Bela George Floyd, Donald Trump Sebut Wali Kota Minneapolis Lemah hingga Ancam Turunkan Tentara
Presiden Amerika Serikat Donald Trump bela pria kulit hitam George Floyd yang dibunuh polisi dan sebut Wali Kota Jacob Frey lemah.
Penulis: Ifa Nabila
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump turut menanggapi kematian George Floyd akibat lehernya diinjak petugas polisi di Minneapolis, Minnesota, AS, pada Senin (25/5/2020) lalu.
Trump menyenggol Wali Kota Minneapolis, Jacob Frey yang ia anggap lemah, hingga mengancam akan menurunkan tentara nasional.
Dilansir Tribunnews.com, hal itu diungkapkan Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump, Jumat (29/5/2020).
Diketahui, pembunuhan George Floyd yang berunsur rasisme ini memicu demo di berbagai wilayah di AS, khususnya Minneapolis.
Aksi demo menuntut keadilan bagi George Floyd di Minneapolis berlangsung ricuh dengan beberapa bangunan terbakar hingga ada warga sipil yang tewas tertembak.
Trump mengaku tidak tahan melihat kekacauan itu dan menganggap Jacob Frey tidak mampu untuk memimpin kotanya.
Baca: Tak Hanya Polisi, Adik George Floyd Sebut Tenaga Medis juga Perlakukan Kakaknya Tak Manusiawi
Sang presiden juga mengancam, jika sampai Jacob Frey tak bisa mengontrol kekacauan itu, maka ia akan menerjunkan tentara nasional.
"Aku tak bisa tinggal diam dan menyaksikan ini terjadi di kota yang hebat di Amerika, Minneapolis.
Kurangnya kepemimpinan. Pilih wali kota sayap kiri radikal Jacob Frey, segera bertindak dan mengontrol kota, atau aku akan mengirim tentara nasional untuk melakukan pekerjaannya dengan benar," cuit Trump.
Trump mengaku sudah mengubungi Gubernur Minnesota, Tim Walz untuk membahas soal pasukan militer.
Ia menganggap kekacauan dalam demo itu justru merendahkan martabat George Floyd dan harus segera dihentikan.
"Preman-preman ini tidak menghormati kepergian George Floyd, dan aku tidak akan membiarkan itu (kekacauan) terjadi.
Aku baru saja bicara dengan Gubernur Tim Walz dan berkata padanya bahwa pasukan militer akan mendukung langkahnya.
Kesulitan apapun, maka kami akan mengambil kendali. Ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai. Terima kasih!" cuit Trump.
Baca: Polisi yang Terlibat Tewasnya George Floyd Rupanya Punya Catatan Buruk, Sering Bertindak Semena-mena
George Floyd Dituduh Lawan Petugas
Dikutip Tribunnews.com dari CNN.com, kasus penangkapan yang berakhir pada pembunuhan George Floyd ini bermula pada Senin lalu.
Saat itu, petugas kepolisian setempat menindaklanjuti adanya laporan pemalsuan uang, Senin malam.
Para petugas menerima laporan, pelaku pemalsuan uang itu sedang duduk di dalam mobil.
Kemudian mereka mendapati George Floyd yang bagi mereka cocok dengan deskripsi laporan.
George Floyd disebut menolak untuk diamankan pihak kepolisian.
Para polisi pun memborgol George Floyd, di mana seorang petugas menyebut Floyd mengalami tekanan medis.
Ketika dibawa ke rumah sakit, George Floyd dinyatakan meninggal dunia.
Sementara itu, dari video yang beredar, George Floyd dilumpuhkan dengan cara diinjak lehernya di jalan.
George Floyd sempat mengeluhkan sakit karena diinjak dan tak bisa bernapas.
Baca: Sambil Menangis, Adik George Floyd Minta Polisi yang Injak sang Kakak hingga Tewas Dihukum Mati
Dua polisi mengurusi George Floyd, sedangkan petugas lain tampak mengawasi jalanan.
Video penangkapan George Floyd itu direkam dari restoran terdekat, di mana menunjukkan kontak awal George dengan para polisi.
Saudara George Floyd, Rodney Floyd tak percaya George melawan petugas saat ditangkap.
"Anda punya mata, saya punya mata, Anda dapat melihat apa yang Anda lihat," ujar Rodney Floyd.
Ia mengaku geram lantaran tindakan petugas polisi yang menewaskan George Floyd diduga menyangkut isu rasisme.
"Dan saya menyaksikan, bangsa ini menyaksikan, dan setiap orang kulit hitam menyaksikan, perlakuan yang sama, karena perlakuan itu tak terjadi pada orang lain (selain kulit hitam)," kata Rodney Floyd.
Sepupu George Floyd, Tera Brown menegaskan, pihak keluarga ingin semua polisi yang ada di TKP didakwa tindakan pembunuhan.
"Mereka harus dihukum kasus pembunuhan karena yang mereka lakukan adalah pembunuhan," kata Brown.
"Hampir seluruh dunia menjadi saksi karena ada orang baik yang merekamnya," tambahnya.
Saudara perempuan George Floyd, Bridgett Floyd juga mengharapkan hal yang sama, yakni dakwaan pembunuhan pada semua petugas kepolisian yang terlibat.
"Tentunya tidak cukup keadilan bagi saya dan keluarga saya," ujar Bridgett Floyd, Rabu (27/5/2020).
"Saya merasa orang-orang itu harus dipenjara. Mereka membunuh saudara saya," sambungnya.
Baca: Polisi yang Injak Leher George Floyd Disebut Pernah Coba Bunuh Pria Ini, hingga Menembak Jarak Dekat
Keluarga Tuntut Hukuman Mati
Adik George Floyd, Philonese Floyd meminta keadilan atas terbunuhnya sang kakak.
Dikutip Tribunnews.com dari theguardian.com, Philonese sampai terisak ketika diwawancara soal kematian George Floyd, Kamis (28/5/2020) pagi.
Philonese dan keluarganya merasa harus segera menuntut keadilan atas kematian George Floyd, yakni dengan meminta hukuman mati bagi pelaku.
Selain Derek Chauvin, ada empat anggota polisi Minneapolis lainnya yang dinilai terlibat dalam pembunuhan itu lantaran diam saja ketika George Floyd diinjak hingga tewas.
Empat anggota polisi itu sudah dipecat sehari setelah kematian George Floyd.
"Para polisi, mereka harus segera ditangkap sekarang juga, orang-orang ingin keadilan sekarang juga," tegas Philonese dalam wawancara dengan CNN.
"Mereka harus dihukum dan mendapat hukuman mati," kata Philonese.
Philonese menangis ketika menceritakan detik-detik kematian sang kakak di tangan anggota polisi itu.
"Dia tidak bisa bernapas, dan tak ada yang peduli," ujar Philonese.
"Keluarga kami tak akan pernah melihatnya (George Floyd) lagi, anak-anaknya tak akan pernah bertemu dia lagi," kata Philonese sambil menangis.
Philonese menceritakan, keluarga George Floyd sudah bertemu dengan jaksa yang menangani kasus ini pada Kamis.
Sebelumnya keluarga George Floyd menghubungi kantor kejaksaan serta Wail Kota Minneapolis, Jacob Frey.
Jacob Frey yang menyayangkan tindakan kriminal berunsur rasisme merasa heran mengapa para anggota polisi itu tak segera ditangkap.
"Mengapa orang yang membunuh George Floyd tak langsung dipenjara?" tanya Jacob Frey, Rabu.
Pihak pemerintah kota juga sudah merilis nama para anggota polisi yang terlibat.
Selain Derek Chauvin, ada Thomas Lane, Tou Thao, dan J Alexander Kueng.
Gelombang protes terus muncul di tengah masyarakat seluruh penjuru AS, khususnya di Minneapolis.
Pada Rabu malam, dalam sebuah demo yang berakhir ricuh, seorang pria tewas tertembak dan pelaku penembakan sekarang sudah ditahan.
(Tribunnews.com/Ifa Nabila)