Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

George Floyd dan Polisi Derek Chauvin yang Membunuhnya Ternyata 17 Tahun Kerja Bersama Jadi Satpam

Pria kulit hitam George Floyd dan polisi kulit putih Derek Chauvin yang membunuhnya ternyata pernah kerja bersama jadi satpam di klub.

Penulis: Ifa Nabila
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in George Floyd dan Polisi Derek Chauvin yang Membunuhnya Ternyata 17 Tahun Kerja Bersama Jadi Satpam
kstp.com
George Floyd dan polisi yang membunuhnya, Derek Chauvin. 

TRIBUNNEWS.COM - Pria kulit hitam George Floyd dan petugas polisi yang membunuhnya, Derek Chauvin, ternyata pernah bekerja bersama selama 17 tahun.

Keduanya sama-sama pernah menjadi petugas keamanan atau satpam di sebuah klub di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat.

Dikutip Tribunnews.com dari kstp.com, hal ini diungkapkan oleh pemilik klub sekaligus restoran El Nuevo Rodeo, Maya Santamaria.

Santamaria menjadi pemilik bangunan klub itu hampir 20 tahun.

Namun ia menjualnya beberapa bulan lalu.

Santamaria menjelaskan bahwa dulunya, George Floyd dan Derek Chauvin bekerja bersama di waktu yang sama pula.

Yang membedakan hanyalah penempatan kerja mereka di bangunan klub itu.

Baca: Sambil Menangis, Adik George Floyd Minta Polisi yang Injak sang Kakak hingga Tewas Dihukum Mati

Baca: Bela George Floyd, Donald Trump Sebut Wali Kota Minneapolis Lemah hingga Ancam Turunkan Tentara

Insiden George Floyd
Insiden George Floyd (Facebook)
BERITA TERKAIT

"Mereka bekerja bersama di waktu yang sama, hanya saja Chauvin berjaga di luar sedangkan satpam lainnya (termasuk George Floyd) bekerja di dalam," ungkap Santamaria.

Meski George Floyd dan Derek Chauvin bekerja bersama selama belasan tahun, Santamaria tak tahu pasti bagaimana hubungan keduanya.

Pasalnya, Santamaria mempekerjakan belasan petugas keamanan di tempat itu.

Awalnya, Santamaria tak percaya ketika temannya memberitahu bahwa George Floyd dalam video detik-detik kematiannya adalah pegawainya dahulu.

"Temanku mengirimkan (video) dan berkata bahwa 'Ini orang yang dulu pernah bekerja untukmu', lalu kubilang 'Ini bukan dia'," ujar Santamaria.

"Lalu ketika aku close up (perbesar video) dan aku berkata 'Oh ya Tuhan, ini benar dia'."

"Aku tidak mengenali George sebagai petugas keamanan kami yang dulu karena ia tampak berbeda saat terbaring seperti itu," sambungnya.

Dewan Kota Minneapolis, Andrea Jenkins, dalam wawancaranya dengan MSNBC juga mengungkapkan hal serupa.

Bahwa pelaku pembunuhan dan korbannya pernah bekerja bersama selama 17 tahun.

"Di restoran bernama El Nuevo Rodeo, George Floyd dulu bekerja di restoran itu, dan petugas polisi Chauvin, mereka berdua bekerja di restoran itu selama 17 tahun," terang Jenkins.

"Jadi, polisi Chauvin tahu George, mereka teman kerja dalam waktu yang lama," sambungnya.

George Floyd Dituduh Lawan Petugas

Dikutip Tribunnews.com dari CNN.com, kasus penangkapan yang berakhir pada pembunuhan George Floyd ini bermula pada Senin (25/5/2020).

Saat itu, petugas kepolisian setempat menindaklanjuti adanya laporan pemalsuan uang, Senin malam.

Para petugas menerima laporan, pelaku pemalsuan uang itu sedang duduk di dalam mobil.

Kemudian mereka mendapati George Floyd yang bagi mereka cocok dengan deskripsi laporan.

George Floyd disebut menolak untuk diamankan pihak kepolisian.

Para polisi pun memborgol George Floyd, di mana seorang petugas menyebut Floyd mengalami tekanan medis.

Ketika dibawa ke rumah sakit, George Floyd dinyatakan meninggal dunia.

Baca: Tanggapi Pembunuhan George Floyd, Cuitan Donald Trump Disembunyikan hingga Dihapus Twitter

Baca: Kematian George Floyd, Trump: FBI & Departemen Kehakiman Sudah Saya Perintahkan Lakukan Penyelidikan

Sementara itu, dari video yang beredar, George Floyd dilumpuhkan dengan cara diinjak lehernya di jalan.

George Floyd sempat mengeluhkan sakit karena diinjak dan tak bisa bernapas.

Dua polisi mengurusi George Floyd, sedangkan petugas lain tampak mengawasi jalanan.

Video penangkapan George Floyd itu direkam dari restoran terdekat, di mana menunjukkan kontak awal George dengan para polisi.

Saudara George Floyd, Rodney Floyd tak percaya George melawan petugas saat ditangkap.

"Anda punya mata, saya punya mata, Anda dapat melihat apa yang Anda lihat," ujar Rodney Floyd.

Ia mengaku geram lantaran tindakan petugas polisi yang menewaskan George Floyd diduga menyangkut isu rasisme.

"Dan saya menyaksikan, bangsa ini menyaksikan, dan setiap orang kulit hitam menyaksikan, perlakuan yang sama, karena perlakuan itu tak terjadi pada orang lain (selain kulit hitam)," kata Rodney Floyd.

Keluarga George Floyd, pria kulit hitam yang tewas diinjak oleh polisi di Amerika Serikat.
Keluarga George Floyd, pria kulit hitam yang tewas diinjak oleh polisi di Amerika Serikat. (CNN.com)

Sepupu George Floyd, Tera Brown menegaskan, pihak keluarga ingin semua polisi yang ada di TKP didakwa tindakan pembunuhan.

"Mereka harus dihukum kasus pembunuhan karena yang mereka lakukan adalah pembunuhan," kata Brown.

"Hampir seluruh dunia menjadi saksi karena ada orang baik yang merekamnya," tambahnya.

Saudara perempuan George Floyd, Bridgett Floyd juga mengharapkan hal yang sama, yakni dakwaan pembunuhan pada semua petugas kepolisian yang terlibat.

"Tentunya tidak cukup keadilan bagi saya dan keluarga saya," ujar Bridgett Floyd, Rabu (27/5/2020).

"Saya merasa orang-orang itu harus dipenjara. Mereka membunuh saudara saya," sambungnya.

Keluarga Tuntut Hukuman Mati

Adik George Floyd, Philonese Floyd meminta keadilan atas terbunuhnya sang kakak.

Dikutip Tribunnews.com dari theguardian.com, Philonese sampai terisak ketika diwawancara soal kematian George Floyd, Kamis (28/5/2020) pagi.

Philonese dan keluarganya merasa harus segera menuntut keadilan atas kematian George Floyd, yakni dengan meminta hukuman mati bagi pelaku.

Selain Derek Chauvin, ada empat anggota polisi Minneapolis lainnya yang dinilai terlibat dalam pembunuhan itu lantaran diam saja ketika George Floyd diinjak hingga tewas.

Empat anggota polisi itu sudah dipecat sehari setelah kematian George Floyd.

"Para polisi, mereka harus segera ditangkap sekarang juga, orang-orang ingin keadilan sekarang juga," tegas Philonese dalam wawancara dengan CNN.

"Mereka harus dihukum dan mendapat hukuman mati," kata Philonese.

Philonese Floyd, adik George Floyd, pria Afika-Amerika berumur 46 tahun yang tewas karena lehernya diinjak seorang petugas polisi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Senin (25/5/2020).
Philonese Floyd, adik George Floyd, pria Afika-Amerika berumur 46 tahun yang tewas karena lehernya diinjak seorang petugas polisi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Senin (25/5/2020). (Twitter/@NewDay)

Philonese menangis ketika menceritakan detik-detik kematian sang kakak di tangan anggota polisi itu.

"Dia tidak bisa bernapas, dan tak ada yang peduli," ujar Philonese.

"Keluarga kami tak akan pernah melihatnya (George Floyd) lagi, anak-anaknya tak akan pernah bertemu dia lagi," kata Philonese sambil menangis.

Philonese menceritakan, keluarga George Floyd sudah bertemu dengan jaksa yang menangani kasus ini pada Kamis.

Sebelumnya keluarga George Floyd menghubungi kantor kejaksaan serta Wail Kota Minneapolis, Jacob Frey.

Jacob Frey yang menyayangkan tindakan kriminal berunsur rasisme merasa heran mengapa para anggota polisi itu tak segera ditangkap.

"Mengapa orang yang membunuh George Floyd tak langsung dipenjara?" tanya Jacob Frey, Rabu.

Pihak pemerintah kota juga sudah merilis nama para anggota polisi yang terlibat dan kini telah dipecat.

Selain Derek Chauvin, ada Thomas Lane, Tou Thao, dan J Alexander Kueng.

Gelombang protes terus muncul di tengah masyarakat seluruh penjuru AS, khususnya di Minneapolis.

Pada Rabu malam, dalam sebuah demo yang berakhir ricuh, seorang pria tewas tertembak dan pelaku penembakan sekarang sudah ditahan.

(Tribunnews.com/Ifa Nabila)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas