Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Para Dokter di Pakistan Unjuk Rasa Minta APD, Polisi Malah Bertindak Brutal, Pukuli Pakai Senapan

Seorang dokter di Pakistan unjuk rasa akibat kekurangan APD, ia malah diseret ke jalanan dan dilempar ke truk.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Para Dokter di Pakistan Unjuk Rasa Minta APD, Polisi Malah Bertindak Brutal, Pukuli Pakai Senapan
The Guardian (Banaras Khan/AFP/Getty)
Para dokter Pakistan dipukuli oleh polisi ketika mereka putus asa dari pandemi yang tidak dapat diobati. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang dokter di Pakistan mengaku kondisi memprihatinkan dialami oleh garda terdepan yang menangani virus corona negara itu.

Ia mengaku kewalahan mengobati pasien corona di suatu wilayah di Pakistan.

Ia juga mendapatkan perlakuan aparat kepolisian yang brutal karena terus memaksanya untuk bekerja.

Sebelumnya, dokter itu melakukan aksi unjuk rasa pada Senin (6/4/2020) lalu untuk memprotes kurangnya APD (alat perlindungan diri).

Lalu saat aksi tengah berlangsung, ia mengaku dipukuli dan dihina oleh polisi.

"Pada awalnya, saya berpikir, 'Bagaimana polisi dapat menggunakan kekerasan terhadap pejuang garis depan Covid-19."

"Padahal beberapa hari yang lalu petugas yang sama memberi hormat kepada kami untuk memimpin selama pandemi?" Kata Amanullah, di kantor polisi tempat ia ditahan di Quetta, di wilayah Balochistan, The Guardian mengabarkan.

Para dokter Pakistan dipukuli oleh polisi ketika mereka putus asa dari pandemi yang tidak dapat diobati.
Para dokter Pakistan dipukuli oleh polisi ketika mereka putus asa dari pandemi yang tidak dapat diobati. (The Guardian (Banaras Khan/AFP/Getty))
Berita Rekomendasi

“Tapi kami salah. Tongkat dan puntung senapan AK-47 menghujani kami."

"Kami diseret melewati jalan dan dilempar ke truk," tambahnya.

Kini, dia dan sekitar 60 dokter lainnya ditahan di kantor polisi semalam dan hanya dibebaskan pada tengah malam hari Selasa (7/4/2020).

Di sisi lain, rumah sakit tempat Amanullah bekerja di ruang gawat darurat, 16 dokter, termasuk kepala departemen kardio, telah terjangkit Covid-19.

"Kami tidak bisa mengatakan berapa banyak pasien yang mereka sebarkan penyakitnya," sambungnya.

Pasalnya, banyak pasien yang dirawat olehnya karena masalah non-corona telah dinyatakan positif terkena virus.

Namun, dokter di rumah sakit yang dikelola pemerintah itu masih belum diberikan APD.

Desainer Margaretha J menunjukkan baju alat pelindung diri (APD) yang dibuatnya di workshopnya, di Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa (7/4/2020). Baju APD yang merupakan charity dari sejumlah desainer di Surabaya itu kemudian disalurkan ke rumah sakit yang membutuhkan. Selain membuat baju APD, desainer alumnus fashion design Lasalle College Surabaya itu juga membuat masker batik untuk dijual. Masker batik berbahan katun itu berukuran 17x10 cm untuk dewasa dan 14x9 cm untuk anak-anak. Surya/Ahmad Zaimul Haq
Desainer Margaretha J menunjukkan baju alat pelindung diri (APD) yang dibuatnya di workshopnya, di Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa (7/4/2020). Baju APD yang merupakan charity dari sejumlah desainer di Surabaya itu kemudian disalurkan ke rumah sakit yang membutuhkan. Selain membuat baju APD, desainer alumnus fashion design Lasalle College Surabaya itu juga membuat masker batik untuk dijual. Masker batik berbahan katun itu berukuran 17x10 cm untuk dewasa dan 14x9 cm untuk anak-anak. Surya/Ahmad Zaimul Haq (Surya/Ahmad Zaimul Haq)

Termasuk tidak adanya ruangan isolasi untuk dokter yang telah terinfeksi.

Di seluruh Balochistan, yang telah menjadi pusat wabah virus corona di Pakistan, hanya ada 19 ventilator.

Padahal negara ini telah melaporkan 4.000 kasus, tetapi tingkat pengujian rendah dan dokter percaya angka sebenarnya jauh lebih tinggi.

"Ada banyak tekanan psikologis dan trauma."

"Karena kami tidak tahu berapa banyak pasien yang telah kami infeksi atau akan menularkan," kata Amanullah.

"Karena itulah kami memutuskan untuk berbaris dan menuntut APD."

"Bukan untuk diri kita sendiri, tetapi untuk menyelamatkan nyawa banyak orang," ujarnya.

Baca: Bendung Penyebaran Corona, Pakistan Berlakukan Lockdown di Sejumlah Provinsi

Baca: China Bakal Kirim 100.000 Pasukan Bebek ke Pakistan untuk Hadapi Serbuan Hama Belalang

Merawat pasien corona tanpa APD seperti bunuh diri

Sementara itu, Younas Elahi, seorang dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit di Quetta, mengatakan bagi rekan-rekannya di wilayah yang belum diberi APD, seperti bunuh diri saat merawat pasien virus korona.

"Dokter bunuh diri di rumah sakit dengan merawat pasien tanpa APD," ​​kata Elahi.

"Mereka tidak memiliki peralatan yang aman. Di sisi lain, pemerintah malah melakukan kekerasan terhadap dokter," jelasnya.

Tanpa peralatan keselamatan yang tepat, dokter tidak punya pilihan selain menolak merawat pasien coronavirus, lanjutnya.

Untuk itu ia menggambarkan situasi (dokter merawat tanpa APD -red) sebagai hal yang "gila".

"Kami sangat rentan terpapar dan itu membuat saya menangis ketika saya melihat pasien meminta bantuan tetapi dokter bahkan tidak bisa menyentuh mereka."

"Fasilitas kesehatan di sini menyedihkan ... Saya pikir pandemi ini tidak dapat diobati di Balochistan," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas