Kerusuhan di USA, Seorang Wanita Didakwa Percobaan Pembunuhan setelah Lempar Bom Molotov ke Polisi
Kerusuhan di USA, Seorang Wanita Didakwa Percobaan Pembunuhan setelah Lempar Bom Molotov ke Polisi
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Paul DiGiacomo, ketua asosiasi detektif Detectives Endowment Association menyebut Samantha Shader dan adiknya sebagai "penjahat kekerasan."
"Kami tidak akan pernah mentolerir ini - Tak akan pernah!," ucapnya.
"Dalam insiden lain, polisi dipukul dengan batu bata, keling, dan botol," tambahnya.
DiGiacomo berjanji, selain memastikan tuntutan pidana sekuat mungkin diajukan terhadap dua wanita itu, pihaknya akan melakukan tindakan sipil terhadap siapa pun yang merugikan seorang polisi.
Wanita itu seharusnya tidak diizinkan untuk "bersembunyi" di bawah label pemrotes, tegas Presiden PBA Patrick Lynch.
"Mereka adalah teroris yang mencoba membunuh petugas polisi NYC," katanya.
"Setiap pemimpin di kota ini harus membuka mata dan bekerja bersama kami untuk mencegah lebih banyak kekerasan. Sedihnya, mereka hanya diam atau tidak mau bekerjasama dengan kami."
Kerusuhan Terjadi di Berbagai Kota di Amerika Serikat
Buntut dari tewasnya George Floyd, demonstrasi terjadi si beberapa titik di Amerika Serikat.
Mereka menuntut keadilan atas kasus kematian George Floyd.
Diberitakan sebelumnya, George Floyd meninggal dunia setelah lehernya ditekan selama 8 menit oleh Derek Chauvin yang saat itu masih menjabat sebagai polisi di Minneapolis, AS.
George Floyd diduga menggunakan uang palsu saat berbelanja, kemudian dia dibekuk di tanah dengan tangan diborgol ke belakang.
Kronologi Kejadian
Insiden ini terjadi pada 25 Mei lalu, saat pria Afrika-Amerika George Floyd ke sebuah toko untuk membeli sesuatu.