga miskin. Aku tahu beberapa dari kalian marah kepada saya. Tapi ini keputusan sulit untuk memenangi perang (melawan corona)," kata Modi dalam pidato yang disiarkan radio pemerintah.
Setelah lockdown, banyak pemerintah negara-negara bagian di India yang menutup perbatasannya sehingga banyak transportasi umum berhenti beroperasi. Aparat keamanan bersiaga di jalan-jalan menghentikan kendaraan pribadi.
Baca: Studi Menunjukkan Masker N95 Dapat Didekontaminasi untuk Bisa Digunakan Kembali
Di kota besar seperti New Delhi, sejumlah perusahaan bus masih bisa beroperasi setelah diizinkan pemerintah agar tetap bisa melintas ke negara bagian lain.
Sementara kereta api juga telah menghentikan layanannya sampai 31 Maret 2020.
Tak ingin lockdown
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD memberikan penjelasan terkait rencana karantina wilayah untuk pencegahan penyebaran Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Mahfud MD menegaskan jika karantina wilayah berbeda dengan lockdown.
Dan menurutnya, kebijakan karantina wilayah lebih tepat untuk dilakukan di Indonesia dibandingkan dengan harus lockdown.
Dalam tayangan Youtube KompasTV, Minggu (29/3/2020), Mahfud MD mengatakan setiap wilayah yang melakukan karantina masih bisa melakukan aktivitas.
Namun dengan catatan, hanya berlaku untuk aktivitas yang menyangkut kebutuhan hidup sehari-hari dan tetap dalam pengawasan yang ketat.
"Aktivitas terbatas itu pertama pasar-pasar tradisional yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari untuk berbelanja atau jualan akan tetap dibuka tetapi dijaga ketat," ujar Mahfud MD.
Dia kemudian kasus lockdown yang terjadi di India.
Sumber: Kompas.com/Tribunnews.com/Tribunwow