Iran: Kami Tak Akan Lupa Kematian Soleimani dan Pasti Membalas AS
Pemimpin tertinggi Iran memperingatkan bahwa kehadiran AS di negara sebelah republik Islam itu adalah penyebab ketidakamanan
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Pemimpin tertinggi Iran mengatakan kepada perdana menteri Irak yang tengah berkunjung pada hari Selasa (21/7/2020) bahwa Teheran tidak akan mencampuri hubungan Baghdad dengan Washington.
Akan tetapi, dia memperingatkan bahwa kehadiran AS di negara sebelah republik Islam itu adalah penyebab ketidakamanan di kawasan tersebut.
Melansir Arab News, Perdana Menteri Mustafa Al-Kadhemi dari Irak bertemu Ayatollah Ali Khamenei di ibukota Iran saat kunjungan pertamanya ke luar negeri sejak menjabat.
Baca: Pengadilan Iran Vonis Mati Agen CIA yang Terlibat dalam Pembunuhan Qasem Soleimani
Baca: Usai Kunjungi Menko Polhukam Mahfud MD, Dubes Iran Singgung Mayjen Qasem Soleimani
"Iran tidak akan ikut campur dalam hubungan Irak dengan Amerika tetapi mengharapkan teman-teman dari Irak untuk mengenal Amerika dan menyadari bahwa kehadiran mereka di negara mana pun menyebabkan korupsi, kehancuran dan ketidakamanan," kata pemimpin Iran itu.
Dia menambahkan, "Republik Islam mengharapkan ...keputusan parlemen untuk mengusir Amerika segera ditaati karena kehadiran mereka adalah penyebab ketidakamanan."
Melansir Arab News, Khamenei merujuk pada pembunuhan AS atas jenderal tinggi Iran Qasem Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak pada Januari di Baghdad. Atas kasus itu, parlemen Iran memilih untuk mengusir pasukan AS.
"Mereka membunuh tamumu di rumahmu dan dengan terang-terangan mengakuinya. Iran tidak akan pernah melupakan ini dan pasti akan memberikan pukulan balasan kepada Amerika," kata Khamenei.
Iran memang melakukan aksi pembalasan atas kematian Soleimani beberapa hari setelahnya dengan menembakkan sejumlah rudal ke pasukan AS yang ditempatkan di Irak, tetapi Presiden AS Donald Trump memilih untuk tidak menanggapi secara militer.
Sementara serangan di markas Irak barat Ain Al-Asad tidak menewaskan tentara AS, namun puluhan tentara menderita trauma otak.
Kadhemi telah dijadwalkan untuk mengunjungi Arab Saudi sebagai perjalanan pertamanya ke luar negeri, kemudian dengan cepat mengubah dan menindaklanjutinya dengan perjalanan ke Teheran.
Perjalanan ke Arab Saudi ditunda setelah Raja Salman dirawat di rumah sakit pada hari Senin.
Kadhemi menjabat sebagai jabatan perdana menteri Irak pada Mei setelah sebelumnya menjabat sebagai kepala Badan Intelijen Nasional Irak selama hampir empat tahun.
Dia membentuk hubungan dekat dengan Teheran, Washington dan Riyadh selama waktu itu, memicu spekulasi bahwa dia bisa berfungsi sebagai mediator langka di antara negara.
Artikel Ini Sudah Tayang di KONTAN, dengan judul: Pemimpin tertinggi Iran: Kami tak akan lupa kematian Soleimani dan pasti membalas AS