Ahli Epidemiologi Top AS Sebut Virus Baru China Punya Ciri-ciri Flu Babi 2009 dan Flu 1918
Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional AS, Anthony Fauci pada Selasa (30/6/2020) lalu memaparkan ciri-ciri virus babi baru di China.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional Amerika Serikat, Anthony Fauci pada Selasa (30/6/2020) lalu memaparkan ciri-ciri virus babi baru di China.
Menurutnya, jenis flu baru yang dibawa babi itu punya karateristik virus H1N1 2009 dan pandemi flu 1918.
Dikutip dari CNBC, virus baru yang dinamai para ilmuwan sebagai 'G4 EA H1N1' belum terbukti menginfeksi manusia.
Namun patogen tersebut menunjukkan kemampuan reassortment.
Reassortment merupakan pencampuran bahan genetik suatu spesies ke dalam kombinasi baru pada individu yang berbeda.
Baca: Warga Tapanuli Utara Masih Penasaran Dengan Wujud Makhuk Penghisap Darah yang Mampu Seret Babi 25 Kg
Baca: Fakta-fakta Flu Babi: Bisakah Manusia Terinfeksi? Ciri Gejala yang Timbul dan Obatnya
Reassortment bertanggung jawab atas beberapa perubahan genetik utama dalam sejarah virus influenza.
Pandemi flu 1957 dan 1968 disebabkan reassortment antara virus unggas dan manusia.
Sedangkan virus H1N1 punya campuran dari genetik flu babi, unggas, dan influenza manusia.
"Dengan kata lain, ketika Anda mendapatkan virus baru yang ternyata merupakan virus pandemi, itu karena mutasi dan atau reassortment atau pertukaran gen," jelas Fauci di depan anggota parlemen.
"Dan mereka melihat virus pada babi, pada babi sekarang, yang memiliki karakteristik H1N1 2009, dari yang asli 1918, yang mana banyak dari virus flu kita memiliki sisa-sisa di dalamnya, serta segmen dari host lain, seperti babi," tambahnya.
Flu babi H1N1 dan pandemi flu 1918 dianggap pandemi yang mematikan dan telah menyebar di seluruh dunia.
Tidak sedikit korban jiwa yang terbunuh oleh virus ini.
Flu babi H1N1 pertama kali muncul di Meksiko pada April 2009.
Di sana wabah ini menginfeksi 60,8 juta orang di Amerika Serikat dan 700 juta orang di seluruh dunia.
Baca: Balita Dicabuli Buruh Bangunan di Samping Kandang Babi Malam-malam, Orangtua Sedang Beribadah
Baca: Virus G4 Flu Babi di China Bisa Jadi Pandemi Berikutnya Jika Masyarakat Tak Waspada
Diperkirakan ada 151.700 hingga 575.400 orang yang meninggal akibat virus ini di dunia, berdasar data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Kini pandemi ini dilihat sebagai salah satu dari berbagai virus flu musiman.
Sementara itu pandemi flu 1918 sering dibandingkan Fauci dengan Covid-19 yang mewabah saat ini.
Virus ini diperkirakan telah menewaskan antara 30 juta hingga 50 juta orang, menurut data CDC.
Sebagai perbandingannya, ada lebih dari 20 juta orang tewas dalam Perang Dunia I.
Lalu baru-baru ini muncul lagi virus baru yang dibawa oleh babi.
Virus jenis baru ini menyebar di peternakan babi di China dan berpotensi menjadi pandemi.
"Kemungkinan Anda mungkin memiliki wabah flu babi tipe lain seperti yang kita alami pada tahun 2009," ujar Fauci.
"Itu adalah sesuatu yang masih dalam tahap pemeriksaan," katanya.
Baca: Para Peneliti Sebut Virus G4 Flu Babi Bisa Jadi Pandemi, Lebih Berbahaya Dibanding Virus Corona?
Baca: Setelah Virus Corona, Muncul Ancaman Baru Virus Flu Babi, Muncul di China
Lebih lanjut, Fauci menghimbau agar tetap tenang namun selalu memperhatikan perkembangannya, sebagaimana saat munculnya H1N1 2009 silam.
Di saat yang sama, virus corona di AS belum memperlihatkan penurunan kasus infeksi.
Bahkan 40 negara bagian mengalami peningkatan 5 persen kasus baru dalam 7 hari.
Otoritas kesehatan AS dan dokter mengkritik kurangnya respon pemerintahan Trump terhadap pandemi ini.
Bahkan dalam beberapa pekan terakhir, Presiden Donald Trump meremehkan virus dengan mengatakan AS mendekati akhir pandemi.
Pernyataan ini bertentangan dengan para ahli dalam pemerintahannya sendiri.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)