China Kerahkan Artileri dan Tank Canggih ke Perbatasan, India Siapkan Howitzer
Bentrok berdarah, meletus di Lembah Galwan, 15 Juni 2020 menewaskan 20 tentara India dan belasan lainnya luka-luka.
Editor: Hasanudin Aco
Penambahan 20 kompi tambahan (2.000 tentara) ITBP akan ditempatkan di LAC India-China sepanjang
3.488 km
Personil ITBP dikerahkan sekitar 180 pos penjagaan perbatasan - mulai dari Karakoram hingga Jachep La - berlokasi di Ladakh, Himachal Pradesh, Uttarakhand, Sikkim dan dan Arunachal Pradesh.
Sedangkan diperkirakan Tiongkok mengerahkan 30.000-35.000 tentara di daerah itu, kata seorang pejabat.
India menuding China berupaya mengubah status quo di LAC Chumar, Depsang, Demchok, Gogra, Galwan, Danau Pangong, Trig Heights.
Pada akhir Mei, China telah memulai mobilisasi besar-besaran tank, senjata artileri di dekat Gogra.
Pasukan tempur tambahan ini merupakan tambahan untuk penempatan pasukan reguler mereka.
"Saat itulah jelas bahwa agresi China tidak terbatas pada satu atau dua area," kata seorang pejabat seperti dilansir India Today.
Menurut India, pasukan Tiongkok juga meningkatkan patroli kapal mereka di Danau Pangong.
Selain itu, penyebaran China di tepi utara danau juga meningkat. Kekuatan pasukan Tiongkok bervariasi dari 1.000 hingga 1.500 personel antara Finger 4 dan Finger 8.
Pasukan China telah membangun bunker, pos pengamatan antara Finger 4 dan Finger 8 dengan jelas melanggar perjanjian mengubah status quo.
China tidak hanya datang dan berkemah dalam jumlah besar di tepi utara danau, tetapi mereka juga meningkatkan benteng mereka, pos pengamatan dan penempatan pasukan antara Finger 4 dan Finger 8 yang dianggap sebagai zona abu-abu meskipun India mengklaim teritori hingga Finger 8.
Danau ini terbagi menjadi 8 jari. Dalam bahasa militer, pegunungan yang menjorok ke danau disebut jari.
Selain pasukan perbatasan, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) memobilisasi pertempuran dari bagian divisi mekanis keenam dari distrik militer Xinjiang Selatan.
India telah memindahkan sistem pertahanan udara di Ladakh untuk mengantisipasi pesawat tempur Tiongkok dan helikopternya.
Angkatan Udara India (IAF) juga telah memindahkan sejumlah besar pesawat Sukhoi 30 MKI, Jaguar, Mirage 2000 dan helikopter serang Apache ke beberapa pangkalan udara utama, termasuk Leh dan Srinagar, menyusul bentrokan tersebut.
Ternyata tak hanya kekuatan reguler, kini China merekrut milisi dari petarung MMA (mixed martial arts).
South China Morning Post melansir China telah mendaftarkan satu regu petarung MMA dalam jajaran milisi perbatasannya, menurut media pemerintah.
Sebanyak 20 petarung MMA dari Enbo Fight Club di Provinsi Sichuan akan membentuk Plateau Resistance Tibiff Mastiffs yang bermarkas di Lhasa, ibu kota wilayah otonomi Tibet, seperti dilaporkan stasiun televisi pemerintah, CCTV.
Klub ini dikenal karena menghasilkan petarung MMA yang berkompetisi di turnamen internasional seperti Ultimate Fighting Championship di Amerika Serikat.
Tidak jelas apakah para Mastiff Tibet akan dikerahkan ke perbatasan dengan India tetapi misi utama mereka adalah untuk membantu pasukan patroli perbatasan dan pasukan khusus dalam pelatihan tempur tangan-ke-tangan, menurut laporan Tencent News.
“Jika negara membutuhkan kita, Enbo Fight Club dengan sepenuh hati akan menyelesaikan tugas yang lebih menantang. Mengenai apakah [pejuang kami] ikut serta dalam konflik beberapa hari yang lalu, jangan tanya saya, saya tidak menanyakan itu, " kata pemilik klub En Bo.
Selain itu, perekrutan milisi lain termasuk personil sipil yang berspesialisasi dalam teknologi komunikasi, pendakian gunung dan pertambangan, surat kabar militer resmi, The PLA Daily, melaporkan.
Mereka akan berada di bawah Komando Teater Barat Tentara Rakyat Pembebasan Rakyat.
Pengerahan petarung MMA ini bisa dimaklumi karena dalam bentrok di LAC India China, tentara dilarang menggunakan senjata api sesuai perjanjian 1996.
Sehingga negara kedua mengungkapkan pertarungan dengan baku pukul, meski dalam bentrok terakhir 15 Juni, tentara China menggunakan besi pemukul yang diberi paku.
Sekadar diketahui China menggunakan milisi dalam mencengkramkan kekuasaan di Laut China Selatan.
Milisi nelayan China, yang disebut-sebut dikendalikan tentara China, PLA, adalah yang terbesar di dunia.
Nguyen Khac Giang, analis Vietnam Institute for Economic and Policy Research menyebut milisi nelayan China berkekuatan sekitar 370.000 kapal tidak bermotor (termasuk kapal dengan motor tempel di bawah 10 HP dan panjangnya maksimal 42 kaki) dan 762.000 kapal bermotor.
Menurut peneliti Rand Corporation, Derek Grossman dan Logan Ma, pasukan tidak teratur ini berada di bawah komando dan kendali langsung Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dan memainkan peran penting dalam "membangun kehadiran operasi China secara de facto di daerah yang disengketakan."
Operasi mereka dirancang untuk "menang tanpa bertempur" dengan "mengalahkan musuh dengan gerombolan kapal penangkap ikan yang biasanya disokong dari belakang bersama dengan Penjaga Pantai China dan kemungkinan kapal-kapal PLA Angkatan Laut," kata Grossman dan Ma dalam 6 April 2020.
Dalam aksinya milisi ini bertindak nekat termasuk saat menghadapi militer tetangganya.
Kasus pertama, 30 Maret 2020, ketika beberapa kapal penangkap ikan China berani menabrak kapal perusak JS Jepang Shimakaze di Laut China Timur.
Kasus kedua 2 April 2020, kapal Penjaga Pantai Tiongkok menenggelamkan kapal nelayan Vietnam dengan delapan nelayan di Laut China Selatan.
Dalam kasus lain, pada 16 Maret, lebih dari 10 kapal nelayan China sengaja menabrak kapal Penjaga Pantai Taiwan di perairan dekat Kepulauan Kinmen Taiwan.
Bentrok berdarah di Lembah Galwan, 15 Juni 2020 menewaskan 20 tentara India dan belasan lainnya luka-luka.
Hingga saat ini China bungkam soal kerugian yang dialami personel dalam bentrok berdarah tersebut.
Bentrok di Lembah Galwan merupakan puncak dari dua bentrok sebelum yang melibatkan ratusan personel.
Bentrok pertama terjadi di Danau Pangong, 5 dan 6 Mei.
Bentrok kedua terjadi di Sikkim utara pada 9 Mei. (hindustan times/global times/india today/scmp)