POPULER Internasional: Meghan Markle Voting di Pemilu AS | Reaksi WHO atas Klaim Vaksin Corona Rusia
Rangkuman berita Tribunnews di kanal Internasional dalam 24 jam terakhir. Kabar terbaru datang dari dunia politik Amerika Serikat.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Berikut rangkuman berita Tribunnews di kanal Internasional dalam 24 jam terakhir.
Kabar terbaru datang dari dunia politik Amerika Serikat.
Meghan Markle dikabarkan akan ikut memberikan suaranya di pemilu mendatang.
Nama Kamala Harris ikut mencuat setelah dirinya menjadi cawapres AS pasangan Joe Biden.
Di Rusia, Vladimir Putin mengklaim talah menemukan vaksin corona, WHO dan para ilmuwan dunia pun bereaksi.
Sementara itu di Lebanon, PM Hassan Diab mengutarakan alasannya mundur.
1. Ikut Bersuara di Pemilu Presiden AS, Meghan Markle Langgar Aturan Kerajaan Inggris
Meghan Markle mengatakan akan berpartisipasi dan memberikan suaranya dalam pemilihan umum AS 2020.
Dengan keputusannya ini, otomatis Meghan akan melanggar aturan Kerajaan Inggris yang melarang anggotanya bicara dan terlibat dalam politik.
Dalam Tabloid Marie Claire edisi Agustus 2020, istri Pangeran Harry ini mengungkapkan alasannya.
Duchess of Sussex mengatakan, dia tahu rasanya tidak bisa bersuara.
Menurut laporan Insider, maksud Meghan mungkin adalah posisinya ketika masih tinggal di kerajaan.
Sebab sebagai anggota kerajaan, ia dilarang untuk bicara soal politik.
"Saya tahu bagaimana rasanya memiliki suara, dan saya juga tahu bagaimana rasanya tidak bersuara," ujar Meghan.
"Saya juga tahu bahwa banyak yang dikorbankan orang-orang agar bisa didengar," tambahnya.
"Salah satu quote favorit saya, dan quote yang sering saya dan suami saya kutip adalah dari Kate Sheppard, seorang pemimpin gerakan hak pilih di Selandia Baru."
"'Jangan pikir satu suara Anda tidak terlalu penting. Hujan yang menyegarkan tanah yang kering terdiri dari satu tetes air'," jelas mantan bangsawan Inggris ini.
2. Siapa Kamala Harris, Perempuan Berdarah India-Jamaika yang Jadi Cawapres AS Joe Biden?
Kandidat Presiden AS terkuat dari Partai Demokrat, Joe Biden, menggandeng Kamala Devi Harris sebagai partnernya. Harris akan mendampingi Biden sebagai calon wakil presiden.
Penunjukan itu menjadikan Harris sebagai wanita pertama blasteran Amerika-Asia sebagai calon orang kedua di Gedung Putih.Siapa Kamala Harris, Perempuan Berdarah India-Jamaika yang Jadi Cawapres AS Joe Biden?
Kamala Harris dilahirkan dari orang tua Shyamala Gopalan (ibu) yang berdarah India, dan Donald Harris (AS). Ia memiliki adik kandung Maya Harris.
Shyamala Gopalan dikenal seorang ilmuwan ahli kanker payudara yang beremigrasi dari India pada 1960, untuk mengejar gelar doktor dalam bidang endokrinologi di Universitas Berkeley.
Sedangkan Donald Harris adalah seorang profesor ekonomi emeritus Universitas Stanford, yang beremigrasi dari Jamaika Inggris pada 1961 untuk studi pascasarjana di bidang ekonomi di UC Berkeley.
Kamala Harris lulus sarjana muda dari Howard University dan melanjutkan studi sarjana di University of California Hasting.
Baca: Delapan Sosok Perempuan Ini Berpeluang Jadi Wakil Joe Biden di Pilpres AS November 2020
Baca: Susan Rice dan Elizabeth Warren Bisa Menyodok, Joe Biden Butuh Orang Terpercaya
Jurnal Politico sejak beberapa pekan lalu menempatkan Harris sebagai figur yang bakal dipilih Biden. Ada 11 sosok perempuan yang diulas, dan Biden sejak awal berkomitmen akan menggandeng perempuan sebagai pasangannya di Pilpres AS.
Posisi wapres di kubu Demokrat akan sangat signifikan, mengingat Joe Biden akan berusia 78 tahun saat Pilpres digelar November 2020.
Mantan Wapres era Presiden Barrak Obama itu dalam beberapa kesempatan mengatakan, sangat penting calon wakil presidennya siap menjadi presiden sejak hari pertama dilantik.
Siapakah Kamala Harris? Politico.com menulis. Sosok Kamala Harris sebagai jaksa sudah dikenal luas. Setelah menjabat wakil jaksa distrik di Kabupaten Alameda, California, pada 90-an, Harris bergabung di kantor San Francisco pada 1998.
3. Reaksi WHO dan Ilmuan Terkait Klaim Vaksin Covid-19 oleh Presiden Rusia Vladimir Putin
Klaim Presiden Rusia Vladimir Putin terkait vaksin Cocid-19 menuai reaksi sejumlah pihak. Termasuk WHO dan ilmuan.
Putin menyatakan, vaksin virus corona itu terbukti aman dengan salah satu putrinya berpartisipasi dalam proses injeksi tersebut.
Pernyataannya terjadi di tengah belum selesainya uji klinis, serta proses uji coba melibatkan 2.000 relawan yang baru digeber Rabu besok (12/9/2020).
Baca: Indonesia Kalah dari Filipina dalam Jumlah Tes Covid-19
"Pagi ini, untuk pertama kalinya di dunia, sebuah vaksin melawan virus corona baru telah didaftarkan oleh regulator kesehatan," kata Putin Selasa (11/8/2020).
Dilansir kantor berita AFP, vaksin Covid-19 itu diberi nama Sputnik V, mengacu kepada program luar angkasa di era Uni Soviet.
"Saya tahu ini cukup efektif, dan memberikan perlindungan berkelanjutan," kata dia menyikapi obat yang dikembangkan Institut Gamaleya.
Dia menerangkan putrinya yang menjadi relawan sempat mengalami kenaikan suhu tubuh setelah menerima suntikan kedua.
"Hanya itu," paparnya.
Baca: Sebagian Orang Positif Covid-19 Alami Gejala Pusing, Apa Bedanya dengan Sakit Kepala Biasa?
Baca: Putin Klaim Rusia Jadi Negara Pertama di Dunia Produksi Vaksin Covid-19
Setelah Putin mengumumkannya, WHO melalui juru bicaranya, Tarik Jasarevis, menyatakan pihaknya tengah "berkoordinasi" dengan Rusia.
Dia mengatakan, badan kesehatan di bawah PBB tersebut bermaksud meninjau data efektivitas dan keamanan yang dikumpulkan Moskwa.
4. Alasan PM Lebanon Hassan Diab Mengundurkan Diri: Ingin Berdiri Bersama Rakyat Hadapi Pelaku Ledakan
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab dan seluruh pemerintah negaranya telah mengundurkan diri.Hal ini buntut dari ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut yang menewaskan 160 orang pada Selasa (4/8/2020).
Dalam pidato singkatnya di televisi, Diab mengaku memilih mundur agar bisa berdiri bersama rakyat dan berjuang untuk perubahan bersama.
"Saya menyatakan hari ini pengunduran diri pemerintah ini. Semoga Tuhan melindungi Lebanon," ujar Diab saat pidato di Televisi media setempat, Senin (10/8/2020) malam, dikutip dari Sky News.
"Kami bersama orang-orang dalam menyerukan untuk mengadili mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan ini," tambahnya.
Baca: Mantan Petinggi Israel Terang-terangan Rayakan Ledakan Dahsyat di Beirut, Buat Rakyat Lebanon Geram
Sebelum Hassan Diab mundur, sudah ada empat menteri kabinetnya yang lebih dulu menyatakan mundur.
Di antaranya Menteri Keuangan Ghazi Wazni, Menteri Kehakiman Marie Claudie Najm, Menteri Informasi Manal Abdul Samad, dan Menteri Lingkungan Damianos Kattar.
Tak hanya dari unsur kabinet, bahkan sembilan anggota parlemen juga menyatakan mundur setelah gelombang demonstrasi warga Lebanon akibat ledakan meningkat.
Para demonstran menuntut perubahan politik setelah ledakan di Beirut menewaskan lebih dari 160 orang dan melukai sekitar 6.000 orang.
(Tribunnews.com)