Perdana Menteri Jepang Dikritik karena Kirim Masker Kotor dan Ada Serangganya pada Warga
Sudah dikritik karena dianggap tidak tegas tangani Covid-19, kini Pendana Menteri Jepang Shinzo Abe kembali menuai sorotan dari masyarakat.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Sudah dikritik karena dianggap tidak tegas tangani Covid-19, kini Pendana Menteri Jepang Shinzo Abe kembali menuai sorotan dari masyarakat.
Kali ini menyoal kebijakan pembagian masker di seluruh rumah tangga Jepang.
Menurut warga yang sudah menerima kiriman tersebut, masker-masker itu ternyata dalam keadaan kotor, terkontaminasi debu, terdapat serangga mati, bahkan rambut manusia sebagaimana laporan The Star.
Baca: PM Jepang Minta Warga Tidak Pulang Kampung Saat Golden Week 29 April 2020
Baca: Perusahaan MK di Jepang Siapkan Taksi Khusus untuk Menjemput Petugas Medis Sepulang Kerja
Sebelumnya, inisiatif Abe atas pembagian masker ini diumumkannya pada 1 April silam.
Tujuannya tentu untuk menghentikan penyebaran Covid-19 di Jepang.
Abe mengirimkan dua masker kain ke setiap satu rumah tangga, dengan total ada 50 juta rumah tangga di Jepang.
Ini juga dilakukannya setelah melihat adanya panic buying pada masker ini.
Sepuluh juta masker kloter pertama dikirimkan pada pertengahan minggu lalu.
Pada awalnya paket ini dikirim ke pemerintah daerah untuk utamanya dibagikan kepada para wanita hamil yang dinilai beresiko tinggi terjangkit Covid-19.
Namun setelah itu, otoritas lokal dan Departemen Kesehatan tiba-tiba menerima banyak aduan.
Menurut televisi lokal di negeri sakura, NHK, lebih dari 1.900 warga dari 80 kota di seluruh negeri meminta masker pengganti pada Sabtu lalu.
Sejak saat itu, bermunculan kritik pedas dari warga Jepang di media sosial.
"Jika ada noda yang terlihat di masker ini, apakah itu tidak berarti bahwa ada kontaminasi yang tidak bisa kita lihat?" tanya salah satu pengguna Twitter.
"Aku terlalu takut untuk menggunakan masker ini. Jadi apa yang harus kita lakukan? Kirim mereka kembali? Buang-buang uang pembayar pajak ini."
"Kementerian memberitahu kita sekarang untuk tidak memberikan masker ini kepada wanita hamil," kata yang lain.
"Bagaimana kalau kementerian tidak membuang masker kotor ini ke dalam kotak surat kita?" lanjutnya.
Sementara itu, seorang komentator dari media online Japan Today menyinggung biaya 46,6 miliar yen yang sudah dikeluarkan demi program masker ini.
"Sungguh memalukan bagi masyarakat! Pasti semua masker ini yang dijadwalkan akan dihancurkan," ujarnya.
Sebelumnya, publik Jepang menilai pemerintah terlambat dalam menanggulangi wabah Covid-19 di sana.
Termasuk diantaranya keterlambatan dalam memutuskan penundaan Olimpiade Tokyo 2020.
"Dengan gerakan ini, Abe menunjukkan warna aslinya," kata seseorang.
"Tampilan token murni. Dikirim untuk menenangkan massa dan untuk melakukan sesuatu. Sama sekali tidak berguna di dunia nyata."
"Dikirim dengan biaya besar kepada wajib pajak. Dua per rumah tangga ketika sebagian besar rumah memiliki lebih dari dua anggota. Ini Abe. Semua pertunjukan dan kemegahan dan tidak ada substansi aktual," sambungnya.
Para pejabat di kementerian masih bungkam dengan masalah masker ini.
Namun media lokal melaporkan bahwa kementerian akan segera mengganti masker kotor dengan yang bersih.
Pihak otoritas itu juga menghimbau kepada pemerintah lokal agar mengecek setiap masker sebelum dibagikan luas.
Laporan dari media lokal itu juga menyebut kemeterian akan memberitahu produsen untuk menyelesaikan masalah produksi.
Di tempat lain, pihak panti jompo dan pusat penitipan anak mengkritik topeng karena terlalu kecil untuk menutupi mulut dan hidung orang dewasa.
Hingga Selasa (21/4/2020), Jepang memiliki 11.135 kasus infeksi Covid-19.
Jumlah kematian di negeri matahari terbit ini cukup kecil yakni 263.
Sedangkan pasien sembuh ada sejumlah 1.239.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)