Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pekerja Garmen di Bangladesh Kembali Bekerja di Tengah Lockdown

Ribuan pekerja tekstil telah kembali bekerja di pabrik-pabrik di Bangladesh di tengah-tengah lockdown virus corona secara nasional.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
zoom-in Pekerja Garmen di Bangladesh Kembali Bekerja di Tengah Lockdown
ifc.org/Drik Gallery
ILUSTRASI indusstri garmen di Bangladesh - Pekerja Garmen di Bangladesh Kembali Bekerja di Tengah Lockdown 

TRIBUNNEWS.COM - Ribuan pekerja tekstil di Bangladesh kembali bekerja di tengah pemberlakuan lockdown secara nasional.

Hal ini meningkatkan kekhawatiran akan meningkatnya penyebaran penularan di Bangladesh.

Pabrik-pabrik di Ibu Kota Dhaka dan kota pelabuhan Chittagong dibuka kembali, setelah diizinkan untuk melanjutkan pekerjaan, Senin (27/4/2020).

Mengutip dari Al Jazeera, pabrik-pabrik garmen India telah ditutup pada akhir Maret 2020.

Namun, pabrik-pabrik tersebut di bawah tekanan dari distributor untuk memenuhi pesanan ekspor

Banyak yang melanjutkan kegiatan operasional, meskipun ada penutupan secara nasional hingga 5 Mei 2020. 

Baca: Bangladesh Lakukan Lockdown di Kamp Pengungsi Rohingya demi Tekan Penyebaran Covid-19

Baca: Delapan Warga Bangladesh di Belinyu Bangka Dikarantika karena Mengalami Demam Tinggi

ILustrasin virus corona - Pekerja Garmen di Bangladesh Kembali Bekerja di Tengah Lockdown
ILustrasin virus corona - Pekerja Garmen di Bangladesh Kembali Bekerja di Tengah Lockdown (kompas)

Sebelumnya, koresponden Al Jazeera, melaporkan dari ibukota Dhaka.

BERITA REKOMENDASI

"Setidaknya 1.000 pabrik dijadwalkan akan dibuka kembali pada Senin antara Dhaka dan tempat-tempat lain termasuk kota pelabuhan Chittagong," katanya.

Lebih jauh, industri garmen membentuk 80 persen dari total ekspor tahunan negara Asia Selatan.

Negara itu diperkirakan akan kehilangan pendapatan ekspor sekitar 6 miliar dolar AS karena sektor ini telah dilanda pembatalan dari beberapa merek dan pengecer terbesar di dunia. 

"Para pekerja garmen berada dalam situasi yang berbahaya," kata koresponden Al Jazeera.

"Mereka khawatir tentang virus corona dan keselamatan, tapi pada saat yang sama, mereka tahu jika tidak bekerja, mereka akan diberhentikan," tambahnya.


"Mereka membutuhkan upah," tegasnya.

Mofazzal Hossain, seorang pekerja harus kembali ke pabrik yang mengupahinya 115 dolar AS  (Rp 1,7 juta) per bulan.

"Saya takut ada virus corona sana," katanya kepada kantor berita AFP.

"Namun, saya sekarang lebih khawatir kehilangan pekerjaan, upah, dan tunjangan,"  tambahnya.

Bangladesh melaporkan lebih dari 5.900 infeksi virus corona yang dikonfirmasi dan 152 kematian, Senin (27/4/2020).

Para pembela hak-hak buruh megungkapkan kekhawatiran para pekerja yang kembali bekerja dapat menyebabkan ledakan kasus Covid-19. 

Aktivis Kalpona Akter mengatakan kepada Al Jazeera, perhatian utamanya adalah keselamatan pekerja. 

Ketakutan Virus Corona 

Lebih dari empat juta orang bekerja di ribuan pabrik garmen di Bangladesh.

Pada tahun lalu, perusahaan tekstil di Bangladesh mengekspor pakaian senilai 35 miliar dolar AS ke beberapa distributor terkemuka dunia, misalnya H&M, Inditex, dan Walmart. 

"Kami harus menerima virus corona sebagai bagian dari kehidupan," tutur Wakil Presiden Asosiasi Produsen dan Eksportir Pakaian Rajut Bangladesh, Mohammad Hatem.

"Jika kita tidak membuka pabrik, akan ada krisis ekonomi," kata  Mohammad Hatem.

Bulan lalu, pemerintah mengumumkan adanya stimulus senilai 588 juta dolar untuk sektor yang berorientasi ekspor demi membayar pekerjanya.

Namun, produsen garmen mengatakan, dana itu tidak cukup untuk mengurangi krisis. 

Ratusan pekerja tekstil akhirnya turun ke jalan-jalan di Dhaka, Minggu (26/4/2020).

Baca: Wanita di India Diperkosa setelah Jalani Karantina di Gedung Sekolah, Polisi Dihukum karena Lalai

Baca: Diplomat Bangladesh di Arab Saudi Positif Mengidap Covid-19

Pekerja garmen telah mengadakan protes kecil dalam beberapa pekan terakhir untuk menuntut upah yang hilang selama krisis. 

"Selama sekitar satu minggu, ada protes di seluruh negeri, pekerja menuntut upah," ungkap koresponden Al Jazeera.

"Beberapa pekerja belum dibayar selama dua bulan dan banyak yang berada di ambang kelaparan," katanya.

Sebagai catatan, lockdown nasional di Bangladesh diberlakukan hingga 5 Mei 2020.

Namun pengunjuk rasa mengatakan akan terus melanggar larangan pergerakan jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. 

Dalam beberapa minggu terakhir, Bangladesh telah mengirim pasukan ke jalan-jalan untuk membantu memberlakukan penghentian perjalanan dan pembatasan pada pertemuan agama dan protes. 

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas