Pengusutan Pelaku Bullying Lewat Medsos di Jepang Butuh Waktu 1 Tahun
Kawasaki mengajukan tuntutan awalnya ke provider medsos agar memberitahukan IP Address dari akun medsos yang memfitnahnya.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Meninggalnya pegulat profesional Jepang, Hana Kimura (22) tanggal 23 Mei 2020 kemungkinan berujung pengusutan pelaku bullying (penghinaan) di twitter (medsos) yang akan memakan waktu sedikitnya satu tahun.
"Dulu saya juga dijelekin di medsos, difitnah di medsos, tak bisa terima lalu saya ajukan ke pengadilan dan memakan waktu sekitar satu tahun," ungkap Nozomi Kawasaki (32), mantan anggota AKB48 yang juga mengaku teman Hana Kimura baru-baru ini.
Kawasaki mengajukan tuntutan awalnya ke provider medsos agar memberitahukan IP Address dari akun medsos yang memfitnahnya serta minta server medsos menghapus semua postingan pelaku tersebut.
Baca: New Normal Apakah Aman untukPertandingan Sepakbola? Ini Penjelasan Versi Septi Mandala
Pengadilan mengabulkan permintaan Kawasaki dalam kurun waktu 6 bulan.
Setelah IP Address pelaku diketahui, sekali lagi Kawasaki menuntut ke pengadilan perusahaan telepon NTT DoCoMo agar memberitahu nomor telepon dan data yang bersangkutan.
Proses persidangan tersebut juga berlangsung sekitar 6 bulan.
Akhirnya pengadilan mengabulkan dan Kawasaki mendapatkan nomor telepon serta data pelaku bullying tersebut.
Kini Kawasaki melakukan tuntutan pidana ke pengadilan terhadap pelaku.
Menurut sumber Tribunnews.com seorang ahli internet Jepang, tidak ada yang namanya akun palsu di Jepang.
"Semua dapat diketahui dengan mudah semua akun palsu tersebut karena memang ada hukumnya dan pengadilan dapat mengabulkan bagi para korbannya. Yang terpenting adalah screen shoot, ada bukti bahwa akun palsu tersebut menghina anda, jangan sampai dia keburu menghapusnya," jelas sumber tersebut.
"Kalau sudah ada bukti tersimpan pada korban, meskipun kemudian akun dihapus, hal itu bisa diusut dengan mudah ke provider dan diketahui detail data asli pelaku tersebut seperti pada kasus Kawasaki," lanjutnya.
Baca: Tony Gunawan, Sosok yang Menginspirasi Hendra Setiawan Bermain Netting
Sementara itu Menteri Kehakiman Jepang akan menambahkan klausula hukum pada perundangan IT yang akan dapat mengantisipasi dan menekan berjamurnya akun palsu di medsos Jepang.
Saat ini sekitar 71 persen akun medsos Jepang adalah akun palsu, menggunakan nama palsu bukan nama sebenarnya.
Tak Tahan Dibully
Meninggalnya pegulat profesional Jepang Hana Kimura di usia 22 tahun tanggal 23 Mei 2020 lalu diduga karena ijime (bully) yang dilakukan di medsos Jepang.
Diketahui pemegang akun medsos sebanyak 75,1 persen menggunakan nama palsu.
"Data tahun 2014 menunjukkan pemegang akun medsos di Jepang 75,1 persen menggunakan nama palsu," ungkap Shinsuke Tsutsumi (63), mantan Pemred majalah Forsight, Minggu (25/5/2020).
"Karena menggunakan nama palsu itulah banyak yang berani bicara seenaknya di medsos seringkali tak bertanggungjawab," tambahnya.
"Memang risiko bermain di medsos tidaklah kecil dan anak muda saat ini banyak berkecimpung di medsos. Lain dengan orang dewasa seusia saya yang kesibukan sehari-harinya tidaklah di medsos. Karena banyak berkecimpung di medsos itulah mungkin cukup menyakitkan baginya sehingga berakibat kematiannya," ungkapnya.
Tsutsumi menyinggung Hana Kimura yang banyak berkecimpung di dunia medsos dan meninggal karena bunuh diri (dalam penyelidikan polisi).
Baca: Baru Tiba di Bandara Narita Jepang, Seorang WNI Terdeteksi Terpapar Covid-19
Dari segi hukum Pengacara Yukio Kikuchi mengungkapkan kemungkinan pengusutan lebih lanjut penyebab kematian kalau memang akibat bully di medsos.
"Pihak polisi menentukan dulu penyebab kematian, kalau memang akibat medsos bisa ditelusuri semua siapa yang melakukan ijime tersebut dan dapat diajukan tuntutan lebih lanjut kepada orang tersebut, serta meminta pihak server untuk menghapus postingan ijime tersebut," kata Kikuchi.
Pengacara Tomonori Takahashi mengungkapkan polisi telah menentukan jika tindak pidana seseorang (ijime) mengakibatkan kematian seseorang, maka bisa diusut dan hukuman penjara dan atau denda.
"Kalau penjara satu bulan dan denda 10.000 yen bisa diterapkan kepada yang melakukan ijime tersebut," lanjut Takahashi.
Sedangkan kalau polisi tidak menetapkan hal tersebut, setiap orang yang melakukan posting bisa ditelusuri diusut oleh pengacara sampai ketemu siapa saja yang sangat membully sehingga diduga kuat mengakibatkan kematian pegulat profesional muda tersebut.
"Hal itu makan waktu lama sekali bila dilakukan pemeriksaan satu per satu postingan," kata dia.
Beberapa gelarnya antara lain adalah JWP Junior Championship (2016), Goddess of Stardom Championship (2017) dan Artist of Stardom Championship (2019).
Hana juga memiliki beberapa gerakan khas termasuk front dropkick atau tendangan dengan dua kaki, hingga package piledriver dimana ia membanting lawan dalam keadaan terbalik.
Namanya semakin dikenal setelah bergabung bersama Wrestle-1 (2018) dan Stardom (2019).
Baca: Ini Dua Target Bek Kiri Persita Tangerang, Edo Febriansyah
Laga terakhirnya adalah pada 4 Januari 2020 lalu di mana Kimura berpasangan dengan Giulia melawan Mayu Iwatani dan Arisa Hoshiki.
Mereka bergulat dalam pertandingan gelap di New 14 Pro-Wrestling's Wrestle Kingdom 14 di Tokyo Dome.
Ia sempat membintangi acara Tokyo Talk Show pada 2017.
Nama Hana mulai melangit tahun lalu setelah membintangi Terrace House: Tokyo (2019-2020), sebuah program reality show televisi Jepang yang menampilkan tiga pria dan tiga wanita tinggal bersama di sebuah rumah di Tokyo.
Pegulat asal Jepang, Hana Kimura dikabarkan meninggal dunia, Sabtu (23/5/2020).
Hana Kimura meninggal di usianya yang masih belia, 22 tahun.
Kabar duka tersebut dikabarkan oleh pihak manajemen pegulat profesional, Satrdom melalui akun Twitter-nya.
Belakangan diketahui, Hana Kimura memiliki darah Indonesia.
Kabarnya, sang ibu, Kyoko Kimura pernah menikah dengan orang Indonesia meski berakhir cerai.
Kabar tersebut terkonfirmasi oleh pernyataan mantan punggawa Oedo Tai, Kris Wolf.
Baca: Kemensos Antar Paket Sembako ke Rumah Lansia Sakit dan Orang Gangguan Jiwa
Diduga Bunuh Diri akibat Cyberbullying
Hana Kimura meninggal dunia diduga bunuh diri karena tak kuat melawan cyberbullying atau perundungan melalui media sosial.
Kabar meninggalnya Hana Kimura datang dari manajemen pegulat Stardom melalui akun Twitter mereka.
"Penggemar Stardom, dengan berat hari kami mengabarkan bahwa Hana Kimura meninggal dunia," tulis akun @we_are_stardom di Twitter.
"Mohon bersikap baik dan izinkan waktu untuk memproses ini, simpan pikiran serta doakan keluarga dan teman-temannya."
"Kami menghargai dukungan kalian pada masa-masa sulit ini," sambung mereka.
Penyebab bunuh diri mengarah ke cyberbullying diketahui melalui beberapa unggahan terakhir Hana Kimura di media sosial.
Pada Jumat (22/5/2020) Hana Kimura sempat mengunggah foto dan membuat orang-orang cemas.
Pasalnya, dalam unggahan tersebut dia memperlihatkan foto yang tampak seperti upaya melukai diri sendiri.
Begitu juga dengan keterangan unggahan foto tersebut, tampak seperti menderita beban karena cyberbullying.
"Hampir 100 pendapat terang-terangan setiap hari. Saya tak bisa menyangkal saya terluka. Saya mati."
Baca: Kalahkan Blackpink, Lagu Kekeyi Putri Langsung Trending Nomor Satu di Youtube
"Terima kasih telah memberi saya ibu. Hidup di mana saya ingin dicintai. Terima kasih untuk semua yang mendukung saya. Saya menyukainya."
"Saya lemah, saya minta maaf. Saya tidak ingin menjadi manusia lagi. Itu adalah kehidupan di mana saya ingin dicintai. Terima kasih semuanya, saya mencintai kalian. Sampai jumpa," tulis dia.
Sempat Main di Reality Show Netflix
Beberapa jam sebelum meninggal, dilaporkan bahwa Hana Kimura meninggalkan foto serta pesan terakhirnya di akun Instagram @hanadayo0903.
Hana Kimura terakhir kali mengunggah foto di akun media sosialnya ketika sedang berpose bersama kucing kesayangannya pada Sabtu kemarin.
Sejak ikut bermain dalam reality show berjudul Terrace House Tokyo 2019-2020 yang diputar di Netflix, Hana Kimura semakin populer.
Seiring dengan popularitasnya itu, banyak komentar miring warganet diterima Hana Kimura.
Diduga, Hana Kimura mengakhiri hidupnya karena komentar miring dan serangan warganet di dunia maya.
Hana Kimura disebutkan mengakhiri hidupnya setelah merasa tidak kuat melihat banyaknya komentar warganet bernada bully.
Sebelum meninggal dunia, Hana Kimura sempat menunjukkan depresinya dan keinginan untuk mengakhiri hidup.
Baca: HMS Center Minta Penerapan New Normal Dikaji Secara Komprehensif Setiap Wilayah
Hana Kimura yang disebutkan memiliki darah Indonesia ini bahkan mengucapkan selamat tinggal melalui unggahan di Instagram.
Sebelum menikah dengan pegulat MMA Isao Kobayashi, Kyoko Kimura yang tidak lain adalah ibu Hana Kimura adalah mantan pegulat profesional Jepang dan pernah menikah dengan orang Indonesia.
Pernikahan Kyoko Kimura dengan orang Indonesia itu berakhir dengan perceraian.
Pegulat kelahiran September 1997 ini pertama kali bertanding pada 30 Maret 2016.
Kala itu Hana Kimura baru berusia 18 tahun dan dikalahkan pegulat Reika Saiki.
Hana Kimura berhasil meraih JWP dan Daily Sports Women Tag Tea Championship pada Juli 2016 setelah mengalahkan Hanako Nakamori.
Hana Kimura semakin dikenal sebagai pegulat setelah bergabung ke Manajemen Stardom pada September 2016.
Sebelum meninggal dunia, Hana Kimura ikut bermain reality show Terrace House Tokyo 2019-2020 tayangan Netflix.
Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com