India Boikot HP China Pascabentrokan Tewaskan 20 Orang, Data Ungkap Kondisi Sebenarnya
Awal pekan ini bentrokan antara tentara India-China di Ladakh menimbulkan sentimen anti-China di India.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Awal pekan ini bentrokan antara tentara India-China di Ladakh menimbulkan sentimen anti-China di India.
Pasalnya, bentrokan itu memakan 20 korban jiwa dari pihak India.
Bahkan muncul desas-desus tentara China melawan tentara India dengan pentungan yang dipenuhi paku tajam.
Sentimen anti-China langsung merebak luas di semua platform media sosial, dari Facebook hingga Youtube.
Publik India bahkan menyuarakan untuk memboikot produk-produk China dan memilih menggunakan produk lokal.
Dikutip dari The Guardian, pemerintah India telah berjanji akan memblokir investasi dan meningkatkan tarif untuk China pascabentrokan.
Baca: Menteri India: Sejak 1962, China Tak Pernah Akui Jumlah Pasukannya Jadi Korban
Baca: Tak Ada Pekerjaan, Pedangdut Rita Roshan Cover Lagu India, Respon Penggemarnya Tak terduga
Sentimen ini semakin memojokkan posisi China karena India sebelumnya telah menilai negeri tirai bambu sebagai sumber pandemi corona.
Dikutip dari Hindustan Times, beberapa produk China mungkin dapat dihindari.
Namun, tampaknya boikot ini sulit dilakukan di pasar ponsel.
Per-Sabtu (21/6/2020), merek-merek ponsel pintar China menduduki posisi teratas yang paling diminati di India.
Bagaimanapun juga orang India sendiri yang telah membantu merek China seperti Realme, Xiaomi, Vivo, dan lainnya naik ke peringkat teratas ponsel paling diminati.
Namun, di antara deretan ponsel China itu, terselip Samsung dari Korea Selatan yang juga eksis di India.
Minat warga India ini telah menggeser jauh merek lokal seperti Micromax, Lava, Karbonn, dan lainnya.
Baca: Foto-foto Gerhana Matahari Cincin di Seluruh Dunia, dari China hingga Burj Khalifa
Baca: Cegah Gelombang Kedua, China Lakukan Tes Covid-19 Terhadap 1 Juta Orang Dalam Sehari
Menurut IDC, lima pemain smartphone teratas dengan pangsa pasar terbesar di India selama Kuartal 1 2020 adalah Xiaomi dengan pangsa 31,2 persen, Vivo dengan pangsa 21 persen, Samsung dengan pangsa 15,6 persen, Realme dengan pangsa 13,1 persen, dan Oppo dengan pangsa 8,5 persen.
Sebagian besar merek top ini, yaitu Oppo, Vivo, Realme, iQoo, dan OnePlus berada di bawah raksasa elektronik China, BBK Electronics.
Namun, terlepas dari angka-angka ini, ketegangan antara India-China turut mempengaruhi kebijakan sejumlah merek ponsel China.
Xiaomi, Poco, dan Realme beberapa waktu lalu menegaskan akan mendukung India.
Ketiga merek ingin tetap tinggal di pasar India dan beradaptasi sesuai kebutuhan di negara ini.
Sayangnya, merek China tidak cukup hanya pada ponsel pintar saja.
Berbagai aksesoris smartphone seperti powerbank, headphone, earphone, TV, laptop, dan segala sesuatu kebanyakan diproduksi perusahaan teknologi China.
Baca: Menteri India Klaim 40 Tentara China Tewas Dalam Bentrokan di Perbatasan
Baca: Bentrok di India: Pasukan Keamanan Tingkatkan Operasi, Baku Tembak Tewaskan 8 Orang
Belum lagi investasi China di berbagai perusahaan India yang membantu meningkatkan perekonomian di negara Bollywood.
Adapun sejumlah platform online dengan investasi besar dari China di India antara lain Byju's, Dream 11, Flipkart, Hike, Ola, Oyo, Paytm, Swiggy, Zomato, dan MakeMyTrip.
Selain itu, perusahaan seperti Vivo dan lainnya bahkan telah bermitra untuk piala dunia Cricket T20 dan turnamen lainnya, mendanai mereka dan mendukung secara finansial.
Sejatinya seruang boikot produk China di sektor teknologi dan investasi telah merebak di India sejak Mei silam.
Dimana ketika itu pasukan China mulai bergerak di wilayah sengketa, Ladakh.
Saat itu bentrokan demi bentrokan antar tentara sudah seringkali terjadi.
Namun melihat fakta-fakta ini, tampaknya menggaungkan boikot produk China tidak semudah untuk dilakukan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)