Sebelum Bunuh George Floyd, Mantan Polisi Derek Chauvin Sempat Diperingatkan Rekannya
Derek Chauvin sempat diperingatkan seorang rekannya ketika melakukan penangkapan terhadap George Floyd.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWS.COM - Eks-polisi pelaku pembunuhan George Floyd, Derek Chauvin, sempat mendapat peringatan dari seorang rekannya saat melakukan penangkapan.
Rekan Derek Chauvin yang mencoba memberikan peringatan adalah J Alexander Kueng.
Hal ini disampaikan oleh pengacaranya di pengadilan pada Kamis (4/6/2020) waktu setempat.
Menurut pengacara Kueng, Tom Plunkett, Kueng sempat berkata pada rekan-rekannya agar tidak melakukan hal itu ketika menahan George Floyd.
"Kamu seharusnya tidak melakukan itu," kata Plunkett mengulang perkataan Kueng, dikutip Tribunnews dari NBC News.
Kueng bersama dua rekan lainnya, Taou Thomas dan Thomas Lane, berada di pengadilan setelah sebelumnya mereka didakwa, Rabu (3/6/2020), membantu dan bersekongkol melakukan pembunuhan George Floyd.
Sementara itu, Derek Chauvin telah didakwa melakukan pembunuhan tingkat dua setelah video rekaman menunjukkan dirinya menindih leher George Floyd selama lebih dari delapan menit.
Thomas Lane, yang juga didakwa, baru bertugas selama empat hari ketika insiden itu terjadi.
Pengacaranya, Earl Grey, mengatakan Lane sempat bertanya pada Chauvin yang merupakan petugas pelatihan ketika itu.
"Apakah kita menggulingkannya?" ujar Grey mengulangi pertanyaan Lane pada Chauvin.
"Apa yang klien saya harus lakukan selain mengikuti perkataan petugas pelatihan?" imbuhnya.
Seorang hakim memerintahkan Kueng, Lane, dan Thao memberikan jaminan tak bersyarat sebesar satu juta dolar Amerika (Rp 14 miliar), ditambah jaminan bersyarat 750 ribu dolar Amerika (Rp 10,5 miliar).
Menurut pengaduan pidana, keempat mantan perwira itu terancam hukuman maksimum 40 tahun penjara.
Diketahui, George Floyd merupakan pria berkulit hitam yang meninggal pada 25 Mei 2020 akibat lehernya ditindih seorang polisi, Derek Chauvin.
Insiden ini terjadi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat.
Leher Floyd terus diinjak Chauvin meski ia merintih kesakitan dan mengatakan tak bisa bernapas.
Pidato Barack Obama, Pesannya untuk Pemuda Kulit Hitam
Mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, meminta para pemuda Afrika-Amerika untuk tetap berharap kehidupan lebih baik meski diliputi kemarahan.
Hal ini disampaikan Obama pada Rabu (3/6/2020) waktu setempat, dalam ucapan terima kasihnya pada pengunjuk rasa di jalanan Amerika Serikat setelah kematian George Floyd.
Dikutip Tribunnews dari CNN, Barack Obama mengatakan ia merasa perubahan akan datang.
Dalam pidatonya, Obama menghibur para pengunjuk rasa melalui acara online dan mendesak mereka untuk tetap melakukannya.
"Aku cukup tahu tentang sejarah untuk berkata ada sesuatu yang berbeda di sini," kata Barack Obama merujuk pada protes yang berlangsung di era 1960an.
"Anda melihat protes-protes itu, dan itu adalah bagian yang jauh lebih representatif dari Amerika di jalanan."
"Memprotes secara damai, yang merasa tergerak untuk melakukan sesuatu karena ketidakadilan yang mereka lihat. Itu tidak ada di masa lalu Amerika," imbuhnya.
Pidato Obama pada Rabu, bukan pertama kalinya ia membicarakan kematian George Floyd dan protes yang sedang berlangsung.
Ia pernah membahas kedua hal tersebut melalui platform media sosialnya.
Meski meminta pengunjuk rasa terus berjalan, Barack Obama mengatakan aksi tersebut tidaklah cukup.
Ia mendesak para pengunjuk rasa untuk memberikan pilihan mereka pada November 2020 mendatang.
Di akhir pidatonya, Obama memberikan pesan terselubung pada masyarakat Amerika Serikat yang mengkritik atau khawatir atas aksi unjuk rasa kematian George Floyd.
"Dan bagi mereka yang berbicara tentang protes, ingat saja, negara ini didirikan karena adanya protes. Itu disebut Revolusi Amerika," ujarnya.
"Dalam setiap langkah kemajuan di negara ini, setiap perluasan kebebasan, setiap ekspresi cita-cita terdalam kita, telah dimenangkan melalui upaya yang membuat status quo tidak nyaman."
"Dan kita semua harus berterima kasih kepada orang-orang yang bersedia secara damai, disiplin, untuk berada di luar sana membuat perbedaannya," tandas dia.
Bagian paling pribadi dalam pidato yang disampaikan Barack Obama adalah ia melihat keluarganya sendiri, ketika ia melontarkan pesan yang dimaksudkan khusus untuk pemuda pria dan wanita kulit hitam.
"Sekarang aku ingin berbicara langsung pada pemuda pria dan wanita kulit berwarna di negara ini, yang telah menyaksikan terlalu banyak kekerasan dan terlalu banyak kematian, dan terlalu sering beberapa dari kekerasan itu berasal dari orang-orang yang seharusnya melayani dan melindungi Anda."
"Aku ingin kalian tahu bahwa kalian penting. Aku ingin kalian tahu bahwa hidup kalian penting, bahwa impian kalian penting," bebernya.
"Wajah anak perempuan saya, Sasha dan Malia, dan saya melihat keponakan saya, saya melihat potensi tanpa batas yang pantas berkembang, tanpa harus khawatir tentang apa yang akan terjadi ketika Anda berjalan ke toko atau pergi jogging atau berkendara di jalan atau melihat beberapa burung di taman," imbuhnya.
Lebih lanjut, Obama mengatakan setiap pemuda memiliki kekuatan untuk membuat segalanya lebih baik.
Ia juga menganggap pemuda telah membantu negara merasa seolah-olah ada suatu hal yang harus diubah.
"Aku harap kalian terus berharap meski mungkin merasa marah."
"Anda telah mengomunikasikan rasa darurat yang sama kuat dan transformatifnya seperti apapun yang saya lihat dalam beberapa tahun terakhir," tandas Obama.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)