China-India Sepakat Kurangi Ketegangan di Perbatasan setelah Bentrokan Tewaskan 20 Tentara New Delhi
China dan India sepakat untuk mengurangi ketegangan yang telah berlangsung satu pekan di perbatasan Himalaya.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - China dan India sepakat untuk mengurangi ketegangan yang telah berlangsung satu pekan di perbatasan Himalaya.
Pertikaian yang terjadi di wilayah yang disengketakan tersebut membuat 20 tentara India tewas dalam pertempuran satu-lawan-satu.
Bentrokan tersebut dinilai sebagai pertempuran paling mematikan dalam 45 tahun terakhir.
Dikutip Tribunnews dari Al Jazeera, setelah pembicaraan antara para Komandan Tinggi Militer Regional diadakan pada Senin (22/6/2020), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian angkat bicara.
"Kedua belah pihak sepakat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyarankan 'pendinginan situasi'," kata Zhao.
"Penyelenggaraan pertemuan ini menunjukkan, kedua belah pihak ingin menangani ketidaksepahaman mereka, mengelola situasi dan mengurangi ketegangan melalui dialog dan konsultasi," tambah Zhao.
Baca: Jalan Panjang Militer India dan China Sepakat Akhiri Ketegangan di Perbatasan
Baca: Minta Pakistan Kurangi Staf Kedutaan hingga Separuhnya, India: Kami akan Lakukan Hal yang Sama
Zhao menambahkan, kedua belah pihak juga bertukar pandangan secara jujur dan mendalam.
Kedua belah pihak, ungkap Zhao, setuju mempertahankan dialog dan bersama-sama berkomitmen untuk mengkampanyekan perdamaian dan ketenangan di daerah perbatasan.
Pertikaian Sejak Awal Mei
Lebih Jauh, Pasukan India dan Tiongkok dikabarkan terlibat dalam bentrokan sejak awal Mei di beberapa titik di Lembah Galwan.
Untuk diketahui, Lembah Galwan merupakan daerah di Himalaya yang disengketakan di sepanjang Garis Kontrol Aktual (LAC) 3.500 kilometer.
Lembah Galwan merupakan perbatasan de facto antara dua belahan dunia tersebut.
India-China Tunjukkan Kemajuan
Lebih jauh, beberapa pernyataan yang dirilis menunjukkan kedua negara sudah membuat sedikit kemajuan untuk upaya menurunkan tensi.
Di sisi lain, beberapa pihak di India meyakini sengketa perbatasan Himalaya akan terus bergejolak.
Dikutip dari VOA News, lantaran pertengkaran pada 15 Juni lalu telah melanggar perjanjian China-India untuk menjaga perdamaian sejak 25 tahun silam.
"Rangkaian langkah-langkah membangun kepercayaan yang diberlakukan sejak tahun 1993 telah runtuh."
"Itu adalah rezim di mana patroli perbatasan dan komandan militer dapat berinteraksi untuk menjaga perdamaian," kata Manoj Joshi, seorang pakar keamanan di Observer Research Foundation di New Delhi.
"Sekarang semuanya menjadi berantakan."
"Apa yang terjadi saat Anda bertemu dengan patroli Tiongkok?" tambahnya.
Baca: Komandan Militer India dan RRC Bertemu di Tengah Seruan Boikot Barang China
Baca: India Boikot HP China Pascabentrokan Tewaskan 20 Orang, Data Ungkap Kondisi Sebenarnya
Berdasarkan Perjanjian, Patroli di Perbatasan India-China Tak Diizinkan Gunakan Senjata Api
Lebih lanjut, menurut perjanjian ini, patroli perbatasan China dan India tidak diizinkan menggunakan senjata api selama konfrontasi.
Meskipun insiden baru-baru ini menggunakan tangan kosong, tapi kejadiannya lebih brutal daripada yang sudah-sudah.
Bahkan kedua tentara dilaporkan saling pukul dengan pentungan penuh paku dan bebatuan.
Para pejabat India menyebut insiden ini adalah tindakan yang direncanakan pasukan Tiongkok.
Bahkan di tanah Bollywood sudah muncul gerakan boikot produk China dan tagar-tagar untuk mengecam China.
Namun Beijing menyalahkan India atas insiden tersebut.
(Tribunnews/Andari Wulan Nugrahani/Ika Nur Cahyani)